----- Original Message ----- 
From: Golden Horde 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Friday, 12 January, 2007 16:11
Subject: [budaya_tionghua] Re: Fw: Kekejaman Perang


>In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>Dokter Jepang akui aniaya tawanan perang
> 
>Militer Jepang menduduki Filipina selama Perang Dunia II
>Seorang mantan dokter Angkatan Laut Jepang dalam Perang Dunia II 
>mengatakan, dia diperintakan melakukan eksperimen medis terhadap 
>tawanan  Filipina sebelum mereka dieksekusi.
>Akira Makino, 84 tahun, mengatakan kepada kantor berita Kyodo bahwa 
>dia melakukan pembedahan dan amputasi terhadap tahanan yang akan 
>dieksekusi, termasuk anak-anak dan wanita.
> 
>Pasukan Kekaisaran Jepang diyakini melancarkan eksperimen medis 
>terhadap tawanan yang ditangkap di Cina.
>Sedikit veteran Jepang menuturkan kekejian yang dilakukan selama 
>perang.Wartawan BBC Chris Hogg mengatakan, kebanyakan veteran ingin 
>melupakan  masa lalu, dan mereka tidak begitu didorong pihak 
>berwenang untuk menuturkan pengalaman mereka.
>Kesaksian Makino diyakini merupakan penuturan pertama oleh veteran 
>Jepang dari perang di Asia Tenggara yang menggambarkan eksperimen 
>medis  terhadap tawanan.Dianggap latihan
> 
>Makino ditugaskan di Pulau Mindanao, Filipina selama Perang Dunia 
>II.Tentara Jepang juga menduduki Cina semasa Perang Dunia II
>Dia mengatakan kepada kantor berita Kyodo bahwa dia mengoperasi 
>sekitar 30 tawanan antara Desember 1944 dan Februari 1945.
>Operasi, yang mencakup amputasi dan bedah perut, dipandang sebagai 
>bagian dari latihan medis, kata Makino.
>"Saya pasti akan dibunuh jika saya menolak perintah," jelas Makino. 
>"Ini yang terjadi di masa itu."
>Makino juga mengatakan, dia muak dengan perintah untuk berlatih 
>membedah dua pria Filipina yang dianiaya hingga pingsan setelah 
>ditangkap atas kecurigaan menjadi mata-mata Amerika Serikat.
>"Saya rasa,' betapa mengerikan yang saya lakukan terhadap orang-
>orang tidak bersalah, meski saya diperintahkan untuk 
>melakukannya,"katanya.

>Perang Biologi
>Makino mengatakan, dia masih dihantui kenangan atas tugas yang dia 
>lakukan di Filipina. 
>"Kita seyogyanya tidak akan mengulangi penderitaan semacam itu," 
>katanya. "saya ingin menceritakan kebenaran tentang perang, sekali 
>pun ini  hanya terjadi pada satu atau dua orang."
>Satuan militer Jepang yang khusus menangani perang biologi diyakini 
>melakukan uji medis terhadap tawanan selama menduduki wilayah timur 
>laut Cina.Paling tidak 3.000 tawanan diyakini mati di tangan anggota 
>satuan ini.Jepang mengakui keberadaan satuan ini, tapi belum 
>mendakwa satu orang  pun berkaitan dengan tuduhan kekejaman.

=============================================================

Eksperimen medis yang dilakukan dengan kejam oleh tentara Jepang 
terhadap tawanan perang dan penduduk sipil selama perang dunia ke II, 
bersumber dari   perintah rahasia  Mikato pada  tahun 1936,  atau 
Kaisar Jepang, Hirohito (People's Daily Online, 12 Agustus 2005). 
Unit yang terbesar dan terkenal   dengan kekejamannya dalam melakukan 
eksperimen biadab ini dinamakan  Unit 731, yang terletak di Pingfang  
sebuah daerah  sekitar 20 km dari  Harbin di Heilungjiang, Manchuria. 
Pada masa puncaknya 5000 orang  Jepang seperti tentara, dokter, ahli 
biologi, kimia , pharmasi  dan ilmuwan lainnya  berkerja di Pingfang 
ini.

Unit 731 ini,  disamarkan dengan nama unit perjernihan air (water 
purification unit), yang merupakan bagian dari  unit tentara Jepang 
di Manchuria atau disebut Kwantung Army diatas lahan  seluas 32 km2 
yang dilengkapi  fasilitas seperti halnya  kota kecil yang berdiri 
sendiri . Tujuan dari Unit 731 ini adalah untuk mengadakan penelitian 
dan pengembangan teknologi  senjata  Biologi dan Kimia.

Pingfang  ini  dapat disamakan dengan kamp konsentrasi Nazi  Jerman 
pada  perang dunia ke II yaitu "Auschwitz" (di Polandia)  dimana 
jutaan orang Jahudi, Soviet, Gypsi, Polandia, dan tawanan perang 
serta penduduk sipil lainnya seperti  wanita dan kanak-kanak dibunuh, 
digas  lalu jasadnya  dibakar di krematorium. Pingfang juga disebut 
sebagai Holocaust Tiongkok, dimana sekitar ntara 3000- 10.000 tawanan 
perang, penduduk sipil, wanita, anak-anak dan bahkan bayi dijadikan 
kelinci percobaan (guinea pigs) oleh Unit 731 tentara Jepang, 
diantaranya juga tawanan Rusia, Korea, Mongolia dan tentara sekutu 
lainnya, tetapi sebagian besar dan mayoritas, terutama penduduk 
sipilnya dan wanita adalah orang Tiongkok.

Unit 731 ini didirikan dan dipimpin oleh Letnan  Jenderal  Dr. Ishii 
Shiro, seorang doktor  mikrobiologi yang memperdalam  senjata  
Biologi dan Kimia (Biological and Chemical Warfare). Ishii Shiro ini  
dapat disamakan  juga dengan  Dr. Josef  Mengele dari Nazi Jerman.. 
Josef Mengele ini (dijulukin Angel of Death) adalah dokter  Nazi 
Jerman  dari satuan  unit elit  militer SS yang melakukan eksperimen 
medis  dengan kejam terhadap para tahanan  hidup-hidup di kamp 
konsentrasi Auschwitz pada  waktu perang dunia ke II.

Di Pingfang ini dikembang biakkan  dan diproduksi segala jenis 
penyakit menular  dan mematikan seperti anthrax, typhus, typhoid, 
dysentri, cholera, smallpox (cacar), bubonic plague (pes atau "Black 
Death"), syphillis dan pathogen lainnya serta pembawa penyakitnya 
seperti tikus dan insekt (lalat). Selain itu dilakukan  kekejaman 
eksperimen medis dan percobaan senjata biologi  terhadap para tahanan 
seperti sbb:

Vivisection, para tahanan yang telah diberikan  bakteri pathogen, di 
bedah   tubuhnya hidup-hidup, tanpa anesthesi untuk melihat bagaimana 
bakteri itu berkerja dan bereaksi  terhadap  organ tubuh, korbannya 
termasuk wanita hamil, anak kecil dan bayi Tangan atau kaki korban 
diamputasi  dengan gergaji hidup-hidup, untuk mengetahui proses 
perdarahan dan kadang-kadang dijahit  lagi dengan lengan atau kaki 
yang lain yang dipotong juga.. Darah binatang juga dieksperimen 
diinjeksikan  kedalam pembuluh darah korban.  Tahanan dimasukkan 
kedalam ruangan bertekanan tinggi hingga organ tubuhnya pecah. Tubuh 
korban dibekukan (frostbite) untuk menguji ketahanan dan reaksi  
tubuh terhadap suhu rendah.  Beberapa tahanan diberikan sinar radiasi 
X-ray  pada hatinya yang berdosis tinggi dan mematikan. Udara 
dijeksikan kedalam  pembuluh darah untuk membuat  simulasi  serangan  
jantung (stroke) serta eksperimen-eksperimen horor lainnya.

Selain eksperimen medis horor ini, Jepang juga melakukan eksperimen 
dengan persenjataan  perang (weapon testing)  seperti, alat penyembur 
api  (flame thrower) yang disemburkan ke tubuh korban, meledakkan 
granat terhadap tubuh korban dengan jarak dan posisi yang berbeda, 
dimana korban diikat terlebih dahulu disebuah tiang  atau tubuh 
korban disiram  dan ditest dengan bahan-bahan kimia yang mematikan, 
semuanya dalam rangka eksperimen tubuh manusia terhadap senjata 
biologi dan kimia.

Unit-unit seperti ini , yang disebut juga "Death Factory" dibangun di 
kota-kota lainnya seperti  di Changchun, Peking, Nanjing dan 
Guangzhou,  dan bahkan di Singapura, tetapi tidak sebesar dan 
selengkap  di Pingfang (World's largest and most comprehensive 
biological warfare programme). Unit ini memiliki 60 cabang dengan 
10.000 personil.

Pada tahun 1938, Jepang sudah memulai menggunakan senjata Biologi 
(Biology atau Germ Warfare) untuk memerangi Tiongkok. Lebih dari 20 
propinsi, terutama di Zhejiang, Jiangxi dan Hunan yang paling 
menderita menjadi sasarannya. Menurut laporan resmi pemerintah 
Tiongkok diperkirakan selama peperangan  itu sekitar 270.000 orang 
menjadi korban senjata Biologi, atau lebih besar daripada korban 
pembantaian Nanjing. 

Banyak sungai-sungai, sumber air minum, sumur dan sawah-sawah 
dicemarkan  dan diracuni oleh Jepang dengan bakteri patogen ini. 
Salah satu teknik penyebarannya adalah dengan menginjeksikan bakteri 
penyakit ke Tikus dan ditularkan ke sejumlah lalat atau insekt, lalu 
ditaruh kedalam sebuah wadah porselin yang berfungsi sebagai bom yang 
akan pecah jika dilepaskan kedarat oleh pesawat, seperti yang pernah 
terjadi di Quzhou, Zhejiang, dimana sekitar 50.000 penduduk menjadi 
korbannya (Justin McCurry, Guardian Unlimited. October, 2004). 
Beberapa waktu yang lalu , sisa-sisa peninggalan racun-racun kimia  
Jepang ini, seperti gas mustard, masih ditemukan  dan  beberapa warga 
penduduk  telah jatuh menjadi korbannya karena tak sengaja terkena , 
seperti yang pernah terjadi di Qiqihar.

Ketika perang mendekati akhir, bangunan-bangunan Unit 731 di 
Pingfang  ini dibakar dan dihancurkan oleh Jepang, untuk menghapus  
jejak kejahatan perangnya.Tetapi karena  bangunannya berjumlah 
banyak   dan kokoh, maka tidak semuanya dapat dihancurkan. Sekarang 
sisa bangunannya  masih berdiri disana dan dipelihara sebagai monumen 
kebrutalan  dan kebiadaban  agresor Jepang. Penjahat-penjahatnya 
banyak yang kabur melarikan diri ke Jepang dan sebagian dapat ditawan 
oleh Soviet (12 orang) dan   diadili disana (Khabarovsk).

Selama ini hampir tidak ada penjahat perang penting dari Unit 731 
yang   diajukan  ke pengadilan untuk mempertanggung jawabkan kejahatn 
perangnya, seperti Dr. Ishii Shiro yang disebut juga sebagai bapak 
pengembangan senjata biologi Jepang (Japanese biological weapons 
programme) yang  hidup dengan tenang sampai ajalnya di Jepang  pada 
tahun 1959, diusia 67 tahun.

Dr. Masaji Kitano yang pernah menjabat  sebagai komandan Unit 731 
ini,  tak pernah dituntut ke pengadilan penjahat perang Tokyo, dan 
dikemudian  harinya bahkan  mendirikan serta  memiliki   salah satu 
perusahan pharmasi terbesar di  Jepang "Green Cross Corp" (Midori 
Juji)  pada tahun 1950, dan  terakhir  pada  tahun 2001 merger 
menjadi Mitsubishi  Pharma Corporation . 

Dan orang yang paling bertanggung jawab atas pelaksanaan perang 
biologi di Tiongkok adalah Jenderal Yasuji Okamura (1884-1966). 
Okamura mendapat perintah rahasia dari Hirohito (kaisar Jepang ) 
untuk menggunakan senjata biologi  dalam berperang dengan  Tiongkok, 
(pelanggaran terhadap Geneva Convention  1925) yang memakan korban 
jiwa besar itu.  Selain itu Okamura  yang pernah menjabat sebagai 
komandan tentara ekspedisi di Tiongkok (commander-in-chief of the 
China Expeditionary Army), adalah seorang Jenderal  yang bertanggung 
jawab atas pelaksanaan program "Sanko Sasusen" (Sanguang Zhengce) 
atau "Bunuh, Bakar dan Rampok Semua ! "(Kill All, Burn All and Loot 
All).

Diperkirakan sebanyak 2,7 juta penduduk Tiongkok terbunuh selama 
operasi ini Sanko Sasusen ini. Okamura sendiri  tidak pernah diseret 
kemuka pengadilan di Tokyo (Tokyo War Crimes Tribunal) sebagai 
penjahat perang, bahkan ironisnya dipakai oleh Chiang Kai Shek 
sebagai penasihat militernya  Kuomintang ! sesudah perang (Yasuji 
Okamura, Wikipedia). Banyak bekas tentara, ilmuwan dan karyawan  
Jepang yang melakukan percobaan senjata biologi atas manusia di  Unit 
731 dibelakang harinya diketahui menjadi  politikus, pengajar, dokter 
atau pengusaha yang sukses karirnya di Jepang pasca perang dunia ke-
II, seperti Prof. Toda Shozo (President, Kanazawa University), Prof.  
Kimura Yasushi (President, Nagoya City University of Medicine), 
Asahina Masajiro (National Institute of health), Prof. Ogata Tomio 
(Tokyo University, Faculty of Medicine) dll. (Unit 731 testimony, Hal 
Gold).

Penjahat-penjahat  perang  atau monster-monster ini tak pernah 
diseret kepengadilan  Tokyo karena adanya  konspirasi dan "perjanjian 
rahasia" antara penjahat perang tersebut dengan Amerika yaitu  
Jenderal  MacArthur (julukannya "super emperor of Japan)  yang ketika 
itu menjabat sebagai komandan tentara  pendudukan sekutu di Jepang, 
setelah penaklukkan. Isi dari perjanjian rahasia ini adalah bahwa 
penjahat-penjahat perang  Jepang tersebut dijanjikan tidak akan 
diajukan ke pengadilan dan dilindungi serta diberikan imunitas hukum 
(bahkan diberikan uang) oleh Amerika dengan imbalannya bahwa hasil 
eksperimen medis terhadap manusia   dan pengembangan senjata biologi 
dari Unit 731 ini harus diserahkan ke pihak Amerika, " Immunity from 
prosecution for war crimes in return for experimental data"(Tien Ei 
Wu, A Preliminary Review of Studies of Japanese Biological Warfare 
and Unit 731 in the United States).

Amerika menganggap bahwa kepentingan nasional Amerika untuk 
mengembangkan senjata biologi ini  lebih berharga nilainya daripada 
korbannya dan Amerika juga ingin mencegah  bahwa hasil eksperimen 
Unit 731 ini jatuh ketangan  Soviet  yang ketika itu sudah  dimulai 
perang dingin.  Selain itu percobaan  senjata biologi ini  tak dapat 
dilakukan lagi terhadap manusia hidup-hidup kecuali monyet, tikus 
atau binatang lainnya dan ketika Soviet  meminta Dr. Ishii Shiro 
untuk diserahkan  (ekstradisi) ke pengadilan Soviet, ditolak dan 
dicap permintaan Soviet ini  oleh MacArthur  sebagai propaganda 
komunis.

Pada tahun 2005, seorang ahli sejarah Jepang, Pof. Keiichi Tsuneishi  
dari Universitas Kanagawa, menemukan  dua buah dokumen penting 
tentang Unit 731  di U.S. National Archives, dalam bentuk memorandum 
yang  menyebutkan  tentang perjanjian rahasia yang dibuat antara 
mantan pimpinan Unit 731 dengan pihak Amerika Serikat pada tahun 1947 
(The United States and the Japanese Mengeles, Christopher Reed, July 
2006). Dengan adanya bukti-bukti penting ini, maka Amerika sulit   
mengelak  lagi atas  politik  kotornya pasca  perang dunia ke-II itu. 
Tien Wei Wu menulis "Equally unbelievable is that the United States 
has covered up the crime in exchange for the data on human 
experiments, an act utterly ignoring international laws and human 
justice. What a great irony to the lofty ideal of democracy and the 
so-called American civilization of the 20th century !!".

Seperti juga dengan bekas dokter-dokter dan ilmuwan Nazi Jerman yang 
terlibat dalam eksperimen medis di kamp konsentrasi, maka beberapa 
orang mantan-mantan dokter dan ilmuwan   yang pernah berkerja di Unit 
731 ini (pada akhir perang sekitar 3000 staf dan karyawan Jepang  
yang berkerja di Pingfang) diundang ke Amerika untuk berkerja sama  
dan mendapatkan informasi dari mereka, dll. 

Hasil  eksperimen dan dokumen medis Unit 731 ini dibawa dan disimpan 
di Fort Detrick, Maryland (pusat instalasi Biological Warfare 
Amerika), sampai kini ribuan laporan-laporan medis, slide, dan 
potongan  organ-organ tubuh (preserved organs)  dari Unit 731 itu 
disimpan  di Fort Detrick ini (Unit 731 Testimony, Hal Gold). Pada 
perang Korea di tahun 1950, Amerika juga dituduh  mempergunakan 
senjata biologi dengan  menggunakan bom bakteri yang  mirip dan 
pernah dikembangkan oleh   Dr. Ishii Shiro untuk  memerangi  tentara 
Korea Utara dan sukarelawan Tiongkok, bahkan  beberapa tawanan 
tentara Korea Utara juga  pernah dijadikan kelinci percobaan dengan 
menggunakan senjata bakteri (Tien Wei Wu).

Beberapa pelaku-pelaku yang pernah terlibat di Unit 731 telah berani  
membuka tabir kerahasian dan berbicara memberikan kesaksian 
(testimoni) serta  mengaku bersalah tentang kejahatan terhadap 
kemanusiaan yang dilakukan oleh Unit 731, terutama sesudah kematian 
kaisar Hirohito. seperti mantan tentara Jepang Yoshio Shinozuka (74 
tahun) dan Nobuo Kamaden dan beberapa testimoni-testmoni lainnya 
(dokter, tentara, perawat, pengemudi, apoteker dll). Tetapi sebagian 
besar tetap menyangkal dan  tidak  menyesal atas tindakan  yang 
telah  dilakukannya.

Pada tahun 2002, 180 orang anggauta keluarga yang  menjadi korban 
senjata biologi Jepang menuntut pemerintahan Jepang untuk 
mendapatkan  ganti rugi dan permintaan maaf terhadap keluarga korban, 
tetapi tuntutannya  ditolak oleh pengadilan Tokyo. Pemerintah Jepang 
tetap menyangkalnya dan   tidak mau menyatakan permohon an maaf  dan 
memikul tanggung jawab  atas kekejaman yang dilakukannya  terhadap 
para korban ini.

Sikap pemerintah Jepang yang tidak merasa berdosa ini   dapat dilihat 
dengan penulisan buku sejarahnya yang  tetap tidak mau  mengakui 
adanya pembantaian  dan pemerkosaan di Nanjing (1937) oleh tentara 
Jepang atau  kekejaman perang biologi yang dilakukan dengan  Unit 731-
nya. Selain itu mantan perdana menteri Jepang Junichiro Koizumi juga 
tetap mengunjungi kuil Yasukuni sewaktu masih berkuasa yaitu  kuil 
yang merupakan simbol dari militerisme  dan sayap kanan Jepang dan 
tempat  pemujaan arwah penjahat perang kelas A. 

Penyangkalan Jepang atas lembaran gelap sejarah masa lalunya ini  
akan tetap  membebani hubungan dengan negara-negara Asia lainnya  
yang telah menjadi korban agresornya, terutama  Tiongkok dan Korea, 
dan ini akan diwarisi kepada generasi-generasi penerusnya.  

Sampai kini memang ada beberapa pribadi-pribadi yang menyatakan rasa 
penyesalan atas kebrutalan tentara Jepang dimasa lalunya, tetapi 
hanya terbatas pada ucapan dimulut  saja  (lip service) dan belum 
merupakan  pernyataan minta maaf  resmi dan formal dari pemerintah 
Jepang serta pemberian ganti rugi (kompensasi) terhadap para 
korbannya seperti korban pembunuhan dan pemerkosaan massal di 
Nanjing, eksperimen medis dan senjata biologi serta  korban para 
wanita Asia yang dipaksakan menjadi wanita penghibur tentara Jepang 
atau disebut "comfort women", hal yang  berbeda dengan  yang 
dilakukan oleh pemerintah Jerman  Barat pada waktu jaman kanselir 
Willy Brandt.

Wang Xuan, seorang aktivis wanita  yang mendukung tuntutan  korban 
senjata biologi Jepang  dan  berkerja di Jepang juga, 
mengatakan "Sorry is not ennough", "the Japanese are a very polite 
people, they say sorry all the time in their daily lives" (BBC News, 
1 February, 2002)

Banyak  generasi muda Jepang tidak mengetahui  atas kebrutalan dan 
kekejaman tentara Jepang   (wartime atrocities) yang dilakukan  pada 
masa perang dunia ke-II yang lalu, mereka bahkan lebih banyak melihat 
dirinya sebagai bangsa yang menjadi korban peperangan itu sendiri. 
Hal ini terjadi karena distorsi informasi  dan penyangkalan sejarah 
(revisionis sejarah) yang ditanamkan oleh pemerintah Jepang yang 
condong nasionalistik dan kanan. Maka itu beberapa  negara masih  
menolak keinginan  Jepang untuk menjadi anggauta  tetap dewan 
keamanan di PBB, karena  Jepang dianggap tidak mau ikut bertanggung  
jawab atas  sejarah  masa lalunya yang gelap.

Salam 
G.H.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links



Reply via email to