DAS KOPIkenTAL: Kuliah Ke-BUAYA-an 102.
   
  Ikhwanul Cafein yg saya muliaken... 
   
  Setelah 61 tahun Indonesia merdeka, setelah menara menara gading ´industri 
pendidikan´ seantero Nusantara berdiri dgn keangkuhan institusionalnya 
masing-masing... Hingga detik ini, yg menamakan dirinya ´pakar´ budaya, hanya 
mentok pada kalimat berikut: 
  Budaya atau "culture" KONON adalah salah satu kata tersulit dalam bahasa 
Inggris untuk didefinisikan. (Manneke Budiman)
   
  Kopitalisme:
  WHAT?!..After all your pidatos....Mammamia!... Justru setelah mengkhotbahi si 
´Kopi Upilan´ (bermain kata yg kreatif kek dikit, keliatan esmonsinya nih 
yee..he he he)... Untuk tidak menggunakan istilah istilah (yg nyatanya belon 
jelas juntrungannya itu) secara jungkir balik... ujung-ujungnya: Welcome to the 
Jungle?
   
  Selain mereka juga ogah mengomentari 2 biji definisi dari Kopitalisme, yg 
katanya ´selera warung kopi´. Malah hanya bertelur berupa penjelasan dgn 
dihiasi kata-kata ˝KONON˝ diatas. Penonton bisa-bisa kecewa, kok 
belum jelas-jelas amat? Maka El-Kopitalist akan tetap berlenggang kangkung 
melanjutkan penggunaan terminologi kesayangannya, yakni: Ke-Buaya-an. 
   
  ´Humaniora´ masih atau hanya merupakan ´mitos´ di Indonesia?...
  ´Kebudayaan´ masih berupa ´alien terminology´ yg kejepit antara ´teori´ dan 
´realitas´ di Indonesia?...
   
  Dalam rangka itu pula, saya harus menggunakan perangkat mikroskop dalam 
mendeteksi kemungkinan adanya ´kuman-kuman´ dalam beberapa adonan gado-gado yg 
diberi istilah keren: Buaya..Ekh, sorry...salah ketik lagi, 
nih...kwekkwekkwek...
   
  Betul!... Ada beberapa ´kuman´ yg terselip diantara cipratan orgasme ´syahwat 
diskusi´ (thanks to Mbak Marianty) ke-BUAYA-an ini. Karenanya, sub thema dari 
kuliah Ke-buaya-an 102 ini adalah: ´KUMANIORA´.
   
  I. Asalmangapiae-Gagalio
  Hooplaaa!.. Terdeteksi ´kuman´ pertama, disebut kuman ´Asalmangapiae-Gagalio´:
   
  Quote 01: 
  Bukan cuma Anda kok yang ragu tentang peran budayawan, saya juga merasa 
begitu. Karena apa? Karena mereka berteriak-teriak menyuarakan KEBENARAN kepada 
telinga-telinga tuli dan hati-hati beku yang tak lagi mau BELAJAR dan MENDENGAR.
  (Manneke/FPK/Jan 2007)
   
  Kopitalisme:
  ´Ragu´ atau ´gagal´? Bagaimana metode pengukuran gagal atau tidaknya sebuah 
aktifitas keilmuan yg belum jelas kesahihan terminologinya? 
   
  Janganlah asal mangap. Sejak kapan ilmu pengetahuan (apalagi non 
hard-science) bisa mengklaim sebagai mewakili KEBENARAN?... Ilmu pengetahuan 
(bahkan hard-science sekalipun) hanya bisa –dikatakan- mewakili perkembangan 
PERADABAN. Tetapi apakah PERADABAN sama dan sebangun dengan KEBENARAN?... Apa 
itu ´Kebenaran´?... Bisa anda jelaskan apa itu ´Kebenaran´... Bagaimana itu 
´Menakar Kebenaran´? 
   
  Kalau org kagak mau belajar dan mendengar, tanyakan diri sendiri dong?... 
Tanya kenapa? Kan sudah ada iklan tuh?... mungkin mereka nggak pengen 
terkontamisani kuman ´Asalmangapiae-Gagalio´ tersebut? Orang bilang, 
introspeksilah...
   
   
  II. Agamae-TaufiKooptasiola
  Kuman kedua disebut sebagai kuman ´Agamae-TaufiKooptasiola´ nama yg cakep, 
punya cing! Kuman ini, gejalanya terdapat dalam kalimat berikut:
   
  Quote 02:Kembali ke soal Taufiq Ismail, jika Anda baca tanggapan saya atas 
tulisan Mula Harahap, jelas-jelas saya katakan bahwa memang budayawan bisa 
terkooptasi oleh politik, agama, dan kuasa-kuasa lain.
  (Manneke/FPK/Januari 2005)
   
  Kopitalisme:
  Bukankah dari beberapa bulan lalu, telah saya tekankan urusan 
kooptasi-mengkooptasi ini? Kemudian anda coba berdalih cem-macem? Nih, kembali 
saya tekanken, bukan hanya ´bisa´ belaka. Jika jumlahnya satu dua, okelah. 
Tetapi jika kita merujuk pada fenomena yg ada, dan kemudian tak seorangpun 
menyadarinya, maka kopi kental perlulah anda minum banyak banyak. 
   
  Salah satu contoh adanya kuman Agamae-TaufiKooptasiola dalam state -publicly- 
yg agak jinak, terdapat dalam komentar berikut:
   
  ˝... Saya cuma menunggu satu kesempatan yaitu jika si kopiupilan ini 
alias
ngesekpiye eh esek-esek buah pir ini berdebat dengan indonebia... Niscaya
kita akan tertawa-tawa selama tujuh hari tujuh malam. Jurus kopinya akan
ditantang oleh kutukan-kutukan Indonebia untuk orang-orang KAFIR. ˝
  (Rahadian Permadi/Mediacare/Just Checking: Apakah Indonesia.../11 Jan 2007)
   
  Gejala ini masih dalam stadium ringan, karena hanya mengakibatkan ´Diare 
Verbal´ pemilik komentar itu sendiri dalam skala cyber di Mediacare. Tapi 
secara Psikologis kontaminasi kuman Agamae-TaufiKooptasiola stadiumnya perlu 
ditanyakan kepada akhlinya, tentu saja. Tantangan pakar Psikologi dan Biologi, 
nih. 
  Dapat diamati, sandaran argumennya yaitu berlari dan bersembunyi dibawah 
ketiak ´Agamawan´ (siapapun itu). Hingga disini, apa bisa dicermati dimana 
korsletnya pemilik otak ini? 
   
  Bolehlah seseorang atau beberapa cheerleader berdalih dengan kata kata 
mantera ´tidak semua´. Lho, makanya sejak awal Kopitalisme menggunakan 
terminology ´Budayawan Akademistik´, bukan? 
   
  Tak tahukah, atau mungkin pura-pura bodoh, -dalam rangka bagian dari 
pembodohan?-  bahwa membaca fenomena (alam-sosial) juga merupakan sumber segala 
ilmu pengetahuan, termasuk hukum, fisika, dll? Lalu, ada keistimewaan apa 
keilmuan (ke-BUAYA-an) yg anda ´pakari´ sedemikian istimewa dari keilmuan yg 
lain untuk menutup mata dari ´fenomena´?... 
   
  Listen to this ´Kopitalistic Verses´: 
  One of the most universal –morning- ritual is: To drink coffee! 
  Quote ini juga termasuk kalimat yg merujuk pada pendekatan berbasis 
´fenomena´. Tak seorangpun sanggup menunjuk batang hidung bahwa, si ini minum 
kopi, si itu tidak, si Baco Puraga minum kopi susu, si Capila Gleter minumnya 
kopi pahit, bla bla bla.... Tetapi, sekalipun demikian, tetap merupakan salah 
satu dimensi realitas masyarakat, di dunia sekalipun. 
   
  Karena ´menakar kebenaran´ kalimat ´Kopitalistic Verses´ itu, acara 
hitung-menghitung hidung orang bukanlah merupakan satu satunya alat ukur (hanya 
orang super GOBLOK yg punya dasar argumen demikian). Banyak alat ukur yg bisa 
mendukung ´kebenaran´ salah satu quote kesayanganku itu.. 
   
  III. Latinia-Antiskpetiae
  Kuman ketiga akan disebut sebagai kuman ´Latinia-Antiskpetiae´, nama yg indah 
bukan?
  Pengidapnya adalah seorang ´pakar´ yg dengan pengetahuan teoritisnya, mencoba 
membatasi sikap skeptis orang lain. Padahal, sikap dan pandangan ´skeptis´ 
tidak pernah dideklare sebagai ´barang haram´ dalam istilah keilmuan yg memang 
jelas pijakannya. Mari kita simak, kuman-kuman dalam kalimat berikut: 
   
  Quote 03:
  Dan yang terpenting juga agar forum ini tidak terjebak dalam diskusi warung 
kopi yang amat kental dengan urusan selera semata. Ada pepatah latin yang 
menarik jadi renungan kita yakni "de gustibus non est disputandum" yang berarti 
"tidak mungkin kita berdebat soal selera".
  (Robby Sodo/Das KOPIkenTAL: Kuliah Ke-Buaya-an 101/FPK/11 Jan 2007)
   
  Kopitalisme:
  Luar biasa hebat anda ini, sehingga tahu apa yg penting dan apa yg tidak bagi 
selera anggota forum... Saya yakin mereka bisa menentukan sendiri, lho... Suer!
   
  Sampai-sampai untuk menunjukkan kehebatan maka pamer bahasa latin, ada berapa 
bahasa yg Anda bisa komunikasikan? 
  Inilah contoh asal mangap sok superior, mentang mentang ngutip sepotong dua 
potong bahasa Latin... Kuajak bertengkar pake bahasa Latin, mau nggak?... 
   
  What? Selera?... Siapa yg berbicara selera? Apakah pandangan berbasis 
´fenomena´ itu dikategorikan sebagai selera? Nasehat saya, temukan dululah 
terminologi sahih dari keilmuan ke-bu....aya-an yg anda pakari itu. (Saya kok 
salah ketik melulu soal buaya...?)
  Setelah itu jelas, baru bicara selera... Jangan jangan kekicau-beliauan 
terminology tsb juga gara gara ´selera´ para pakar yg berbeda, bukan?
   
  Kalau soal definisi budaya aja kagak karuan, dgn alasan susah cari padanan 
katanya dalam bahasa Ingrris, lho... Aku heran, ada ilmu kok nggak jelas 
definisinya? Udah gitu main larang larang orang dgn alasan selera?... 
   
  Keadaban ´Humaniora´ masih atau hanya merupakan ´mitos´ di Indonesia?... 
  Dalam Kopitalisme, disebut sbg: Asaz-asaz Kumaniora.
   
  ´Kebudayaan´ masih berupa ´alien terminology´ yg stuck between ´reality´ and 
´theory´di Indonesia?... Dalam Kopitalisme, disebut sbg: Asaz-asaz Ke-Buaya-an.
   
  Nah, Bung Robby Solo, saya mau nanya, sejak kapan sikap skeptis menjadi 
´barang haram´? Siapa yg melarang saya mempunyai kedua point pandangan skeptis 
diatas? Anda? Hahahaha... 
   
  May FUN be with you
   
  Kopitalisme
  http://kopitalisme.tk
  http://kopitalisme.blogspot.com
   


 
---------------------------------
Now that's room service! Choose from over 150,000 hotels 
in 45,000 destinations on Yahoo! Travel to find your fit.

Kirim email ke