http://www.darussalaf.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=394
TASAWUF DAN PENGKULTUSAN RASULULLAH Shalallahu’alaihi
Wassallam
Selasa, 10 Oktober 2006 - 01:28 PM, Penulis: Buletin
Islam Al Ilmu Edisi 49/II/III/ 1426  
 
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam adalah
sebaik-baik manusia, tidak ada yang melebihi beliau
dalam hal kemuliaan dan kehormatan. Oleh karena itu,
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan beliau sebagai
suri tauladan terbaik bagi umat manusia. Allah
berfirman (artinya): “Sungguh telah ada pada diri
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam itu suri
tauladan bagi kalian.” (Al Ahzab: 21)

Beliaulah yang harus kita cintai melebihi kecintaan
terhadap diri kita sendiri, orang tua, anak, istri dan
seluruh umat manusia. Namun Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam melarang umatnya dari
sikap berlebihan, terkhusus sikap pengkultusan
terhadap diri beliau Shalallahu’alaihi Wassallam.
Sebagaimana beliau bersabda:
لاَ
تُطْرُوْنِيْ
كَمَا
أَطْرَتِ
النَّصَارَى
ابْنَ
مِرْيَمَ
،
إِنَّمَا
أَنَا
عَبْدٌ ،
فَقُوْلُوا
عَبْدُ
اللهِ
وَرَسُوْلُهُ

“Janganlah kalian mengkultuskan diriku, sebagaimana
orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam.
Hanyalah aku ini seorang hamba, maka katakanlah: “(Aku
adalah) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (H.R Al Bukhari)
Sangatlah disayangkan ternyata kaum Sufi merupakan
kaum yang paling gencar melanggar perintah Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam tersebut. Sekian banyak
bukti pengkultusan mereka terhadap Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam
terdapat dalam karya tulis tokoh-tokoh tersohor
mereka. Sampai-sampai pengkultusan tersebut
menjerumuskan mereka ke dalam jurang kesyirikan, baik
dalam hal rububiyah, uluhiyah, ataupun asma’ wa sifat.


DIANTARA BUKTI PENGKULTUSAN KAUM SUFI TERHADAP RASUL
Shalallahu’alaihi Wassallam

Gambaran pengkultusan kaum Sufi terhadap Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam sangatlah beraneka ragam,
yang kesemuanya bermuara dari kedustaan, khayalan atau
kebodohan. Dapatlah kita simak gambaran-gambaran
tersebut melalui bukti-bukti berikut ini :
1. Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam Diciptakan
Dari Nur (Cahaya) Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Diantara tokoh Sufi yang berpendapat demikian adalah
Ibnu Arabi di dalam Al Futuhat Al Makkiyyah 1/119,
Abdul Karim Al Jaili di dalam Al Insaanul Kaamil 2/46
dan beberapa yang lainnya.
Demi memudahkan penyebaran aqidah sesat ini, mereka
memunculkan hadits yang tidak diketahui asal usulnya
yang didustakan atas nama Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wassallam yaitu: 
أَنَّ
اللهَ
تَعَالى
خَلَقَ
نُوْرِ
نَبِيِّهِ
مِنْ
نُوْرِهِ
“Bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan
cahaya nabi-Nya dari cahaya-Nya” 
Allah Subhanahu Wa Ta’ala membantah keyakinan keji ini
dengan menyatakan bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wassallam adalah seorang manusia sedangkan manusia itu
diciptakan dari tanah bukan dari cahaya. Allah
berfirman (artinya): 
“Katakanlah (wahai Muhammad) :” Maha Suci Tuhanku, aku
tidak lain adalah seorang manusia dan rasul.” (Al
Israa’: 93)

Dia juga berfirman (artinya): “Dan Allah menciptakan
kalian (manusia) dari tanah, kemudian nuthfah lalu
menjadikan kalian berpasang-pasangan.” (Faathir: 11)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan
bahwa Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam diciptakan dari
unsur tanah dan tidak ada satupun manusia yang
diciptakan dari cahaya. Disamping itu, keutamaan
sebagian makhluk dibanding makhluk lainnya bukanlah
karena unsur diciptakannya. Bahkan Nabi Adam beserta
anak keturunannya yang shalih itu lebih utama dari
malaikat walaupun malaikat tersebut diciptakan dari
cahaya. (Disarikan dari Majmu’ Fatawa 11/94-95)

2. Seluruh Alam Semesta Diciptakan Dari Nur (cahaya)
Muhammad (Aqidah Nur Muhammadi)
Abdul Karim Al Jaili berkata: “Dan tatkala Allah
Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan seluruh alam semesta
ini dari nur Muhammad, maka hati Muhammad
Shalallahu’alaihi Wassallam itu merupakan bagian yang
malaikat Israfil diciptakan darinya –lalu dia
mengatakan– sesungguhnya Al Aqlu Al Awwal yaitu
Muhammad Shalallahu’alaihi Wassallam, Allah
ciptakan darinya Jibril sehingga Muhammad
Shalallahu’alaihi Wassallam adalah ayah Jibril dan
asal usul dari seluruh alam.” (Al Insaanul Kaamil
2/26-27). 
Dari dua jenis keyakinan kufur ini, dapat disimpulkan
bahwa Allah menciptakan Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam dari cahaya-Nya, kemudian
dari cahaya tersebut terciptalah seluruh alam semesta.
Sehingga tidaklah yang ada di alam semesta ini
melainkan bagian dari Dzat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Muncullah dari sini keterkaitan kedua keyakinan itu
dengan aqidah Manunggaling Kawula Gusti. Sebuah
skenario yang benar-benar keji. Wallahul Musta’an!!

3. Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam
Memiliki Beberapa Sifat Ketuhanan (Rububiyyah)
Sehingga Berhak Diibadahi
Keyakinan kufur ini tidaklah terlepas dari konsekuensi
yang diraih ketika mereka menyatakan tentang aqidah
Manunggaling Kawula Gusti. Dan inilah yang ditegaskan
sendiri oleh pujangga-pujangga syair tersohor mereka. 
Al Bushiri berkata di dalam syairnya yang terkenal:
Maka sesungguhnya diantara kedermawananmu (Muhammad)
adalah adanya dunia dan akhirat
Dan diantara ilmumu adalah ilmu tentang Lauhul Mahfudh
dan Al Qalam (yaitu ilmu tentang segala takdir di alam
semesta ini) 
(Burdatul Madiih hal. 35 yang terkenal dengan Qasidah
Burdah). 
Yusuf An Nabhani menukil perkataan Syamsuddin At
Tuwaji Al Mishri: 
Wahai utusan Allah, sesungguhnya aku ini lemah 
Maka sembuhkanlah aku karena sesungguhnya engkau
adalah pangkal kesembuhan
Wahai utusan Allah, bila engkau tidak menolongku 
Maka pada siapa lagi menurutmu aku akan bersandar
(Syawaahidul Haq hal. 352)
Betapa jauhnya penyimpangan mereka dari aqidah yang
benar?!!, padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
(artinya):
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku tidaklah memiliki
manfaat atau dapat mencegah bahaya dari diriku sendiri
kecuali yang Allah kehendaki. Kalau seandainya aku
mengetahui yang ghaib maka tentunya aku dapat
memperbanyak kebaikan untukku dan tidak ada satupun
bahaya yang menimpaku”. (Al A’raaf:188) 

“Dan bila Allah menimpakan kepadamu suatu kejelekan
maka tidak akan ada yang dapat menghilangkannya
kecuali Dia saja. Dan apabila Dia mendatangkan
kebaikan kepadamu maka Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu”. (Al An’aam:17)

4. Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam
Dapat Dilihat Di Dunia Dalam Keadaan Terjaga (Setelah
Beliau Meninggal Dunia) 
Keyakinan ini mereka ambil berdasarkan hikayat-hikayat
dusta yang berasal dari tokoh-tokoh tarekat mereka.
Asy Sya’rani menyatakan bahwa Abul Mawaahib Asy
Syadzali berkata: “Aku pernah melihat
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam lalu
berkata kepadaku tentang diri beliau: “Aku sebenarnya
tidaklah mati. Hanyalah kematianku (sekarang ini)
sebagai persembunyianku dari orang-orang yang tidak
mengerti tentang Allah.” Maka akupun melihat beliau
dan beliaupun melihat aku.” (Thabaqatul Kubra 2/69
karya Asy Sya’rani). 
Bahkan dengan tegas Abul Mawaahib membawakan sabda
Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam
dengan dusta bahwa barangsiapa yang tidak percaya
dengan pertemuan dirinya dengan beliau, kemudian dia
mati, maka dia mati dalam keadaan sebagai seorang
Yahudi, Nashrani atau Majusi!! (Thabaqatul Kubra 2/67)
Sebagian murid Khaujili bin Abdirrahman (seorang tokoh
Sufi jaman ini) menceritakan bahwa gurunya ini pernah
melihat Rasulullah sebanyak 24 kali dalam
sehari sedangkan dia dalam keadaan sadar. (Thabaqat
Ibni Dhaifillah hal. 190)
Hikayat-hikayat yang mereka ceritakan ini sebenarnya
mengandung beberapa perkara yang batil, diantaranya: 
a. Jasad Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam yang
ada di kubur dapat kembali ke alam dunia. Padahal
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman (artinya):
“Dan di belakang mereka terdapat dinding (pemisah
antara alam kubur dengan alam dunia) sampai hari
mereka dibangkitkan (hari kiamat)”. (Al Mu’minuun:
100)
b. Rasulullah sekarang ini tidak meninggal
dunia. Allah Subhanahu Wa Taala membantah hal
ini dengan firman-Nya (artinya): “Sesungguhnya engkau
(Muhammad) akan mati dan merekapun akan mati (pula).”
(Az Zumar: 30)
Kedua kandungan ini cukuplah sebagai bukti tentang
sikap berlebihan (pengkultusan) mereka terhadap
pribadi Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wassallam.

Ketika aqidah rusak mereka ini mulai terkuak, maka
muncullah beragam pendapat lagi di dalam mengkaburkan
maksud kalimat “melihat Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam dalam keadaan terjaga”.
Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bisa
dilihat dengan menjelma sebagai seorang syaikh terekat
mereka, bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wassallam bisa dilihat dengan mata hati bukan mata
kepala, Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam
bisa dilihat dalam keadaan antara tidur dan terjaga
ataupun yang dilihat itu adalah ruh beliau bukan
jasadnya. Pendapat terakhir ini diucapkan oleh tokoh
Sufi jaman sekarang yaitu Muhammad Alwi Al Maliki
dalam kitab Adz Dzakhaa’ir Al Muhammadiyah hal. 259
(Khasha’ishul Musthafa hal. 217-218).

Ternyata keyakinan ini –yang sebenarnya telah terkuak
kebatilannya– dijadikan kaum Sufi sebagai salah satu
jembatan untuk memunculkan ajaran-ajaran baru (bid’ah)
yang belum pernah diajarkan Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam di masa beliau masih
bersama para sahabatnya dahulu. Satu lagi skenario
jahat untuk menodai ajaran agama suci ini. 

Demikian pula pernyataan sesat yang dilontarkan Umar
Al Fuuti bahwa Ahmad At Tijani (pendiri tarekat At
Tijaniyah) pernah diijinkan Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam untuk mengajari manusia
setelah bersemedi, kemudian beliau menetapkan sebuah
wirid tertentu kepada dirinya, yang sebelumnya beliau
mengabarkan tentang kedudukan Ahmad At Tijani yang
tinggi, keutamaan wirid tersebut dan janji Allah
kepada siapa saja yang mencintai Ahmad At Tijani dari
kalangan pengikutnya (Rimaahu Hizbirrahiim 1/191). 

Muhammad As Sayyid At Tijani mengungkapkan bahwa
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersama para Al
Khulafaur Rasyidin pernah menghadiri majelis wirid
Ahmad At Tijani. Lalu beliau Shalallahu’alaihi
Wassallam memberikan syafa’at kepada hadirin ketika
itu. (Al Hidayah Ar Rabbaniyah hal. 12)


WIRID-WIRID BID’AH KAUM SUFI
Mereka tidak hanya menuangkan pengkultusan
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam melalui
pendapat ataupun untaian-untaian syair saja, tetapi
juga melalui wirid dalam bentuk shalawat nabi. Bahkan,
dengan shalawat inilah banyak sekali kaum muslimin
–walaupun tidak terikat dengan ajaran mereka– terjatuh
ke dalam jeratan mereka. Hal ini disebabkan beberapa
perkara, diantaranya:

a. Mereka tidak jarang membawakan ayat-ayat ataupun
hadits-hadits shahih yang masih bersifat umum yang
menganjurkan seorang muslim untuk bershalawat atau
berdzikir.
b. Hikayat-hikayat dusta yang menceritakan tentang
keutamaan-keutamaan membaca shalawat tertentu.

Di antara shalawat yang sangat terkenal di tengah kaum
muslimin adalah shalawat Al Faatih yang apabila
membacanya mendapatkan keutamaan seperti membaca Al
Qur’an sebanyak 6000 kali, shalawat Nariyah yang
apabila membacanya sebanyak 4444 kali maka hajatnya
akan terpenuhi atau terlepas dari kesulitan, dan juga
beberapa shalawat lainnya yang kental dengan nuansa
kesyirikan di dalam kitab Dalaailul Khairaat karya
Muhammad bin Sulaiman Al Jazuli yang sering dibaca
sebagian kaum muslimin terutama pada hari Jum’at.
(Untuk lebih rincinya, insya Allah akan diangkat topik
“Sufi dan Shalawat-shalawat Bid’ah Mereka”)

HADITS-HADITS LEMAH DAN PALSU YANG TERSEBAR DI
KALANGAN UMAT
Hadits Ibnu Umar  :
مَنْ
زَارَ
قَبْرِيْ
وَجَبَتْ
لَهُ
شَفَاعَتِيْ

“Barangsiapa yang menziarahi kuburku maka berhak
baginya syafa’atku”
Keterangan: 
Hadits ini mungkar karena di dalam sanadnya terdapat
seorang perawi yang bernama Musa bin Hilal Al ‘Abdi.
Beberapa ulama ahli hadits seperti Abu Hatim, Al
Bukhari, An Nasai, Al Hakim, Ibnu Abdil Hadi, Ibnu
Hajar dan Al Baihaqi sendiri (yang meriwayatkan hadits
tersebut) mengkritik perawi tersebut. Asy Syaikh Al
Albani menyatakan bahwa hadits tersebut mungkar.
(Irwa’ul Ghalil no. 1128)

Hadits-hadits yang semakna dengan hadits di atas
kerapkali dibawakan para tokoh Sufi didalam mengajak
kaum muslimin untuk meyakini adanya keutamaan tertentu
di dalam menziarahi makam beliau, sampai akhirnya
mengkultuskan beliau seperti bertawasul atau berdoa
kepada beliau dan mengkeramatkan makam beliau. 
Adapun ziarah ke kubur beliau dan juga selain beliau
maka hal ini diperbolehkan selama dengan tujuan dan
cara yang diajarkan Rasulullah Shalallahu’alaihi
Wassallam.

(Sumber : Buletin Islam Al Ilmu Edisi 49/II/III/ 1426,
Jember. 
Dikirim via email oleh al Al Akh Hardi Ibn Harun.)
 


===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id


 
____________________________________________________________________________________
Sucker-punch spam with award-winning protection. 
Try the free Yahoo! Mail Beta.
http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/features_spam.html

Kirim email ke