http://www.kompas.com/kompas-cetak/0708/26/utama/3792792.htm

Ekspedisi Tanah Papua
Mengelola Rasa Cinta Tanah Air 

Jayapura, Kompas - Ekspedisi Tanah Papua Kompas yang berlangsung sejak 
pertengahan Agustus lalu mengusung harapan akan tergeraknya semua kalangan 
untuk semakin mencintai Papua sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan 
bernegara. 

Fakta dan permasalahan yang digali langsung dari lapangan hendaknya membuka 
cakrawala semua pihak untuk mendudukkan berbagai masalah secara proporsional 
sekaligus mengaktualisasikan kearifan-kearifan lokal sebagai kekayaan 
Nusantara. 

Hal itu mengemuka dalam acara penutupan Ekspedisi Tanah Papua Kompas 2007 di 
Jayapura, Sabtu (25/8) malam. Ekspedisi tersebut dimulai pertengahan Agustus 
dan hasil liputannya diturunkan secara berkelanjutan hingga akhir bulan ini. 

Tampil berbicara dalam acara penutupan tersebut, antara lain, perwakilan 
sponsor, yakni Eka Budianta (Jababeka) dan Fauziah Lestari Harahap (Spring 
Hill). Tampil pula Nelles Tebay (dosen Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi 
Fajar Timur) dan Frans Apomfires (antropolog dari Universitas Cenderawasih). 

"Dengan pola liputan seperti ini, mata publik akan terbuka lebar sekaligus 
sadar akan betapa luas dan kayanya Tanah Air kita. Dengan demikian, akan lahir 
kecintaan antarkomponen bangsa, termasuk kepada masyarakat Tanah Papua," ujar 
Eka. 

Adapun Nelles Tebay mengharapkan agar aspek budaya yang diungkap dari Papua 
tidak dipandang sebagai hambatan untuk memajukan masyarakat, melainkan sebagai 
nilai kearifan lokal yang perlu dihormati dan dihargai. 

Redaktur Pelaksana Harian Kompas Taufik H Mihardja dalam sambutannya 
mengatakan, seperti halnya Ekspedisi Timur Barat dan Ekspedisi Bengawan Solo 
yang dilaksanakan sebelumnya, Ekspedisi Tanah Papua pun bertujuan mengungkap 
fakta di lapangan secara utuh. Liputan seperti ini merupakan bagian dari 
kepedulian Kompas untuk membangkitkan kebanggaan dan harapan terhadap potensi 
wilayah Tanah Air, sekaligus menggugah lahirnya pemikiran untuk mengatasi 
permasalahan yang ada. 

"Di tengah derasnya isu dan gosip yang sumbernya tidak jelas, publik 
membutuhkan suguhan informasi yang mengedepankan fakta. Bagi Kompas sendiri, 
pola liputan yang sarat dengan unsur petualangan diharapkan membebaskan 
wartawan dari rutinitas yang menjemukan," ujar Taufik. 

Permasalahan mendasar yang diungkapkan ekspedisi ini antara lain 
keterbelakangan pendidikan dan kesehatan serta kemiskinan. Namun, di balik itu 
juga terungkap adanya sosok, pemikiran, dan kiprah dari masyarakat Papua untuk 
memperbaiki keadaan dengan pendekatan nurani. (NAR) 

Kirim email ke