"Jangan-Jangan Uang Gue Hasil Korupsi Babe"
Jika hari ini atau besok Anda berjalan-jalan ke Plaza Semanggi atau Cilandak Town Square, Jakarta, mungkin akan menemukan counter khusus kedua tempat itu. Disebut khusus karena yang disajikan di counter itu adalah pemahaman tentang korupsi dan aktivitas Komisi Pemberantasan Korupsi. Dengan ukuran 2 x 3 meter, kehadiran counter milik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu memang tak terlalu mencolok. Dari jauh, penanda counter yang berdiri dari 29-31 Desember dan dimaksudkan sebagai rangkaian penutup kampanye antikorupsi oleh KPK itu hanya papan bertuliskan Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun, jika sudah dekat, baru terlihat bedanya. Di dalam bilik pameran antikorupsi ini terpajang sejumlah foto kegiatan KPK, permainan kuis, dan podium tempat masyarakat memberi kritik dan saran hingga buku saku berjudul Pahami Dulu, Baru Lawan! yang dibagi gratis. "Baik juga sih idenya. Sebab, dengan begini, gue jadi lebih ngerti apa itu korupsi," kata Wawan, pengunjung bilik KPK di Plaza Semanggi, sambil mengamati buku korupsi setebal 66 halaman yang baru diterimanya. Sementara itu, Mita, pengunjung lain, segera menulis pesan di kertas yang telah disediakan, "Setelah dijajah bangsa lain, kemudian dijajah bangsa sendiri. Ha.. ha, benar-benar nggak lucu. Mari berantas bersama." Mengapa pesannya begitu? "Soalnya korupsi itu ngeri banget dan belum ditangani serius. Padahal bisa menghancurkan bangsa," jawab mahasiswa perguruan tinggi swasta di Bandung itu. Ditanya bukankah pemerintah sudah membuat sejumlah lembaga pemberantas korupsi seperti KPK, Mita menjawab, "Saya belum tahu banyak soal KPK. Namun, meski banyak lembaga, sepertinya korupsi jalan terus. Soalnya pemerintah juga sering ikut korupsi." Antartika, pengunjung lain, tampak lebih tahu apa itu KPK. Dia terlihat senang ketika kemarin dapat bertemu Ketua KPK Taufiequrachman Ruki di counter KPK di Plaza Semanggi. "Pak, saya lihat KPK sudah bekerja. Namun, mengapa kasus-kasus yang ditangani KPK hukumannya ringan-ringan?" tanya Antartika. "Hukuman itu wewenang hakim. KPK hanya bertugas dari penyelidikan sampai membawa tersangka korupsi ke pengadilan," jawab Ruki. Ruki menuturkan, Plaza Semanggi dan Cilandak Town Square dipilih sebagai tempat kampanye KPK karena kedua tempat itu padat pengunjung. "Yang datang rata-rata kelas menengah ke atas. Jadi, sekalian mengingatkan, jangan-jangan uang gue yang dibelanjakan di sini hasil korupsi babe," katanya. Korupsi tak cukup ditangani dengan menindak pelakunya, tetapi juga harus diiringi dengan memberi pemahaman sekaligus menyosialisasikan budaya antikorupsi ke masyarakat. Namun, keberadaan bilik KPK yang nyaris tenggelam oleh keramaian mal itu seolah menandakan kampanye korupsi di negeri ini juga ditenggelamkan isu lain. (M Hernowo) Sumber: Kompas - Sabtu, 30 Desember 2006 ++++++++++ Untuk berita aktual seputar pemberantasan korupsi dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) klik http://www.transparansi.or.id/?pilih=berita Untuk Indonesia yang lebih baik, klik http://www.transparansi.or.id/