Ringkasan dari 33 Kiat Mencapai Kekhusyu'an dalam Shalat Bismillahirrahmanirrahiem, Mukaddimah Segala pujian bagi Allah Rabb sekalian alam, yang telah berfirman dalam kitab-Nya : Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu' (QS. Al Baqarah : 238 ) Tentang shalat Dia berfirman : "Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu" (QS Al-Baqarah : 45) Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada penghulu orang-orang yang bertaqwa serta pemimpin orang-orang yang khusyu', Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam, keluarga, beserta seluruh shahabatnya. Amma ba'du Sesungguhnya, shalat itu merupakan pilar amaliah terbesar dalam agama ini. Sedang sikap khusyu' di dalamnya merupakan tuntunan syar'i. Ketika musuh Allah (Iblis) telah menetapkan janji pada dirinya untuk menyesatkan dan memfitnah keturunan Adam 'alaihi wassalam dengan mengatakan : "Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka...." (QS Al-A'raf : 17). Di antara makarnya yang paling besar adalah memalingkan manusia dari kekhusyu'an shalat melalui berbagai cara dan sarana. Juga usahanya melakukan was-was serta bisikan dalam diri mereka agar terjauhkan dari menikmati lezatnya ibadah shalat dan agar mereka kehilangan pahala dan balasannya. Ketika banyak manusia menyerah dan bertekuk lutut di depan setan (dalam masalah ini), dan ketika kekhusyu'an adalah hal pertama yang akan diangkat dari bumi ini, sementara kita hidup di akhir zaman, maka sesuailah keadaan kita dengan gambaran Hudzaifah radiallahu 'anhu : "Pertama kali akan hilang dari agamamu adalah " khusyu' " dan hal terakhir yang akan hilang dari agamamu adalah shalat. Betapa banyak orang shalat tetapi tiada kebaikan padanya." Hampir saja engkau memasuki masjid sementara tidak mendapatkan di antara mereka orang yang khusyu' ". (Madarijus Saalikin karya Ibnu Qayyim 1/521). Berdasarkan apa yang dirasa seeseorang pada dirinya, juga apa yang didengar dari banyak orang yang mengeluh dan mengadu di sekitarnya tentang problem was-was serta hilang khusyu' di dalamnya, hal itu menunjukkan betapa sangat dibutuhkan pembahasan tentang topik shalat khusyu' ini. Tulisan berikut merupakan bentuk peringatan bagi diri saya sendiri juga bagi seluruh saudara-saudara kaum muslimin. Saya memohon kepada Allah Subhanahu wa ta'ala semoga Dia memberikan manfaat dengannya. Allah berfirman : "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya." (QS. Al-Mu'minuun : 1-2). Maksudnya mereka yang takut dan tenang. Pengertian khusyu' adalah : Ketenangan, tuma'ninah ,pelan-pelan, ketetapan hati, tawadhu' serta merasa takut dan selalu merasa diawasi Allah Ta'ala (Tafsir Ibnu Katsir, cet. Darus Syi'b VI/414). Definisi lain dari khusyu' adalah menghadapnya hati di hadapan Allah Ta'ala dengan sikap tunduk dan rendah diri (merasa hina). (Madarijus Salikin I/520). Diriwayatkan dari Mujahid bahwa ia mengomentari firman Allah Ta'ala : ".... Berdirilah karena Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu' ", Beliau berkata : di antara hal yang termasuk khusyu' adalah : sikap diam, khidmat, tunduk, menundukkan pandangan serta merendahkan diri karena takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. (Ta'dziimu Qadris Shalat 1/188). Tempat khusyu' adalah hati, sedangkan buahnya akan tampak pada anggota badan. Anggota-anggota badan hanya mengikuti hati. Jika kekhusyu'an rusak akibat kelalaian, kelengahan, serta was-was, maka rusaklah ubudiyah anggota badan yang lain.sebab hati diibaratkan raja. Sedangkan anggota badan lainnya sebagai pasukan dan tentaranya. Kepadanya mereka taat dan darinyalah sumber segala perintah. Jika sang raja dipecat dengan bentuk hilangnya penghambaan hati, maka hilanglah rakyat yaitu anggota-anggota badan lainnya. Adapun sikap menampak-nampakkan kekhusyu'an, hal itu tercela. Sebab di antara tanda-tanda keikhlasan adalah : "menyembunyikan kekhusyu'an." Suatu ketika Hudzaifah radiallahu 'anhu berkata : "Jauhilah oleh kalian kekhusyu'an munafik". Dikatakan kepadanya : "Apa yang dimaksud dengan kekhusyu'an munafik?". Beliau berkata : "Engkau melihat jasadnya khusyu' sementara hatinya tidak." Imam Fudhail bin 'Iyadh juga berkata: "Adalah hal yang tidak disukai jika seseorang memperlihatkan kekhusyu'an melebihi apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya." Ada ulama melihat seseorang yang khusyu' , kedua bahu dan badannya. Maka ia berkata kepadanya: "Hai fulan, khusyu' itu tempatnya di sini, ia menunjuk ke arah dadanya dan bukannya di sini (sambil menunjuk pada kedua bahunya). (Madarijus Salikin 1/521). Imam Ibnul Qayyim -ketika menjelaskan perbedaan anatra khusyu' iman dengan khusyu' nifaq berkata : "Khusyu' iman adalah: "khusyu'nya hati kepada Allah dengan sikap mengagungkan, memuliakan, sikap tenang, takut dan malu. Hatinya terbuka untuk Allah dengan keterbukaan yang diliputi kehinaan karena khawatir, malu bercampur cinta. Menyaksikan nikmat-nikmat Allah dan kejahatan dirinya sendiri. Dengan begitu secara otomatis hati menjadi khusyu' yang kemudian khusyu'nya anggota badan. Adapun khusyu' nifaq adalah : ia tampak pada permukaan badan dalam sifatnya yang dipaksakan dan dibuat-buat, sementara hatinya tidak khusyu'. Sebagian sahabat ada yang berkata: "Saya berlindung kepada Allah dari khusyu' nifaq. Dikatakan kepadanya apa, "Apakah khusyu' nifaq?" Ia menjelaskan "Jika badan kelihatan khusyu' sementara hatinya tidak". Yang disebut hamba yang khusyu' kepada Allah adalah : seorang hamba yang api syahwatnya padam dan asap syahwatnya dalam hatinya tenang. Dengan begitu, dadanya menjadi terang dan di dalamnya terpancar cahaya agung. Maka kemudian matilah syahwat jiwanya, karena rasa takut dan adanya ketenangan yang memenuhi hatinya. Dengan begitu padamlah seluruh anggota badannya, hatinya tenang dan tuma'ninah kepada Allah . Ia berdzikir kepada-Nya dengan perasaan tenteram yang diberikan Rabb kepadaNya, dengan begitu, ia tunduk dan berserah diri kepada Allah . Sedangkan orang yang tunduk adalah orang yang tenang. Sebab yang disebut dengan tanah yang tenang adalah tanah yang tidak bergerak dan karenanya air bisa menggenang. Begitu pula hati yang tunduk, ia merasakan ketenangan dan kekhusyu'an, seperti belahan bumi yang tenang yang di atasnya air bisa mengalir kemudian menggenang di atasnya. Di antara tanda-tandanya adalah, jika ia ia bersujud di hadapan Rabbnya diiringi sikap pengagungan, perasaan hina serta keterbukaan hati di hadapanNya. Ia begitu khusyu' dalam sujudnya hingga tidak akan mengangkat kepalanya selagi belum berjumpa denganNya, begitulah gambaran khusyu' iman. Adapun sikap pura-pura dan khusyu' nifaq adalah kondisi di mana seseorang merekayasa untuk menenangkan anggota badannya atau berpura-pura dan agar dilihat orang lain. Sementara batinnya terpenuhi syahwat - syahwat dan kemauan - kemauan. Ia berpura-pura dalam lahirnya, sementara ular-ular lembah dan singa-singa hutan berkeliaran di sekitarnya siap menghabisi mangsanya." (Kitab Ar Ruh hal 314 Cet. Darul Fikr). Khusyu' dalam shalat bisa dicapai oleh siapapun yang mampu mengosongkan hatinya hanya untukNya, disibukkan hanya denganNya dan lebih mengutamakan Allah dari selainNya. Saat itulah shalat menjadi ruang peristirahatan sekaligus penyejuk matanya. Sebagaimana disabdakan dalam shalat." (Tafsir Ibnu Katsir , V/456. Haditsnya tersebut dalam Musnad Imam Ahmad III/128 dan Shahihul Jami' no : 3123). Allah telah menyebutkan laki-laki serta perempuan yang khusyu' sebagai hamba-hamba pilihan, dan Dia juga mengabarkan akan menyediakan ampunan serta pahala besar bagi mereka (Lihat surat Ah-Ahzab ayat 35). Di antara faidah khusyu' adalah ia mampu memperingan perkara shalat baginya. Allah berfirman : "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.( QS. Al-Baqarah : 45). Khusyu' merupakan perkara agung, cepat sirnanya dan jarang adanya, khususnya di akhir zaman yang kita hidup di dalamnya. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam bersabda : "Sesuatu yang pertama kali diangkat dari umat ini adalah kekhusyu'an sehingga engkau tidak melihat di antara mereka orang yang khusyu' . " (Imam Al-Hatsami berkata dalam kitab Al-Majma' II/137,' Hadits ini diriwayatkan Imam Ath Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir, sanadnya hasan tersebut pula dalam Shahih At-Targhib 543. (Disebutkan derajatnya shahih). Sebagian salaf berkata : "Shalat laksana sahaya perempuan yang dihadiahkan kepada Sang Raja. Apa komentar engkau jika Sang Raja dihadiahi sahaya perempuan yang lumpuh, bermata juling atau bahkan buta, atau kedua kaki dan tangannya putus, atau sakit atau sangat buruk rupanya atau bahkan ia dihadiahi sahaya perempuan yang sudah tidak bernyawa, lantas bagaimana dengan shalat yang dihadiahkan dan dipersembahkan kepada Allah ? Allah Maha Baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik. Dan tidak termasuk hal yang baik, shalat yang tidak ada ruhnya. Sebagaimana tidak disebut sebagai upaya pembebasan budak dengan baik jika dibebaskan itu budak yang sudah tidak bernyawa (Al-Madarij: 1/526). Hukum Khusyu' Menurut pendapat yang kuat khusyu' dalam shalat hukumnya wajib. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : berkenaan dengan firman Allah : "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (Al-Baqarah :45) Beliau berkomentar hal ini mengandung celaan atas orang-orang yang yang tidak khusyu' dalam shalat, sementara celaan tidak terjadi kecuali atas ditinggalkannya perkara yang wajib atau karena keharaman yang dilakukan. Jika orang-orang yang tidak khusyu' dalam shalat mendapatkan celaan, hal itu menunjukkan wajibnya khusyu'. Dan yang lain menguatkan kewajiban khusyu' dalam shalat adalah firman Allah Ta'ala : "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya." (Al-Mukminun : 1-2) "Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi , (yakni) yang akan mewarisi jannah Firdaus. Mereka kekal di dalamnya". (Al-Mukminun : 10-11). Melalui ayat-ayat mulia tersebut Allah Ta'ala mengabarkan bahwa mereka adalah calon pewaris jannah Firdaus. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa selain mereka tidak layak mewarisinya. Jika khusyu' dalam shalat merupakan kewajiban, yaitu yang mencakup ketenangan dan ketundukan, maka barangsiapa yang sujud sebagaimana mematuknya burung gagak, berarti ia tidak khusyu' dalam sujudnya. Begitu pula siapa yang mengangkat kepalanya di dalam ruku' dan ia bersikap tidak tenang sebelum seluruh anggota badannya tenang, berarti ia dianggap tidak tenang. Sebab hakikat ketenangan adalah tuma'ninah. Barangsiapa tidak tuma'ninah ia belum dikatakan tenang. Dan barangsiapa tidak tuma'ninah ia belum dikatakan tenang. Dan barangsiapa tidak tenang, ia belum dikatakan khusyu' dalam ruku dan sujudnya. Dan barangsiapa yang tidak khusyu' ia berdosa dan bermaksiat. Bukti lain yang menunjukkan kewajiban khusyu' dalam shalat adalah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam mengancam mereka yang meninggalkannya, misalnya orang yang mengarahkan pandangannya ke langit, maka gerakan dan pandangannya ke arah langit tersebut berlawanan dengan ihwal orang yang khusyu' . (Majmu' Fataawa 22/553-558). Dalam hal keutamaan khusyu' serta ancaman bagi yang meninggalkannya , Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda : "Terdapat lima shalat yang difardhukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Barangsiapa yang membaguskan wudlunya, shalatnya, menunaikan tepat pada waktunya, menyempurnakan seluruh ruku'nya berikut kekhusyu'an di dalamnya, maka baginya ada janji Allah untuk mengampuninya. Barangsiapa tidak melakukannya sebagaimana tersebut, ia tidak mendapat janji Allah tersebut.Jika Allah berkehendak, akan mengampuninya dan jika Dia berkehendak, akan menyiksanya". (HR. Abu Dawud no. 425 tersebut dalam Shahihul Jami' no. 3242). Dalam hal keutaman khusyu' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam juga bersabda : "Barangsiapa berwudlu kemudian membaguskannya, lalu shalat 2 rakaat dengan menghadapkan sepenuh wajah dan hati (dalam versi lain) di dalamnya ia tidak membisiki jiwanya, maka dosa-dosanya yang lampau diampuni. (dalam riwayat lain) wajib baginya surga. (HR Al-Bukhari no. 258 Al-Mughni dan An-Nasa'i I/95) Ketika kita membahas lebih lanjut tentang sebab-sebab khusyu' dalam shalat, maka hal tersebut dibagi menjadi dua bagian : Pertama : Mendatangkan hal-hal yang dapat menghadirkan rasa khusyu' dan menguatkannya. Kedua : Menolak apa-apa yang menghilangkan sikap khusyu' dan melemahkannya. Hal itu sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menjelaskan hal-hal yang membantu terwujudnya khusyu'. Beliau mengatakan bahwa hal yang membantu terwujudnya khusyu' ada dua. Pertama : kuatnya hal-hal yang mendorongnya. Kedua : lemahnya hal-hal yang mengganggunya. Adapun yang pertama Quwwatul Muqtadhi adalah : usaha keras hamba untuk memikirkan apa yang ia ucapkan dan lakukan, menghayati dan merenungi bacaan, dzikir dan do'anya, serta menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang bermunajat di hadapan Allah dan Dia melihatnya, sebab seorang yang sedang shalat dengan berdiri berarti ia sedang bermunajat kepada Rabbnya. Sedang pengertian ihsan adalah : Engkau menyembah Allah dengan perasaan seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Kemudian manakala seorang hamba mampu merasakan kenikmatan shalat, maka perasaan keterkaitannya dengan shalat tersebut semakin kuat. Hal ini tentu berpulang pada tingkatan keimanannya. Hal-hal yang menguatkan iman sangat banyak. Oleh karena itulah Nabi bersabda : "Di antara perkara dunia yang saya senangi adalah : Wanita dan wangi-wangian, dan kesejukan pandanganku terdapat dalam shalat". Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda : "Hiburlah diri kita dengan shalat" dan beliau tidak bersabda : "Istirahatkanlah diri kami dengan shalat". Adapun yang kedua Zawalul 'Aridh : menghilangkan rintangan, adalah upaya seorang hamba untuk menolak apa yang mengganggu hatinya, semisal berfikir tentang hal-hal yang tidak bermanfaat, serta upaya menghilangkan fikiran-fikiran yang menyeret hati dari tujuan utama shalatnya. Dalam hal ini setiap hamba tentu berbeda-beda kemampuannya. Banyaknya was-was dalam shalat tentu karena banyaknya syubhat dan syahwat. Seorang hamba seharusnya juga berupaya mengaitkan hati dengan hal-hal yang disukai, sehingga hati condong untuk mencarinya, serta dengan hal-hal yang tidak disukai hati, sehingga ia condong untuk menghindarinya (Majmu' Fataawa XX/606-607). Atas dasar ini maka berikut ini kami paparkan beberapa sebab yang mendatangkan kekhusyu'an dalam shalat : Pertama : Memperhatikan hal-hal yang mendatangkan kekhusyu'an 33.Bersiap diri sepenuhnya untuk shalat 34.Tuma'ninah 35.Mengingat mati di saat shalatmu 36.menghayati makna bacaan shalat 37.membaca al-Qur'an sambil berhenti pada setiap ayat 38.membaca al-Qur'an dengan tartil serta membaguskan bacaan 39.meyakini bahwa alloh akan mengabulkan permintaannya saat hamba sedang shalat 40.meletakkan sutrah ( tabir pembatas ) mendekatkan diri ke arahnya 41.meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada 42.melihat ke arah tempat sujud 43.menggerak-gerakan jari telunjuk 44.membaca surat-surat al-Qur'an atau do'a-do'a secara berganti-ganti 45.membaca ayat-ayat Sajdah 46.memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan 47.membayangkan kekhusyu'an salafush shalih saat mereka shalat 48.mengetahui keistimewaan-keistimewaan khusyu' dalam shalat 49.bersungguh-sungguh dalam berdo'a (Pada saat disyari'atkannya berdo'a) pada waktu shalat, khususnya pada waktu sujud 50.berdzikir setelah shalat Kedua : Berupaya Menepis Penghalang kekhusyu'an shalat 51.menghilangkan sesuatu yang mengganggu di tempat shalat 52.menghindari shalat dengan pakaian bergambar/bertulisan dan sejenisnya 53.menghindari shalat dekat makanan yang disukai 54.menghindari shalat dalam keadaan menahan buang air kecil maupun besar 55.menghindari shalat dalam kondisi mengantuk 56.jangan shalat di belakang orang yang sedang bercakap-cakap ataupun tidur 57.tidak menyibukkan diri dengan membersihkan debu 58.tidak boleh mengganggu orang shalat dengan mengeraskan bacaan al-Qur'an 59.tidak menoleh ke kiri atau ke kanan ketika sedang shalat 60.tidak mengarahkan pandangan ke langit 61.jangan meludah ke depan ketika sedang shalat 62.berusaha sebisa mungkin untuk tidak menguap karena kantuk 63.tidak bertolak pinggang ketika shalat 64.tidak menjulurkan pakaian hingga menyentuh tanah 65.tidak mencontoh gerakan atau tingkah laku binatang ________________________________________________ Ringkasan dari 33 Kiat Mencapai Kekhusyu'an dalam Shalat Butir Tiap Kiat Tidak Ana Salinkan Penyusun : Syaikh Muhammad bin Shalih al Munajjid Penerjemah : Abu Naufal Penerbit :At-Tibyan - Solo
--------------------------------- Cheap Talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. [Non-text portions of this message have been removed]