Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Kawan2 seperjuangan, Akhir-akhir ini tudingan kecurigaan pada umat Islam sebagai sumber terorisme sangat memprihatinkan. Lucunya semua tudingan diucapkan oleh orang-orang yang merasa Islam, baik itu dari ormas Islam maupun Departemen Agama. Sejak bom Bali II, pihak Amerika dengan menggunakan pengaruhnya menjadikan momentum tersebut untuk menekan pemerintah Indonesia melalui iming-iming normalisasi bantuan militer, ekonomi dsbnya. Cerita selanjutnya pemerintah menekan BIN, lalu BIN pun mulai menakut-nakuti umat Islam dengan menyebarkan Babinsa hingga tingkat desa sebagai perpanjangantangannya. Beberapa Kyai dan Ustadz mulai ditanya-tanyain apa saja aktifitasnya di luar pesantren. Wapres Yusuf Kalla pun ikut merasa punya wewenang untuk mengeluarkan fatwa yang mengatakan bahwa bom bunuh diri itu jihad yang keliru dan bahwa jihad zaman sekarang bukan harus bunuh dir atau perang. Pernyataan wapres kemudian diikuti banyak pendapat tokoh-tokoh lainnya, sampai mereka dan masyarakat bingung sehingga akhirnya menyamakan jihad, dengan syahid, bom bunuh diri dan bom syahid. Kemudian cerita lain ada seorang petinggi Depag yang telah menyinggung perasaan sebagian umat Islam dengan mengaitkan Islam dengan kata radikal melalui istilah yang ia sebutkan pada teroris sebagai Islam Radikal . Di Cimahi para santri Pondok Pesantren diminta sidik jarinya dengan alasan untuk memudahkan polisi melacak bial terjadi aksi terorisme. Kurikulum pondok Pesantren Ngruki di Jatim di periksa karena dicurigai berisi ajaran yang salah dalam mendefinisikan jihad. Kemudian Depag menengahi dengan ikut membentuk Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) , karena dianggap lebih satu bahasa dan santun dalam mendekati pesantren. TPT dalam waktu dekat ini katanya siap membuat suatu kurikulum matapelajaran baru mengenai definisi Jihad yang benar menurut Islam (atau menurut Amerika ?). Semua kekasaran sikap berlebihan pemerintah kita ini (atas nama pesanan Amerika dan sekutunya) mencerminkan keangkuhan pemerintahan munafik yang ingin mengobok-obok kehormatan umat Islam langsung disarangnya. Mereka memang ingin menunjukkan kekuatan dan keberanian mereka, sekaligus merendahkan kesakralan atau kehormatan para Kyai dan Ustadz dengan cara memeriksa aktifitas para Kyai dan Ustadz serta menyelidiki kurikulum pesantren yang mereka pimpin. Rabu malam lalu, Habib Rizieq dalam suatu ceramahnya menyatakan kegundahannya tentang sedang terjadinya aktifitas spionase skala global yang sedang menggerogoti bangsa ini. Cara mereka sangat canggih dan halus, dengan menggunakan umat Islam sendiri sebagai pion untuk melakukan aksi terorisme sehingga dengan sangat meyakinkan masyarakat dan pemerintah yakin bahwa teroris terjadi karena ajaran Islam yang salah. Dengan alasan terorisme ini pihak AS dan sekutunya ingin memiliki alasan yang tepat untuk ikut campur dalam penanganan umat Islam di Indonesia, entah melalui pembiasan makna jihad melalui jalur pendidikan atau melakukan pembatasan gerak ormas Islam yang aktif melakukan amar maruf nahi munkar. Pihak AS menganggap bahwa pemerintah Indonesia dibawah Megawati tidak mampu menangangi pertumbuhan Islam. Megawati beserta jajaran PDIP nya yang banyak beranggotakan orang Non Islam dianggap kurang dekat dengan Islam. Megawati dan PDIP akan beresiko tinggi dan sama saja dengan menyulut bom bila bersikap kasar dengan umat Islam karena umat Islam memang secara jelas tidak senang dengan Megawati dan PDIP. Lalu akhirnya pihak AS memutuskan mendukung SBY dengan mengucurkan dana kampanye SBY milyaran rupiah, karena SBY tidak punya riwayat buruk dengan umat Islam. Namun Habib Rizieq dahulu sebelum kampanye presiden pernah menyampaikan kecurigaannya bahwa SBY sebagai arsitek penangkapan aktifis Muslim pada masa kepemimpinan Suharto. Sebenarnya apa agenda atau tujuan utama pihak barat menekan umat Islam di Indonesia ? Mungkin pantas disimak pernyataan Tony Blair di laporkan BBC News di depan peserta kongres Nasional Partai Buruh ( www.1924.org) yang menjelaskan bahwa ada 4 kriteria Ideologi Iblis para teroris, yaitu menghapuskan negara Israel, menjadikan syariat Islam sebagai sumber hukum, menegakkan khilafah dan pemahaman yang bertentangan dengan nilai-nilai liberal. Tidak perlu menjadi teroris, karena sebagai Umat Islam yang beriman sudah tentu ke-empat ideologi itu sangat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Umat Islam memang ingin menghapus penjajahan Palestina oleh Israel, juga wajib menegakkan syariat Islam kalau mampu, harus memilih pemimpin Islam, dan umat Islam sangat menentang keras gaya hidup liberal yang membebaskan pornografi, perkawinan sesama jenis, kebebasan berjudi, minuman keras dsbnya. Jadi jelas bahwa pihak AS dan sekutunya, tidak ingin Indonesia menjadi negara Islam dengan syariat Islamnya. Cara yg mereka gunakan untuk membendung usaha-usaha penegakan syariat Islam adalah dengan memandulkan semangat jihad Islam di Indonesia dan kemudian menguasainya secara ekonomi dan pengaruh global mereka. Entry Point pihak barat ke dalam percaturan politik dan keamanan di Indonesia salah satunya dilakukan melalui isu-isu terorisme di Indonesia dan global. Pihak barat melalui Asia Foundation setiap tahun mengeluarkan dana sekitar 400 milyar rupiah untuk menyebarkan ajaran Islam gaya liberal, salah satunya melalui Jaringan Islam Liberal (JIL). Pihak barat juga berlagak tak tahu ketika film-film gaya barat hingga VCD / DVD porno dibajak habis-habisan hingga sekeping VCD porno barat bisa dibeli dengan harga Rp. 2000. Tapi ketika software computer dibajak mereka ribut soal hak cipta, dilain pihak mereka mempersilahkan otak orang Indonesia diisi dengan kehidupan gaya liberal barat dan pornografi melalui VCD dan DVD bajakan. Beginilah kondisi negeri ini dan umat Islam kita yang sangat memprihatinkan. Entah apa yang ingin dicapai pemerintahan SBY, mula-mula cari simpati pada rakyatnya dengan rajin memberantas korupsi dan perjudian (diawal pemerintahannnya saja). Ketika dukungan rakyat dan ormas / partai politik sudah mulai bagus, kemudian SBY nekat naikkan harga BBM. Kini ia cari simpati pula secara internasional agar mendukungnya secara politik dan ekonomi, apa pula sebenarnya agenda besar SBY sehingga ia berani mengorbankan umat Islam demi agenda besarnya. Inilah permainan politik yang ruwet, penuh gray area (wilayah abu-abu). Padahal kalau SBY bersikap sebagai muslim sejati, sangat mudah sebenarnya mengurus negeri ini. Karena Allah SWT pasti siap menolong umatnya, apalagi bila ia seorang presiden, tentunya sepanjang ia melakukannya atas niat ikhlas untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dan tentunyaa bukan niat demi agenda pribadi yang disangkanya besar, padahal bisa jadi sesuatu (agenda) yang sangat bodoh. Seorang pemimpin politik muslim sejati hanya melihat hitam dan putih, jadi lebih mudah toh mengurus negeri ini kalau cuma ada dua warna, dibanding kalau ada warna abu-abu gelap, abu-abu terang, abu-abu agak gelap sedikit dan sebagainya . Dua warna itu hanya benar dan salah, tidak ada yang agak benar atau agak salah. Resiko dari bersikap tegas (katakan yang haq / benar walau pahit akibatnya) memang berat, tapi kalau kita percaya pada pertolongan Allah SWT, maka tidak ada yang sulit. Wallahu Alam bishshwab, Abdi M.U
--------------------------------- Yahoo! Personals Single? There's someone we'd like you to meet. Lots of someones, actually. Try Yahoo! Personals [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/