BAB III
MENGHAPUS HASIL BELAJAR

Sangat sulit untuk melupakan apa-apa yang telah kita pelajari. Belajar
(learning) adalah satu hal, dan penghapusan hasil belajar (unlearning)
merupakan hal lain. Kesempurnaan spiritual berlangsung melalui proses
penghapusan hasil belajar. Orang menganggap keyakinan mereka sebagai
agama. Ternyata keyakinan merupakan batu pijakan ke arah agama. Di
samping itu, bila aku harus menggambarkan keyakinan, ia seperti tangga
menuju ke kesadaran yang lebih tinggi; namun umumnya orang bukan menaiki
tangga itu, melainkan duduk di situ, seperti air mengalir yang tidak
mengalir lagi. Orang membuat keyakinannya kaku, sehingga bukan
memperoleh manfaat, melainkan mundur ke belakang. Sekiranya tidak
demikian, ia akan telah berpikir bahwa semua orang yang beriman kepada
Allah, kepada kebenaran, dan kepada hari kemudian akan lebih baik
daripada orang kafir. Tetapi yang terjadi adalah, mereka lebih buruk
dari itu, karena mereka memakukan tangan dan kaki mereka kepada
keyakinan mereka.

Seringkali aku dalam posisi tak dapat berkata banyak, terutama bila
seseorang datang kepadaku dengan gagasannya sendiri, tetapi ingin
mengikuti bimbinganku dalam jalur spiritual. Namun ia terlebih dulu
ingin melihat apakah gagasannya sesuai dengan gagasanku. Ia tak dapat
mengosongkan diri agar dapat menerima bimbinganku. Ia datang bukan untuk
mengikuti pemikiranku, melainkan untuk meyakinkan bahwa gagasannya
sendiri benar. Dari seratus orang yang datang untuk memperoleh
bimbingan, sembilan puluh tak memiliki kran. Apa artinya? Mereka tak
ingin melepaskan gagasannya sendiri; mereka ingin diyakinkan bahwa
gagasannya benar.

Perkembangan spiritual, dari awal hingga akhir, adalah penghapusan
apa-apa yang telah dipelajari sebelumnya. Bagaimana orang dapat
melakukannya? Apa yang telah dipelajari, ada di dalam dirinya sendiri.
Orang dapat melakukannya dengan menjadi lebih arif. Semakin arif, ia
semakin mampu melawan gagasannya sendiri. Semakin tipis kearifannya,
semakin keras ia mempertahankan gagasannya sendiri. Pada orang yang
paling arif, ada keinginan untuk tunduk kepada orang lain; dan orang
yang paling dungu selalu siap untuk membela gagasannya sendiri.
Alasannya, orang arif lebih mudah membuang gagasannya sendiri, sementara
orang dungu mempertahankannya - itulah sebabnya ia tidak menjadi arif,
karena terpaku pada gagasannya sendiri, itulah sebabnya ia tak membuat
kemajuan.

Penyucian mental adalah satu-satunya metode yang dapat digunakan orang
untuk mencapai tujuan spiritual. Untuk itu orang harus memandang dari
sudut pandang orang lain; karena ternyata setiap sudut pandang adalah
sudut pandang pribadi. Semakin besar seseorang, semakin luas kesadaran
yang datang kepadanya, dan semakin sadar bahwa setiap sudut pandang
adalah benar. Bila ia mampu memperluas diri sendiri ke kesadaran orang
lain, kesadarannya sendiri akan seluas kesadaran dua orang. Begitu pula
kesadarannya dapat menjadi sebesar seribu orang bila ia membiasakan diri
melihat apa yang dipikirkan orang lain.

Tahap berikutnya dalam penyucian mental adalah mampu melihat kebenaran
dalam kesalahan, dan kesalahan dalam kebenaran, keburukan dalam kebaikan
dan kebaikan dalam keburukan. Ini merupakan tugas yang sulit, tetapi
ketika orang mencapai tahap ini, ia berada di atas baik dan buruk.

Orang harus mampu melihat penderitaan dalam kesenangan dan kesenangan
dalam penderitaan; untung dalam rugi dan rugi dalam untung. Yang
biasanya terjadi: orang terarah ke satu hal, matanya terbuka ke satu
hal; orang tak melihat kerugian, atau orang tak melihat keuntungan. Bila
orang mengakui yang benar, ia tak mengakui yang salah.

Penyucian mental berarti bahwa kesan seperti baik dan buruk, salah dan
benar, untung dan rugi, senang dan sakit, kelawanan-kelawanan yang
menutupi pikiran, harus disingkirkan dengan melihat kebalikan dari
hal-hal ini. Karena itu orang dapat melihat musuh dalam teman dan teman
dalam musuh. Ketika orang dapat menemukan madu dalam racun dan racun
dalam madu, tibalah saatnya mati dan hidup juga satu. Kelawanan tidak
lagi merupakan kelawanan. Inilah yang disebut penyucian mental. Orang
yang sampai ke tahapan ini adalah orang-orang suci yang hidup.

Tahap ketiga dalam penyucian mental adalah mengidentifikasi diri dengan
apa yang bukan dia. Dengan ini orang menyucikan pikiran dari kesan
tentang identitas palsu seseorang.

Aku akan memberi contoh cerita seorang suci di India. Seorang pemuda
bertanya kepada ibunya, seorang wanita petani yang tinggal di sebuah
desa, "Pekerjaan apakah yang terbaik, Ibu?" Si ibu menjawab, "Aku tak
tahu, nak, kecuali bahwa mereka yang mengejar kehidupan tertinggi dengan
mencari Allah." "Lalu ke mana aku harus pergi?" ia bertanya, dan ibunya
menjawab, "Aku tak tahu apakah ini praktis atau tidak, tetapi mereka
berkata dalam kesendirian, di dalam hutan." Maka pergilah pemuda itu ke
sana dalam waktu yang lama, menjalani hidup sabar dan sendiri. Sekali
atau dua kali ia menjenguk ibunya. Kadang-kadang kesabarannya habis,
hatinya patah. Kadang-kadang ia kecewa tak menemukan Allah, dan setiap
kali si ibu menyuruhnya kembali dengan nasihat-nasihat yang keras. Pada
kunjungan ketiga ia berkata, "Aku sudah lama sekali di sana." "Ya," kata
ibunya, "Kini pikirkan bahwa engkau siap untuk datang ke seorang guru."
Maka ia pergi mencari seorang guru, dan banyak murid yang belajar pada
guru itu. Setiap murid memiliki kamar kecil bagi dirinya untuk meditasi,
dan murid ini juga disuruh pergi ke kamar tertentu untuk bermeditasi.
Sang Guru bertanya, "Adakah seseorang yang kau cintai di dunia ini?"
Pemuda itu, karena jauh dari rumah sejak anak-anak, tak melihat sesuatu
di dunia, tak dapat memikirkan siapa-siapa yang diketahuinya, kecuali
seekor sapi kecil di rumahnya. Ia berkata, "Aku mencintai sapi di rumah
kami." Pak Guru berkata, "kalau begitu, pikirkan sapi itu dalam
meditasimu."

Semua murid lain datang dan pergi; setelah duduk di kamar mereka selama
limabelas menit untuk meditasi kecil, mereka menjadi lelah dan pergi,
tetapi anak muda ini tetap duduk di situ sejak diperintah gurunya.
Setelah beberapa waktu, sang guru bertanya, "Mana dia?" Murid lain
menjawab, "Kami tidak tahu. Ia pasti masih di dalam kamarnya." Mereka
kembali untuk mencari; pintu tertutup dan tak ada jawaban. Sang guru
datang sendiri, membuka pintu dan melihat si murid duduk dalam meditasi,
tenggelam di dalamnya. Ketika guru memanggil namanya, ia menjawab dalam
suara sapi. Sang guru berkata, "Keluar!" ia menjawab, "Tandukku terlalu
besar untuk melewati pintu." Maka guru itu berkata kepada
murid-muridnya, "Lihat, inilah contoh nyata dari meditasi yang benar.
Kalian bermeditasi tentang Allah tetapi tidak tahu di mana Allah itu,
tetapi ia bermeditasi tentang sapi dan menjadi sapi; ia kehilangan
identitasnya. Ia mengidentifikasi diri dengan obyek meditasinya." Semua
kesulitan dalam hidup kita adalah, kita tak dapat melepaskan diri dari
suatu konsepsi palsu.

Aku akan memberi contoh lain. Suatu ketika aku mencoba menolong orang
yang telah menderita rematik selama duabelas tahun. Wanita itu berada di
tempat tidur; ia tak dapat menggerakkan persendiannya. Aku datang dan
berkata, "Sekarang anda akan melakukannya, dan aku akan datang lagi
dalam dua minggu." Ketika aku datang dua minggu kemudian, ia telah mulai
menggerakkan persendiannya, dan aku berkata, "Dalam waktu enam minggu
aku akan datang lagi." Dan dalam enam minggu ia bangkit dari
pembaringannya dengan harapan yang semakin besar untuk dapat sembuh.
Namun kesabarannya tak sebesar seharusnya. Suatu ketika ia berbaring dan
berpikir, "Dapatkah aku sembuh?" Ketika berpikir demikian, ia kembali ke
keadaan semula, karena jiwanya telah mengidentifikasi diri sebagai orang
sakit. Baginya, melihat diri sendiri sembuh, tidak mungkin. Ia tak dapat
membayangkan bahwa ia akan sembuh. Ia tak dapat mempercayai matanya
bahwa sendi-sendinya dapat bergerak. Ia tak dapat mempercayainya.

Orang dapat sehat pada tubuhnya, tetapi tidak dalam pikirannya.
Seringkali mereka terpaku pada penyakit yang tak dapat disembuhkan. Hal
yang sama terjadi dengan kesedihan. Orang yang menyadari kesedihan,
menarik kesedihan ke arah dirinya. Mereka adalah kesedihan itu sendiri,
bukan nasib buruk yang menimpa, mereka tak peduli dengan nasib buruk.
Nasib buruk tidak memilih orang; oranglah yang memilih nasib buruk.
Mereka memegang gagasan itu, dan gagasan itu menjadi miliknya. Bila
seseorang percaya bahwa ia jatuh, maka ia akan jatuh. Gagasan itu
membantunya tenggelam.

Karena itu aspek ketiga penyucian mental adalah mampu mengidentifikasi
diri dengan sesuatu yang lain. Para Sufi memiliki cara untuk
mengajarkannya. Seringkali orang memegang gagasan guru spiritualnya; dan
dengan gagasan itu ia memperoleh pengetahuan, inspirasi dan kekuatan
yang dimiliki gurunya; seperti sesuatu yang diwariskan. Orang yang tak
dapat memusatkan pikiran untuk melupakan diri sendiri dan menyelam ke
dalam subyek konsentrasinya, tak dapat menguasai konsentrasi.

Keempat, penyucian mental adalah membebaskan diri dari suatu bentuk dan
memiliki daya abstrak. Segala sesuatu yang berkaitan dengan mata, suatu
bentuk, bentuk apapun; sampai-sampai bila disebutkan nama seseorang yang
belum pernah dilihat, orang membuat bentuknya. Hal-hal seperti peri,
hantu dan malaikat, ketika disebutkan, selalu digambarkan dalam bentuk
tertentu. Ini untuk menghindari keberadaan sesuatu yang tak berbentuk;
dan karena itu penyucian mental ini sangat penting. Maksudnya, agar kita
mampu memikirkan suatu gagasan tanpa bentuk. Tentu hal ini hanya
diperoleh dengan konsentrasi dan meditasi, tetapi ketika dicapai, akan
lebih memuaskan.

Kelima, kemampuan menenangkan pikiran, atau mengistirahatkan pikiran.
Bayangkan, setelah bekerja sepanjang hari, betapa tubuh perlu istirahat,
betapa pikiran perlu istirahat!

Pikiran bekerja lebih cepat dari tubuh. Secara alami, pikiran lebih
lelah dari tubuh, tetapi tidak setiap orang tahu cara mengistirahatkan
pikirannya sehingga pikiran tak pernah beristirahat. Apa yang terjadi
bila setelah sekian lama pikiran menjadi tumpul. Ia kehilangan memori,
daya pikir. Akibat terburuk kebanyakan terjadi bila pikiran tak diberi
istirahat yang cukup. Bila sesuatu seperti ragu dan takut kebetulan
memasuki pikiran, orang menjadi tidak tenang, tak dapat beristirahat
karena di malam hari pikirannya terus bekerja pada kesan yang sama.
Singkatnya, sangat sedikit orang yang mengetahui penenangan pikiran,
betapa indahnya ketenangan pikiran itu; daya atau inspirasi apa yang
datang darinya, kedamaian apa yang dialami dengannya, dan bagaimana ia
membantu tubuh dan pikiran! Semangat akan diperbarui ketika pikiran
beristirahat.

Langkah pertama ke arah penenangan pikiran ialah relaksasi tubuh. Bila
orang mampu mengendorkan otot-otot dan sistem saraf dengan sengaja, maka
pikiran dengan sendirinya menjadi segar kembali. Selain itu, orang harus
bisa melenyapkan bingung, takut, ragu, dan khawatir dengan daya
kehendak, menenggelamkan diri ke dalam keadaan istirahat penuh. Hal ini
akan dicapai dengan cara bernapas yang benar.

Magnetisme yang besar dihasilkan ketika kita mampu menenangkan dan
menyucikan pikiran; selama kita belum mampu, magnetisme itu tidak ada.
Kehadiran orang yang pikirannya tidak disucikan dan ditenangkan
merupakan sumber kekacauan bagi orang lain dan baginya sendiri. Mereka
kurang menarik karena kehilangan daya tarik. Semua orang bosan dengan
kehadiran mereka, kehadiran mereka mendatangkan suasana tidak nyaman dan
tidak tenang; mereka menjadi beban bagi mereka sendiri dan orang lain.

Bila pikiran telah disucikan, langkah berikut adalah penanaman kualitas
hati, yang berpuncak dalam kesempurnaan spiritual.


[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke