Jakarta: Gedung Tua yang Renta Akibat Modernisasi Oleh: Asep Kambali
Kondisinya yang kokoh dan megah memperlihatkan 2 gedung tua itu akan masih dapat berumur ratusan tahun lagi ke depan. Kini kedua gedung itu telah berumur hampir seratus tahun. 2 gedung tua itu adalah cermin sekaligus simbol Kota Tua. Karena letaknya yang strategi persis di Gerbang Kota Tua Jakarta. Namun, kedua gedung itu kini retak-retak di hampir setiap sisi. Mending kalau kecil mah, tapi ini gede dan lebar-lebar loh. Bahkan teras depan salah satu gedung pun turun (amblas) sekitar 10cm. Yang mengejutkan lantai keramik (dari jaman dulu) salah satu gedung terbelah hampir menyeluruh. Pagarnya pun terpisah dari pondasi gedung lama. Kedua gedung itu adalah "korban" dari "keganasan" proyek Tunel (jalan bawah tanah) di Jakarta Kota. Tiang pancang dan alat berat menyebabkan tanah di sekitar gedung menurun, amblas. Hal ini lah yang mengakibatkan gedung itu retak-retak. "PEMANCANGAN SHEETPILE MEMICU PENURUNAN TANAH..., SERTA MENYEBABKAN KERETAKAN ATAU KEMIRINGAN DARI BANGUNAN TAMBAHANAN YANG TIDAK MEMILIKI PONDASI DALAM" Begitulah pendapat Dr.-Ing. Josia Irwan Rastandi. Dia juga menambahkan, pondasi tiang utama dari kedua gedung itu aman dan tidak membahayakan. Beberapa hal perlu dilakukan untuk memperbaiki problem tersebut. Diantaranya adalah dengan menimbun pada area yang menurun/ amblas dan grouting pada area yang retak. Tetapi "nasi sudah jadi bubur", strktur dari kedua bangunan itu telah "tergores, luka". Tentunya kedua bangunan itu sudah tidak "perawan" lagi. Tinggalan Arkeologis yang Ditemukan Proyek Tunel itu menggali & memotong Lapangan Stasiun. Persis di bawah tanah lapangan itu, dahulu adalah Gerbang Pintu Besar Kota Batavia yang dikelilingi oleh kanal-kanal. Dari hasil galian, ditemukan peninggalan: 1. Sisa dinding pondasi dan benteng Kota Batavia. 2. Pecahan keramik-keramik Tionghoa. 3. Pecahan beling dari botol-botol Belanda. 4. Kayu Balok dan Besi sisa Rel Trem 5. Gorong-goronng (sejenis pipa) yang terbuat dari tanah liat yang di press (yang diduga sebagai sisa saluran air dari pancoran ke taman fatahilah. 6. Kayu balok yang diindikasikan sebagai sisa dari pintu besar tembok Batavia. 7. Timah (berbentuk plat) yang menempel pada balok kayu sebagai pengikat pintu besar itu. 8. Tulang belulang manusia (diperkirakan dari tulang orang pribumi, karena berukuran sedang). Tulang lutut dan betis. Atau mungkin juga orang Tionghoa yang dibantai pada 1740. 9. Ditemukan juga kayu-kayu yang menyerupai sampan kecil. dan berada 3-4 meter dibawah tanah. diduga di situ adalah kanal yang ditutup masa Deandels. 10. Pecahan keramik alat penghisap candu/cigaret. 11. Kendi dan gerabah 12. Piring-piring dari kuningan, dll Semua itu ibarat tumpukan puing yang tak berarti. "Kita jual ke pemborong untuk mengisi tanah kosong" ujar salah satu pekerja yang tidak mau disebutkan namanya. Apakah pihak kontraktor tidak mengidentifikasi, mengumpulkan dan mengamankannya sebagai asset sejarah dan budaya. Sudah jelas sisa Benteng Batavia dibobrok demi proyek tunel itu, eh... puingnya pun juga ikut-ikutan dibuang. Di mana sense of heritage kita!!! Sayang seribu sayang...! Salam lestari, AK KPSBI-HISTORIA Phone: (021) 7044-7220, Mobile: 0818-0807-3636 [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] http://kpsbi-historia.blogdrive.com --------------------------------- Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.