Ini karena sebagian miliser di mediacare ini tampaknya punya hobi berantem. 
Masalah sikap, menurut saya. Dikoreksi secara positif tapi reaksinya malah 
negatif, bukannya terima kasih. Koreksi demi akurasi itu, seberapapun kecilnya, 
adalah penting. Sering kali kecerdasan seseorang tidak hanya dilihat dari bobot 
tulisannya, tapi juga kemampuannya menerima feedback tanpa bereaksi secara 
berlebihan.

manneke

-----Original Message-----

> Date: Wed Jun 14 19:14:52 PDT 2006
> From: "Dipo Siahaan" <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [mediacare] Re: MENGUTIP  FAKTA-FAKTA SEJARAH   ----  USAHAKAN 
> SEKOREK MUNGKIN. Untuk Tossi
> To: mediacare@yahoogroups.com
>
> aduh, aduh
>   kok aneh begini sih? bapak Batara itu setahu saya hanya memberikan catatan, 
> dan catatan itu berguna untuk membuat tulisannya pak Tossi menjadi lebih 
> akurat dan sesuai dengan data. kok malah jadi berdebat nggak keruan begini? 
>   Memang benar bahwa catatan pak Batara tidak berpengaruh banyak bagi inti 
> tulisan pak Tossi, tapi sebagai orang yang tulisannya dikutip oleh orang 
> banyak, dan demi reputasi pak Tossi sendiri, bukankah jauh lebih baik kalau 
> setiap bagian dari tulisan itu memiliki data-data yang tepat dan akurat, 
> sehingga seluruhnya menjadi dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, 
> bahkan walaupun bagian yang diperbaiki itu adalah satu bagian kecil saja?
>    
>   Kalau menurut saya bapak Tossi seharusnya berterima kasih pada pak Batara. 
> Dan kalaupun catatan yang diberikan pak Batara memang disebabkan obsesi 
> beliau terhadap akurasi penulisan sejarah, tidak apa-apa bukan? karena justru 
> dengan obsesi itu tulisan pak Tossi jadi diperbaiki. 
>    
>   seorang penulis yang baik pasti akan berterima kasih kalau ada 
> masukan-masukan yang bisa memperbaiki tulisannya, sekecil apa pun masukan 
> itu.  
>    
>   Salam
>   Dipo Siahaan
>    
>   
> 
> loekyh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   --- In mediacare@yahoogroups.com, Batara Hutagalung 
> wrote:
> 
> > Wah ??Ewah ??Ewah??Erupanya tulisan saya telah membuat teman 
> > saya Tossi jadi emosi, sampai-sampai mencap Pak Ibrahim dan
> > saya sebagai super nasionalis. Sorry deh Tossi! 
> 
> L: Maaf, ingin sekali-kali intervensi, sekali-kali mengkudeta 
> moderator :-). Saya tak melihat alasan penggunaan 'super-nasionalis' 
> oleh Tossi sebagai indikasi emosi. Justru saya melihat Tossi mampu 
> menulis 'kita hargai' sbg indikasi tak emosi dan usaha menghargai 
> argumentasi anda (lihat kutipan di bawah).
> 
> Menurut saya, lebih baik rekan Batara fokus pada kalimat2 rekan 
> Tossi, coba cari kalimat2 yg salah atau tak akurat, bukan pada 
> kesalahan pribadi si Tossi (walaupun mungkin benar bahwa Tossi 
> emosi). Prejudice dan prasangka itu termasuk membuat asumsi sendiri 
> (mis. Tossi emosi) tanpa fakta, indikasi atau kriteria yg bisa 
> diterima orang lain (kecuali diterima sendiri).
> 
> > Saya tak emosi, apalagi marah dengan tuduhan ini, karena saya
> > yang tahu, bahwa saya bukan seorang super nasionalis. Kalau
> > memang negara dan bangsa Indonesia melakukan kesalahan, akan
> > saya katakan apa adanya, dan tidak akan membela mati-matian.
> 
> L: Sikap dan prilaku (mis. supernasionalis) diri kita biasanya hanya 
> bisa dinilai lebih obyektif oleh orang lain, bukan lewat klaim diri 
> sendiri. Ttp sebaiknya kita tetap fokus pada isi diskusi, bukan pada 
> pribadi si pendiskusi (termasuk pribadi diri sendiri).
> 
> Saya tak sepakar anda berdua dalam sejarah, ttp secara umum saya 
> ingin bertanya mengapa anda menulis "koreksi ini sangat penting, 
> karena menyangkut perbandingan dengan sejarah Indonesia". Di mana 
> letak pentingnya? Apakah agar orang tak percaya versi lain sejarah 
> Indonesia-Belanda th. 40-50-an yg salah? Kalau ya, berarti argumen 
> Tossi berikut yg mengkritik anda terlalu fokus pada masa lalu nun 
> jauh di masa lampau adalah argumen yg benar!
> 
> > > Fokus Batara pada kejahatan kemanusiaan Belanda di Indonesia
> > > 1940an patut kita hargai, tapi bila ini merasuk menjadi 
> > > obsesi, lalu saya pusing seperti begini: apa nggak ada
> > > Westerling di kalangan tentara Indonesia di TimTim, dan 
> > > Aceh? Apa Rawagede segede TimTim dan Aceh? Obsesi seperti
> > > itu mudah meluncurkan kita sampai sesat, 
> 
> L: Untuk istilah 'obsesi' (yg berada di alam bawah sadar) oleh rekan 
> Tossi ini, sebagai seorang yg percaya Buddhisme, saya selalu 
> menggunakan istilah 'keterikatan pikiran' yg membuat kita tak bisa 
> berpikir lurus dan benar (salah satu ajaran utama oleh Siddharta G). 
> 
> Maaf, kalau tak salah dalam postingan anda di salah satu milis pada 
> hari Waisak yl, anda sendiri seorang yg menjadi dewasa setelah 
> sangat percaya ajaran Buddha (hal yg sama terjadi pada diri saya)? 
> Jika benar (maaf jika salah), sebaiknya rekan Batara janganlah 
> terganggu dan terobsesi pada (menurut anda) kesalahan versi sejarah 
> Indonesia terkait dg penjajahan Belanda di tahun 40-50-an.
> 
> Walaupun anda sangat yakin bahwa anda sangat benar ttg kesalahan 
> versi sejarah yg sangat merusak citra Indonesia, ttp orang akan 
> melihat anda lebih bijak apabila anda bisa MEMBATASI TOPIK diskusi 
> agar tidak melebar kemana-mana (walaupun anda berbasa-basi 
> menulisnya 'hanya catatan'). Lebih2 apabila melebarnya diskusi ini 
> ke sejarah Belanda vs Indonesia di masa lalu hanya karena Tossi 
> bekerja untuk Belanda (Seandainya pola diskusi ini terjadi, maka 
> akibatnya secara mental tak sehat bagi kedua pihak).
> 
> > > tergelincir hingga menutup mata pada kejahatan kemanusiaan
> > > bangsa sendiri di masa kini (1965-66, TimTim dsb). Salah-salah, 
> > > bahkan bisa terjebak ke dalam rasisme terhadap Belanda, bukan
> > > lagi anti kolonialisme. "
> 
> > Sebenarnya saya hanya mau menyampaikan CATATAN mengenai 
> > kekeliruan penulisan sehubungan dengan reorganisasi & 
> > rasionalisasi (Re-RA) di tubuh TNI dan kedatangan kembali
> > tentara Belanda ke Indonesia. Re-Ra tidak dilaksanakan di
> > tahun 50-an, melainkan sejak tahun 1948, dan tentara Belanda
> > masuk ke Indonesia bukan tahun 1947, melainkan sudah sejak 
> > 27 Agustus 1945. Tossi menganggap hal ini tidak relevan, 
> > karena tema pokok tulisannya adalah masalah krisis di TimTim,
> > namun saya menganggap koreksi ini sangat penting, karena
> > menyangkut perbandingan dengan sejarah Indonesia, 
> 
> > Boleh dong saya memberikan koreksi. Saya pikir, catatan yang
> > saya berikan sebenarnya juga berguna bagi Tossi, iya `kan? 
> > Jadi dalam tulisan-tulisan selanjutnya Tossi dapat 
> > menyampaikan hal-hal yang dikutip dengan benar. Saya 
> > samasekali tidak memberikan komentar, apalagi kritik 
> > terhadap isi tulisan Tossi mengenai krisis di Timor Leste,
> > karena saya yakin, mengenai hal ini Tossi lebih banyak
> > mengetahuinya.
> 
> L: Ini namanya diskusi 'ngalor-ngidul'. Tossi bicara Timor Leste, 
> entah kenapa anda nimbrung memberi 'catatan' (kesalahan Belanda?) 
> ttg sejarah tahun 40-50-an kepada Tossi yg tentu saja membuat 
> diskusi tak terlalu nyambung dan bikin bingung Tossi. Apalagi anda 
> terlalu banyak menulis pribadi, termasuk emosi, karir Tossi, dsb, yg 
> membuat diskusi menjadi terlalu melebar.
> 
> Untuk catatan dari anda, komentar orang lain: jangan baca sejarah 
> bangsa Indonesia melawan Belanda hanya versi sejaharawan Indonesia 
> saja, ttp baca juga versi orang2 negara lain, khususnya yg jadi 
> kajian universitas2 papan atas (mis. di universitas Cornell atau 
> kalau melihat kajian orang Belanda, cari di universitas Leiden). 
> 
> Maklum dalam pemerintah totalitarian (totalitarian versi Soekarno 
> atau versi Soeharto) sambil menulis sejarah, sebagian besar 
> sejahrawan Indonesia itu lehernya dipegang dari belakang dan pundi2 
> uang gajinya tak akan diisi oleh pemerintah jika tulisannya 
> mengkritik Indonesia. 
> 
> > Saya sangat gembira, Tossi masih ingat peristiwa dalam 
> > penyelenggaraan seminar di D??Eseldorff tahun 80-an. Pejabat
> > tersebut adalah Prof. Rubini, Atase Pendidikan di KBRI Bonn.
> > Kita pertama kali bertemu tahun 1979, dalam seminar di St.
> > Augustin, Jerman Barat, mengenai masalah Transmigrasi. 
> 
> L: Bagaimana anda menulis tulisan berseri ttg tulisan (yg saya 
> potong) terlepas dari tulisan Tossi? Untuk hal2 pribadi, saya kira 
> anda bisa coba email Tossi lewat japri. FYI, saya selalu 
> berpendapat, dalam setiap konflik, tak ada satu pihak pun yg 100%. 
> 
> Salam
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Web:
> http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
> 
> Klik: 
> 
> http://mediacare.blogspot.com
> 
> atau
> 
> www.mediacare.biz
> 
> Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke:
> [EMAIL PROTECTED]
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
> http://mail.yahoo.com





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/IRislB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Web:
http://groups.yahoo.com/group/mediacare/

Klik: 

http://mediacare.blogspot.com

atau

www.mediacare.biz

Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/mediacare/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke