Ah, yang Penting kan Hatinya! 
   
          Written by Ummu Raihanah    
      Selasa, 10 Oktober 2006 
      Banyak syubhat di lontarkan kepada kaum muslimah yang ingin berjilbab. 
Syubhat yang 'ngetrend' dan biasa kita dengar adalah " Buat apa berjilbab kalau 
hati kita belum siap, belum bersih, masih suka 'ngerumpi' berbuat maksiat dan 
dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hati!  lalu 
tercenunglah saudari kita ini membenarkan pendapat kawannya tadi. 
  Syubhat lainnya lagi adalah " Liat tuh kan ada hadits yang berbunyi: 
Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat 
pada hati kalian..!. Jadi yang wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati 
kita baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berkerudung!. Benarkah 
demikian ya ukhti,, ??
  Saudariku muslimah semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan 
berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta'ala 
memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini. Jika 
agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama ini. Bila 
agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka 
tengoklah disekitar kita ada orang-orang yang beragama Nasrani, Hindu atau 
Budha dan orang kafir lainnya liatlah dengan seksama ada diantara mereka yang 
sangat baik hatinya, lemah lembut, dermawan, bijaksana. Apakah anda setuju 
untuk mengatakan mereka adalah muslim? Tentu akal anda akan mengatakan "tentu 
tidak! karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, mereka tidak memeluk islam, 
perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang islam. Tentu anda akan 
sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi  seseorang berdasarkan perbuatan 
yang nampak(zahir) dalam diri orang itu.   
  Lalu bagaimana pendapatmu ketika anda melihat seorang wanita di jalan 
berjalan tanpa jilbab, apakah anda bisa menebak wanita itu muslimah ataukah 
tidak? Sulit untuk menduga jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama 
dengan wanita non muslimah lainnya.Ada kaidah ushul fiqih yang mengatakan 
"alhukmu ala dzawahir amma al bawathin fahukmuhu "ala llah' artinya hukum itu 
dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya adalah terserah 
Allah. 
  Rasanya tidak ada yang bisa menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin 
(istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) begitupula istri-istri 
sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita yang paling baik 
hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia. Tapi mengapa ketika ayat hijab 
turun agar mereka berjilbab dengan sempurna (lihat QS: 24 ayat 31 dan QS: 33 
ayat 59) tak ada satupun riwayat termaktub mereka menolak perintah Allah 
Ta'ala. Justru yang kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan 
kerudung sebagai bukti ketaatan mereka.Apa yang ingin anda katakan?  Sedangkan 
mengenai hadits diatas, banyak diantara saudara kita yang tidak mengetahui 
bahwa hadits diatas ada sambungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:
  "Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata, 
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh 
kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat 
hati-hati kalian "(HR. Muslim 2564/33). 
  Hadits diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai berikut:
  "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta 
kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian. (HR.Muslim 2564/34). 
  Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan amal. Apabila hanya hati yang 
diutamakan niscaya akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini. Tentu kaum 
muslimin tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan 
Ramadhan, membayar dzakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta 
dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ketanah suci Mekah atau amal ibadah 
lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) 
cukup mengandalkan hati saja, toh mereka adalah sebaik-baik manusia diatas muka 
bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya mereka adalah orang yang sangat giat 
beramal tengoklah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya. Urwah 
bin Zubair Radhiyallahu anhu misalnya, Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, Ibunya 
adalah Asma binti Abu Bakar, Kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shidik, 
bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu anha istri Rasulullah Shalallahu alaihi 
wassalam. Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia
 jangan ditanya tentang hatinya, ia adalah orang yang paling lembut hatinya toh 
masih bersusah payah giat beramal, bersedekah dan ketika shalat ia bagaikan 
sebatang pohon yang tegak tidak bergeming karena lamanya ia berdiri ketika 
shalat. Aduhai,..betapa lalainya kita ini,..banyak memanjangkan angan-angan dan 
harapan padahal hati kita tentu sangat jauh suci dan mulianya dibandingkan 
dengan generasi pendahulu kita. Wallahu'alam bish-shawwab. 
  Muraja'ah oleh ust. Eko Hariyanto Lc 
*Mahasiswa paska sarjana Fakultas Syari'ah Universitas Imam Ibnu Saud, 
Riyadh,KSA. 


Yathie 
(Ingati bila Sunyi, Rindui bila Jauh, Fahami bila Keliru, Nasehati bila Lalai 
dan Maafkan bila Terluka. Alangkah Indahnya ukhuwah bila sgalanya karena Allah 
SWT)

       
---------------------------------
No need to miss a message. Get email on-the-go 
with Yahoo! Mail for Mobile. Get started.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke