Salam kenal untuk semua member Mediacare.

Ingin menimpali sedikit. Mungkin akan lebih bermanfaat kalau kasus
sajak Saut Situmorang yang diributkan itu ditelaah secara sastra dari
pada hanya sekedar saling kata-mengatai yang saya rasa semakin jauh
dari esensi.

Pada akhirnya tak ada manusia yang sempurna. Bagaimana kalau kita
saling belajar dalam kebaikan.


Salam


--- In mediacare@yahoogroups.com, radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> 

wrote:
>
> From: Manneke Budiman, Canada
> E-mail: [EMAIL PROTECTED]
> 
> Model dan gaya tanggapan Saut ini kian mengukuhkan bahwa pengamatan
saya benar. Fakta sudah bicara sendiri, dan saya tak perlu panjang
lebar lagi. 
>    
>   Sayang...sungguh sungguh sayang...
> 
> manneke
> 
>   ______________________________________________
>    
>    
>   Posted by: Saut Situmorang, Yogyakarta
> E-mail: [EMAIL PROTECTED] 
> 
> 
> hahaha...manneke! 
> beginilah cara seorang "kritikus sastra" akademis kita membaca!
> betapa lugunya!!!
> 
> saya tantang "kritikus" kita ini untuk membuktikan bahwa puisi saya
"bantul mon amour" itu memang puisi yang "mengeksploitasi" seks! 
> 
> "eksploitasi seks" merupakan salah satu isu Pernyataan Sikap Ode
Kampung, kalok dia memang bener "sarjana sastra" yang tahu membaca teks!
> 
> jangan-jangan dia, manneke budiman itu, jual bacot kalok gak berani
buktiin!
> 
> seorang "kritikus sastra" harus dingin dalam subjektivitas
pembacaannya terutama dalam melihat teks sastra. tidak jadi pengecut
karena unsur-unsur ekstra-literer! itu yang saya pelajarin di Sastra
Inggris, Victoria University of Wellington, New Zealand. Saya cuman S1
Sastra Inggris tapi saya tantang manneke budiman untuk membahas puisi
saya!
> 
> soal "isi" jurnal sastra boemipoetra yang dibilangnya "kasar" dan
kami yang "norak...tak punya kesantunan", ini cuman menunjukkan
asal-asalannya mutu sarjana sastra satu ini! dia gak pernah baca
jurnal kaum dada atau surrealis dengan manifesto-manifesto nya itu dan
banyak "majalah kecil" lainnya di dunia ini tapi lagaknya mau jadi
"kritikus sastra" kita! 
> 
> kacian...
> 
> soal novel ayu utami dll itu, seorang bule orang asing sudah menulis
tentangnya dan membukukannya. 
> 
> jawablah tesis eseinya itu! 
> 
> kau kan orang asli indonesia, lahir dalam bahasa indonesia, dan
sarjana sastra lagi, kok gak mampu membalas tulisan Katrin Bandel yang
orang asing itu! beginikah mutu dosen sastra kita!!! 
> 
> kacian...
> 
> c'mon, man!!!
> 
> hahaha...
> 
> -saut situmorang
> 
> ___________________________________
> 
> From: Gola Gong, Serang-Banten
> E-mail: [EMAIL PROTECTED]
> 
> - sudah disunting seperlunya, karena banyak kesalahan ketik -
> 
> 
> Salam kreatif
> Saya baru saja keluar dari rumah sakit.
> Saya di sms Saut untuk membuka inbox email.
> Katanya ada hal penting tentang tulisan Manneke Budiman.
> Kata Saut, "MB apa pernah ke Rumah Dunia?"
> 
> Saya membaca tulisan MB di bawah ini:
> 
> Lepas dari "dosa-dosa" TUK yang telah diinvetarisasi secara dramatis
oleh Rumah Dunia dan disebarkan di jurnalnya, Bumiputra, saya respek
pada sikap yang diambil GM dalam wawancara ini...
> 
> MB yang belum saya kenal, salam kenal. Ada baiknya sebelum menulis
check and recheck dulu. Pernah membaca jurnal Boemiputra? Coba lihat
di boks redaksinya, apakah tertera nama Rumah Dunia? Saya ingin
mengabarkan, bahwa Rumah Dunia dan jurnal Boemiputra (BP) sesuatu yang
berbeda. Bahkan saya secara pribadi tidak terlibat di keredaksian. 
> 
> Ya, itu pekerjaannya Saut, Wowok cs. Saya pernah bertanya kepada
Wowok, kenapa BP memakai diksi yang vulgar kepada GM dan KUK? Jawab
Wowok, "Mengingatkan GM dan KUK nggak bisa dengan cara intelektual.
Kosakata kelamin harus dilawan dengan kelamin lagi." 
> 
> Jadi, biar saja itu urusannya Saut dan Wowok dan konco-konconya.
Jadi, soal penggunaan "dramatis" juga terlalu berlebihan. Biasa
sajalah. Kalau GM dan KUK dikritik orang, biasa sajalah. Rumah Dunia
tidak merasa mendramatisir. Bagi saya pribadi, GM dan KUK biasa saja.
GM adalah seniman dan saya membacanya. Tapi, saya tidak bergantung
pada GM dan KUK. Jadi, biasa sajalah. GM, Saut, Niewan, Sitok, Maneke
sendiri, bagi saya, biasa sajalah. Kalian manusia. Mau berbaik-baik
dengan saya dan Rumah Dunia, mari. Tidak, ya biasa sajalah. Kami tidak
akan repot karena hal itu. 
> 
> Nah, ini ada penggalan lagi dari MB:
> 
> Namun, jika kritiknya dilontarkan dengan cara kasar seperti yang
dipertunjukkan oleh Rumah Dunia Banten, saya khawatir simpati
masyarakat justru berbalik kepada TUK, dan para pengkritiknya malah
yang akan dapat label sebagai kelompok norak yang tak punya 
> kesantunan....
> 
> Hehehe, MB memang kurang riset dalam menulis nih. Rumah Dunia itu
sebuah komunitas di Serang Banten. Kegiatan reguler tahunannya bernama
"Ode Kampung". Ini kali yang kedua. Yang pertama temu sastrawan, dan
yang kedua temu komunitas. Se-Nusantara lho, may pren. Undangan kami
sebar di milis-milis. Siapa saja boleh datang. Ini pesta komunitas.
KUK juga komunitas seperti Rumah Dunia 'kan. 
> 
> Hanya sayang, mungkin KUK tidak ikut atau terdaftar sebagai anggota
di milis-milis yang kami ikuti; pasarbuku, pojok teater, publik seni,
penyair, sehingga luput dari peristiwa sastra ala kampung ini (tapi,
bukankah kita ini berasal dari kampung, ya?). 
> 
> Sementara komunitas2 sastra dari Aceh hingga papua merespon dan
ingin ikut acara 'Ode Kampung 2" dengan hajatan bernama temu komunitas
sastra se-Nusantara" di Rumah Dunia. Jadi, panitianya juga bersama
komunitas2 lain.
> 
> Nah, saat perayaan komunitas, semua komunitas tampil. Mereka
melemparkan uneg-uneg dan gagasan. Semua orang diberi kesempatan untuk
menyuarakan aspirasinya kayak rakyat ke wakilnya saja, hehehe... 
> 
> Nah, komunitas sastra Indonesia meluncurkan jurnal Boemiputra. Ini
peristiwa kontroversial bagi saya secara pribadi. Saya dan teman-teman
di Rumah Dunia sebagai tuan rumah tentu tidak bisa melarang mereka.
Semua komunitas berhak mendapatkan waktu untuk bicara. Wah, berani
juga nak2 kasi (Wowok dan Saut) meledek GM dan KUK. Haha.... ternyata
mereka tidak memberhalakan GM dan KUK. Saya angkat topi juga, walaupun
saya bilang ke mereka, sorry, may pren, saya nggak ikutan dengan BP.
Cara saya lain melawan hegemoni sebuah komunitas. Hahahaq...
> 
> Lalu, muncullah surat pernyataan Ode Kampung yang nolak 3 hal itu;
MB baca lagi deh di blog, atau search di google.
> 
> Jadi, mungkin bisa memberi gambaran ya.
> Nah, kami memang menyayangkan KUK nggak hadir.
> Tapi, itu salah KUK sendiri, karena tidak down to earth, hehehe..
> Bisik2 tetangga, KUK itu adanya di menara gading.
> Bahkan berani mengklaim, ukuran sastrawan tidaknya seseorang harus
lewat KUK.
> Jadi, saya tahu diri, kalau hajatan ode kampung nggak akan masuk
hitungan KUK.
> 
> 
> Biar sajalah..... toh, kami di Rumah Dunia sudah mengundang secara
terbuka. Kami memerlakukan sama kepada semua komunitas. Tidak ada yang
kami anggap lebih satu dari komunitas lainnya.
> 
> Begitulah, semoga Maneke Budiman bisa memahami persoalan dan mulai
hati-hati saat menulis, supaya tidak terkesan asal menulis ya, may pren. 
> 
> 
> 
> Pis sajalah.
> 
> Tetap semangat dan berkarya dan berteman
> 
> 
> gola gong
> penasehat rumah dunia
> 
> ps. semoga MB membaca tulisan saya.
> 
> ___________________________________
> 
> From: Angga Subali, Yogyakarta
> E-mail: [EMAIL PROTECTED]
> 
> 
> Tantangan untuk Saut Situmorang si penghina perupa Indonesia
> 
> 
> Wah wah wah!
> Si Kentut Situmorang memang tai kucing, cing!
> Bisanya bacot melulu, tapi bilang orang lain yang mbacot!
> Terbukti dari semua tulisannya bahwa saut itu tolol bin goblok, tapi
bilang orang lain yang seolah gak ngerti apa-apa. Suka nantang-nantang
lagi! Sarjana S1 saja kok bangganya minta ampun. Udah gitu,
bangga-banggain bule yang adalah bininya sendiri lagi! Malu kang, malu!
> 
> Belum lagi dalam tulisannya yang pake huruf besar semua itu!
> Walah! Dia merendahkan para perupa Indonesia, men! Sambil bangga
doyan bir!
> Padahal aku tahu bener kayak apa hidupnya Saut itu!
> 
> Demen banget dia itu nongkrong di rumah Agus Suwage, salah satu
pelukis sukses yang juga sesekali memberi ilustrasi karya di Kompas
yang kata Saut memble!
> 
> Berani kamu wahai Saut, bilang langsung kepada Agus Suwage bahwa
karyanya memble?
> Aku jamin si pengecut kayak kamu gak berani. Mana mungkin, lha wong
kamu sering ngemis minta bir kepada Suwage kok!
> 
> Kamu pikir dengan merendahkan para perupa itu kamu gak nyinggung
perasaan mereka yang sebenarnya gak ikut apa-apa dalam debat kalian
yang kacau-balau itu?!
> 
> Kamu itu maumu apa sih saut? Gampang banget memaki orang, menghujat,
menghina!
> Padahal karyamu sendiri kayak tai kucing! Hasil bikinan mental jorok
dan pikiran busukmu! Sebusuk badanmu yang jarang mandi. Seapek
rambutmu yang gimbal gak pernah dikramas! 
> 
> Tampang kamu aja kelihatannya angker kayak wedus gembel, tapi aku
tahu, nyali kamu kecil kayak ayam kate!
> 
> Kamu lari ke Jogja kan karena gentar ketakutan, karena mau digebuki
teman-teman di Bali?!
> 
> Memangnya orang gak tahu bagaimana kelakuan kamu?
> 
> Dasar tukang hujat, tukang menghina! sudah menghina banyak orang,
melecehlan agama lain, sekarang melebar merendahkan para perupa
Indonesia pula!
> 
> Aku orang jogja, hei Saut! Aku tahu di mana kamu tinggal, ke mana
saja kamu keluyuran!
> 
> Jangan sok jagoanlah kau! Pakai nantang-nantang orang segala.
> Kalau mau berantem, berani kamu lawan aku? ha, berani?
> Mau duel dimana? Di alun-alun kidul? Alun-alun lor? Atau di tempat
yang lebih sepi di lereng Gunung Sempu? 
> 
> Ayo, tentukan saja tempatnya, kapan waktunya!
> 
> Jangan diem kayak banci ya Saut! 
> 
> Aku tunggu jawaban kamu! 
> 
> si penantang,
> 
> Angga Subali
> kelurahan tegalgendu, jogja.
> 
> ___________________________________
> 
> 
> e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
>   blog: http://mediacare.blogspot.com  
>    
> 
>        
> ---------------------------------
> Yahoo! oneSearch: Finally,  mobile search that gives answers, not
web links.
>


Kirim email ke