TRAGEDI ITU TETAP MISTERI

Sungguh mengerikan. Ketika api berkobar, sejumlah ibu dan anak-anak
terkurung di dalam gedung. Mereka berteriak-teriak histeris minta
tolong. Namun teriakan itu berakhir dalam keputusasaan. Rolling door
terkunci rapat dari luar.



Dalam keadaan putus asa sejumlah anak memecahkan kaca jendela di lantai
tiga lalu melompat ke bawah. Tubuh mereka meluncur bebas lalu terhempas
di lantai parkir yang keras. Ada yang langsung tewas dengan kepala
pecah, ada yang patah kaki, dan sebagian lagi tak sadarkan diri dengan
darah mengalir dari hidung dan telinga. Orang-orang yang menonton adegan
itu dari bawah mencoba mencegah agar mereka tidak melompat. Tapi banyak
yang tidak menggubris peringatan itu manakala api semakin membesar.

Dalam peristiwa itu, ratusan orang diduga tewas terperangkap di dalam
gedung. Tidak ada petugas pemadam kebakaran. Tidak ada aparat yang
menjaga. Di halaman gedung yang terdengar hanya lolongan para ibu yang
anak-anaknya terperangkap di dalam gedung. Orangtua yang menemukan
anak-anak mereka sudah tergeletak di area parkir segera membawa jenazah
anak mereka pulang. Sementara yang luka berat dilarikan ke rumah sakit
dengan kendaraan seadanya.

Kenangan tragedi pusat perbelanjaan Yogya Plaza di Klender, Jakarta
Timur, itu masih begitu lekat dalam ingatan para keluarga korban. Namun
peristiwa kelam yang sarat misteri ini sering luput dari perhatian.
Ketika orang bercerita tentang peristiwa kerusuhan Mei 1998, tragedi
Yogya Plaza hanya disebut sambil lalu. Padahal ratusan anak, ibu-ibu,
dan pria dewasa meregang nyawa setelah terpanggang hidup-hidup. Sebagian
besar dari mereka sulit dikenali karena sudah jadi arang. Bahkan tidak
sedikit yang jadi seonggok abu.

Pertanyaan besar yang sampai kini belum terjawab adalah apakah Yogya
Plaza terbakar atau dibakar? ''Sebelum terbakar, saya lihat sejumlah
orang turun dari truk fuso bawa jerigen. Mereka menyiram bensin ke
tumpukan kardus di dalam gedung lalu dibakar,'' tutur Ruminah, salah
seorang ibu yang anaknya, Gunawan, 12 tahun, hangus terpanggang dan
hingga kini jenasahnya tidak pernah bisa dikenali.

Sementara ibu Imas dan Ibu Darwin, yang anaknya ikut tewas terbakar,
juga mengaku sudah mendengar Yogya Plaza akan dibakar beberapa hari
sebelum kejadian. Mereka juga melihat orang-orang dewasa berseragam SMA
yang melempari gedung tersebut serta memprovokasi warga untuk ikut
merusak dan membakar.

''Bahkan ada laki-laki pakai handy talky yang menyuruh saya masuk ke
gedung untuk ambil barang-barang,'' ungkap Ibu Darwin. ''Setelah banyak
orang masuk, ada yang membakar dan mengunci rolling door dari luar.''

Sembilan tahun sudah para orangtua korban berjuang agar pemerintah
membuka tabir gelap tentang kejadian 14 Mei 1998 itu. ''Kami sungguh
ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Apalagi hati kami sakit sekali
karena anak-anak kami dituduh penjarah,'' ujar Ruminah.

  Tayang setiap Kamis pukul 22.05 WIB dan Minggu pukul 15.05 WIB







Copyright © 2007 Website Team Kick Andy. All rights reserved.









Kirim email ke