WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU SEBAGAIMANA
METODE PARA NABI DAN RASUL

Dibimbing Oleh:
Syaikh Al-Muhadditsin Muhammad Nashiruddin Al-Albani
sumber http://www.almanhaj.or.id -> Assunnah@yahoogroups.com


Pertanyaan:
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Syaikh yang mulia, tidak
ragu lagi bahwa Anda mengetahui tentang kenyataan pahit yang dialami
umat Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan
masalah-masalah keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi
pemahaman dan pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran da'wah
Islam di berbagai belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan
manhaj generasi pertama yang telah mampu melahirkan generasi terbaik.

Tidak ragu lagi bahwa kenyataan yang menyakitkan ini telah membangkitkan
ghirah (semangat)orang-orang yang ikhlas dan berkeinginan untuk
mengubahnya serta untuk memperbaiki kerusakan. Hanya saja mereka
berbeda-beda cara dalam memperbaiki fenomena tersebut, disebabkan karena
perbedaan pemahaman aqidah dan manhaj mereka -sebagaimana yang Anda
ketahui- dengan munculnya berbagai gerakan danjama'ah-jama'ah Islam
Hizbiyyah yang mengaku telah memperbaiki umat Islam-selama
berpuluh-puluh tahun, tetapi bersamaan itu mereka belum berhasil,bahkan
gerakan-gerakan tersebut menyebabkan umat terjerumus ke dalam
fitnah-fitnah dan ditimpa musibah yang besar, karena manhaj-manhaj
mereka dan aqidah-qaidah mereka menyelisihi perintah Rasul Shallallahu
'alaihi wa sallam dan apa-apa yang dibawa oleh beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam, dimana hal ini meninggalkan dampak yang besar berupa
kebingungan kaum muslimin dan khususnya para pemudanya dalam solusi
mengatasi kenyataan pahit ini.

Seorang da'i muslim yang berpegang teguh dengan manhaj nubuwwah dan
mengikuti jalan orang-orang yang beriman serta mencontoh pemahaman para
sahabat dan tabi'in dengan baik dari kalangan ulama Islam merasa bahwa
dia sedang memikul amanat yang sangat besar dalam menghadapi kenyataan
ini dan dalam memperbaikinya atau ikut berperan serta dalam
menyelesaikannya.

Maka apa nasehat Anda bagi para pengikut gerakan-gerakan dan
jama'ah-jama'ah tersebut .?

Dan apa solusi yang bermanfaat dan mengena dalam menyelesaikan kenyataan
ini.?

Serta bagaimana seorang muslim dapat terbebas dari tanggung jawab ini
dihadapan Allah Azza wa Jalla nanti pada hari Kiamat .?

Jawaban:
Berkaitan dengan apa yang disebutkan dalam pertanyaan diatas, yaitu
berupa buruknya kondisi umat Islam, maka kami katakan : Sesungguhnya
kenyataan yang menyakitkan ini tidaklah lebih buruk daripada kondisi
orang Arab pada zaman jahiliyah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam diutus kepada mereka, disebabkan adanya risalah Islam di antara
kita dan kesempurnaannya, serta adanya kelompok yang eksis di atas
Al-Haq (kebenaran), memberi
petunjuk dan mengajak manusia kepada Islam yang benar dalam hal aqidah,
ibadah, akhlak dan manhaj. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan
orang Arab pada masa jahiliyah menyerupai kenyataan kebanyakan
kelompok-kelompok kaum muslimin sekarang ini !.

Berdasarkan hal itu, kami mengatakan bahwa : Jalan keluarnya adalah
jalan keluar yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan obatnya adalah seperti obat yang pernah digunakan oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana Rasulullah telah
mengobati jahiliyah yang pertama, maka para juru da'wah Islam sekarang
ini harus meluruskan kesalahan pahaman umat akan makna Laa Ilaha
Illallah, dan harus mencari jalan keluar dari kenyataan pahit yang
menimpa mereka dengan pengobatan dan jalan keluar yang di tempuh oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan makna yang demikian ini
jelas sekali apabila kita memperhatikan firman Allah Azza wa Jalla.

"Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah".
[Al-Ahzab : 21]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suri teladan yang baik
dalam memberikan jalan keluar bagi semua problem umat Islam di dunia
modern sekarang ini pada setiap waktu dan kondisi. Hal ini yang
mengharuskan kita untuk memulai dengan apa-apa yang telah dimulai oleh
Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu :

A. Pertama-tama memperbaiki apa-apa yang telah rusak dari aqidah
kaum-muslimin.
B. Dan yang kedua adalah ibadah mereka. 
C. Serta yang ketiga adalah akhlak mereka.

Bukannya yang saya maksud dari urutan ini adanya pemisahan perkara
antara satu dengan yang lainnya, artinya mendahulukan yang paling
penting kemudian sebelum yang penting, dan selanjutnya !. Tetapi yang
saya kehendaki adalah agar kaum muslimin memperhatikan dengan perhatian
yang sangat besar dan serius terhadap perkara-perkara di atas. Dan yang
saya maksud dengan kaum muslimin adalah para juru da'wah, atau yang
lebih tepatnya adalah para ulama di kalangan mereka, karena sangat
disayangkan sekali sekarang ini setiap muslim mudah sekali mendapat
predikat sebagai da'i meskipun mereka sangat kurang dalam hal ilmu.
Bahkan mereka sendiri menobatkan diri sebagai da'i Islam. Apabila kita
ingat kepada suatu kaidah yang terkenal -saya tidak berkata kaidah itu
terkenal di kalangan ulama saja, bahkan terkenal pula dikalangan semua
orang yang berakal- kaidah itu adalah :

>>"Artinya : Orang yang tidak memiliki, tidak dapat memberi".<<

Maka kita akan mengetahui sekarang ini bahwa disana ada sekelompok kaum
muslimin yang besar sekali, bisa mencapai jutaan jumlahnya, apabila
disebut kata : para da'i maka manusia akan mengarahkan pandangan kepada
mereka. Yang saya maksudkan adalah jama'ah da'wah atau jama'ah tabligh.
Bersamaan dengan itu, kebanyakan mereka adalah sebagaimana firman Allah
Azza wa Jalla.

"Artinya : Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" [Al-A'raaf
:187].

Sebagaimana diketahui dari metode da'wah mereka bahwa mereka itu telah
benar-benar berpaling dari memperhatikan pokok pertama atau perkara yang
paling penting diantara perkara-perkara yang disebutkan tadi, yaitu
aqidah, ibadah dan akhlak. Dan mereka menolak untuk memperbaiki aqidah
dimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memulai dengannya,
bahkan semua nabi memulai dengan aqidah ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah berfirman.

"Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan) : "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
thaghut".[An-Nahl : 36].

Mereka tidak mempunyai perhatian terhadap pokok ini dan terhadap rukun
pertama dari rukun-rukun Islam ini -sebagaimana telah diketahui oleh
kaum muslimin semuanya-. Rasul yang pertama di antara para rasul yang
mulia Nuh 'Alaihis sallam telah mengajak kepada masalah aqidah hampir
seribu tahun.

Dan semua mengetahui bahwa pada syariat-syariat terdahulu tidak terdapat
perincian hukum-hukum ibadah dan muamalah sebagaimana yang telah dikenal
dalam agama kita ini, karena agama kita ini adalah agama terakhir bagi
syariat-syariat agama-agama lain. Bersamaan dengan itu, Nabi Nuh
'Alaihis sallam tetap mengajak kaumnya selama 950 tahun dan beliau
menghabiskan waktunya bahkan seluruh perhatiannya untuk berda'wah kepada
tauhid. Meskipun demikian, kaumnya menolak da'wah beliau sebagaimana
telah dijelaskan dalam Al-Qur'an.

"Artinya : Dan mereka berkata :'Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa', Yaghuts, Ya'uq
dan Nasr". [Nuh : 23].

Ini menunjukkan dengan tegas bahwa sesuatu yang paling penting untuk
diprioritaskan oleh para da'i Islam adalah da'wah kepada tauhid. Dan ini
adalah makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Maka ketahuilah, bahwa sesunguhnya tidak ada sesembahan (yang
berhak diibadahi) melainkan Allah". [Muhammad : 19]

Demikian sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara amalan
maupun pengajaran. Adapun amalan beliau, maka tidak perlu dibahas,
karena pada periode Makkah perbuatan dan da'wah Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam kebanyakan terbatas dalam hal menda'wahi kaumnya agar
beribadah kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Sedangkan dalam hal pengajaran, disebutkan dalam hadits Anas bin Malik
Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan di dalam Ash-Shahihain. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mengutus Muadz ke Yaman, beliau
bersabda :
"Artinya : Hendaknya hal pertama yang engkau serukan kepada mereka
adalah pesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali
Allah saja, maka jika mereka mentaatimu dalam hal itu ..... dan
seterusnya sampai akhir hadits. [Hadits Shahih diriwayatkan oleh
Al-Bukhari (1395) dan ditempat lainnya, dan Muslim (19), Abu Daud
(1584), At-Tirmidzi (625), semuanya dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu
anhu]

Hadits diatas ini telah diketahui dan masyhur, Insya Allah.

Kalau begitu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
memerintahkan para shahabatnya untuk memulai dengan apa yang dimulai
oleh beliau sendiri yaitu da'wah kepada tauhid.

Tidak diragukan lagi bahwa terdapat perbedaan yang besar sekali antara
orang-orang Arab musyrikin dimana mereka itu memahami apa-apa yang
dikatakan kepada mereka dengan bahasa mereka, dengan mayoritas
orang-orang Arab Muslim sekarang ini. Orang-orang Arab Muslim sekarang
ini tidak perlu diseru untuk mengucapkan : Laa Ilaha Illallah, karena
mereka adalah orang-orang yang telah mengucapkan syahadat Laa Ilaha
Illallah, meskipun aliran dan keyakinan
mereka berbeda-beda. Mereka semuanya mengucapkan Laa Ilaha Illallah,
tetapi pada kenyataannya mereka sangat perlu untuk memahami lebih banyak
lagi tentang makna kalimat thayyibah ini. Dan perbedaan ini adalah
perbedaan yang

Sangat mendasar dengan orang-orang Arab dahulu dimana mereka itu
menyombongkan diri apabila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menyeru mereka untuk mengucapkan Laa Ilaha Illallah, sebagaimana yang
dijelaskan dalam Al-Qur'anul Azhim [1]. Mengapa mereka menyombongkan
diri ?. Karena mereka memahami bahwa makna Laa Ilaha Illallah adalah
bahwa mereka tidak boleh menjadikan tandingan-tandingan bersama Allah,
dan agar mereka tidak beribadah kecuali kepada Allah, padahal dahulu
mereka menyembah selian Allah pula, mereka menyeru selain Allah,
beristighatsah (meminta tolong) kepada selain Allah, lebih-lebih lagi
dalam masalah nadzar untuk selain Allah, bertawasul kepada selain Allah,
menyembelih kurban untuk selain Allah dan
berhukum kepada selain Allah dan seterusnya.

Ini adalah sarana-sarana kesyirikan paganisme yang dikenal dan
dipraktekkan oleh mereka, padahal mereka mengetahui bahwa diantara
konsekwensi kalimat thayyibah Laa Ilaha Illallah dari sisi bahasa Arab
adalah bahwa mereka harus berlepas diri dari semua perkara-perkara ini,
karena bertentangan dengan makna Laa Ilaha Illallah.


[Disalin dari buku At-Tauhid Awwalan Ya Du'atal Islam, edisi Indonesia
TAUHID, Prioritas Pertama dan Utama, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani, hal 5-15, terbitan Darul haq, penerjemah Fariq Gasim Anuz]

_________
Foote Note.
[1]. Beliau mengisyaratkan kepada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam
surat Ash-Shaffat : "Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila
dikatakan kepada mereka : Laa Ilaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang
berhak diibadahi melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka
berkata : 'Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan
kami karena
kami seorang penyair yang gila ?" [Ash-Shaffat : 35-36]



[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/TXWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke