----- Original Message ----- From: tambora To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 3 January, 2007 6:07 Subject: Fw: onta yang menangis
ONTA YANG MENANGIS Hari ini pulang kerja, makan, buka televisi ternyata ada cerita yang menarik. Mungkin teman lain, khususnya yang di Jerman, ada juga yang melihat cerita ini yang ditayangkan di channel Arte (Prancis-Jerman) malam tanggal 2 Januari 2007. Cerita itu terjadinya di Mongolia, saya tak melihat dari awal , jadi tak tahu persisnya di mana. Di awali dengan adanya seorang dokter yang keliling di atas ontanya dari satu permukiman ke permukiman lain untuk mengobati penduduk dan binatang-binatang mereka. Ketika suatu ketika datang ke suatu tempat, dia sudah ditunggu-tunggu sebab ada seekor onta sudah bunting tua dan akan melahirkan sebentar lagi. Onta itu baru berusia 3 tahun, jadi ini babynya yang pertama, dan nampaknya dalam melahirkan dia susah dan kesakitan. Setelah akhirnya si anak onta keluar, maka berdasarkan kebiasaan si onta-ibu disuruh melihat anaknya. Katanya kalau mereka berdua tidak didekatkan, bisa-bisa dia akan menolak si bayi, dan benar orang melihatnya onta-ibu ini aneh, tidak mau menengok onta-bayi, apalagi memperkenankan si bayi menyusu padanya. Selama beberapa hari Ibu pemilik onta itu terpaksa memberikan susu pada si bayi, supaya dia bisa makan. Onta-ibu selalu saja menjauhi. Orang-orang sudah berusaha supaya dia mau menerima si jabang bayi, tapi sia-sia saja. Si kecil juga nampak sedih, menyendiri. Akhirnya ada yang berkata, satu-satunya jalan adalah mengundang seorang musikus yang baik. Ayah si Ibu ini mengenal seseorang di kota yang kiranya akan bisa membantu mereka, maka disuruhnya dua cucunya untuk pergi menyampaikan surat pada temannya yang di kota. Sepulang dari kota, anak-anak mengatakan bahwa si musikus sibuk betul, tapi dia akan berusaha datang besok. Keesokan harinya seluruh orang berkumpul melihat si musikus main musik di depan si Onta-ibu dan si Onta-bayi. Begitu snar rebab digesek, terlihat si Onta-ibu ini mendengarkan penuh perhatian. Ibu pemilik onta berada di sampingnya dan membelai-belainya sambil juga enyanyi. Musik makin mengalun penuh dengan perasaan. Si onta-bayi mendekatkan tubuhnya pada ibunya, dan si ibu tidak menolak. Ibu pemilik onta terus mengelus-ngelus Onta-ibu dengan sayang. Tiba-tiba, aku hampir tak percaya, si Onta-ibu itu meneteskan airmata, musik pun makin keras mengalun, akhirnya si Onta-ibu betul-betul menangis, airmata tumpah tak tertahankan. Si bayi kecil putih manis itu, tampak seperti gembira, mendekati ibunya dan mulai menetek, makin lama kian kenceng menetek. Betul-betul gembira dan lega, sampai aku yang menonton pun ikut terharu ... . Orang-orang di sekitar musikus juga tersenyum gembira. Onta-ibu menangis tapi bukan juga sedih, terlihat seperti bebannya lepas. Lama-lama si kecil pun kenyang dan melepaskan tetek ibunya. Musik selesai. Manusia-manusia tampak bubar. Buat orang Mongolia mungkin cerita ini mungkin biasa saja. Dari mana asal-usul mengobati luka hati onta dengan musik ... aku jadi berpikir keras. Aku teringat bahwa pada manusia pun bisa terjadi penolakan terhadap bayinya sendiri. Di dalam psikiatri ada apa yang dikenal dengan nama psikose setelah melahirkan, di mana seorang ibu salah-salah bisa membunuh bayinya sendiri, karena menganggap bayinya bukan anaknya sendiri, atau bayi yang akan mendatangkan kecelakaan, salah-salah ada niat untuk bunuh-diri mau pun bunuh si bayi.... . Hal inilah kira-kira yang terjadi pada ibu sang Prabu kita yang sudah lengser, ketika dia baru lahir, sehingga harus dipisahkan dengan ibunya, diambil oleh neneknya dan setelah beberapa tahun kemudian baru bisa bersatu kembali dengan ibunya, yang nota bene, sudah bercerai dengan ayahnya dan menikah dengan laki-laki lain ... . Oh ... andaikata ada yang memainkan musik ketika itu. Mungkin dunia Indonesia tidak begini jadinya?! I. Sudharsono > >