BERANIKAH?
Bumi, dunia yang dulu dikenal dengan kekayaan alam yang menyegarkan, bersih, dan menghidupkan, makin lama makin menyedihkan. Peradaban yang diagung-agungkan dan disebut sebut telah melampaui (post) modernitas ini, pada kenyataannya mengarah pada situasi ketidakstabilan bagi kehidupan itu sendiri. Kerusakan demi kerusakan terjadi di setiap laju pertumbuhan ekonomi dunia saat ini. Teknologi yang dipuji puji sebagai simbol modernitas di arahkan sedemikian rupa untuk menggerakan seluruh kekuatan modal, barang dan jasa, untuk kepentingan ekonomi semata. Celaka ! Tidak peduli apakah harus mengotori jagad dengan sampah, menggunduli hutan, mengeruk lautan, menjual pulau, mengubah gunung menjadi danau, menghancurkan lapisan ozon, mencairkan kutub,... mengancam kehidupan. Semua menjadi sangat menakutkan, bahkan untuk membayangkan situasi kehidupan yang akan datang dengan segala ketidakberesannya saat ini, kita jadi pesimis bahwa esok adalah kehidupan yang lebih baik. Kekuasan, negara, pemerintah yang dibayangkan sejak jaman yunani kuno, dengan gagasan idealnya plato dan sokrates tentang kekuasaan yang mutlak harus dimiliki oleh negara, maupun gagasan yang menentangnya di masa pencerahan (reinassance) yang menuntut kebebasan, liberalisasi, manusia harus berkuasa atas dirinya sendiri ... yang akhirnya kini jatuh pada kekuasaan modal. Liberalisasi ekonomi telah berhasil mengubah seluruh bentuk relasi manusia menjadi sebuah bentuk relasi ekonomis semata. Sebuah bentuk transaksi jual beli barang dan jasa, yang melahirkan keadaan sosial menjadi terbelah dua, kaya dan miskin. Ada yang menang, ada yang kalah. Ada yang di atas ada yang di bawah. Tidak peduli siapa yang menang atau yang kalah, siapa yang diatas atau dibawah, yang pasti mekanisme menang-kalah, atas-bawah, tetap ada dan di jaga. Itulah kapitalisme, yang dalam bentuknya terbaru di sebut banyak orang: neo-liberalisme. Masa kebebasan masyarakat (modal) jilid II terbaru. Gres ! Neo-reinassance !! Yang mengancam negara namun tidak akan pernah berani mempreteli kekuasaanya (otoritas). Sebab, otoritas akan mengatur seluruh kebebasan orang banyak. Otoritas bisa melindungi seluruh produksi modal dan kontrol terhadap mekanisme monopoli. Otoritas-lah yang bisa melahirkan kebijakan, hukum, dan undang-undang dengan segala perangkat alat-alat kekuasaannya. Otoritas yang bisa di ajak sama-sama korupsi, kolusi, dan nepotis. Otoritas yang bisa menghukum para penentang kepentinganya. Dan inilah Indonesia ! Negara di bawah langit neo-liberalisme, yang telah mematoki tanah-tanah nya. Tanah ini milik Negara ! Tanah ini milik PT Tambah Kaya Raya. Sedang, sederetan rumah gubug berjajar di bawah jembatan layang (tol) di jakarta, mendirikan kampung mereka sendiri, karena tidak miliki tanah. Atau kisah kampung di pinggiran sungai brantas yang kerap di glontor, yang juga karena tidak punya tanah. Dan cerita mereka yang di barak-barak sosial di banyak kota yang tersudut tanpa di kenali warganya sendiri, yang juga karena tidak punya tanah. Lingkungan, alam, di bumi indonesia sudah rusak parah. Dan, cerita tentang bedol desa karena tanahnya sudah tidak subur lagi, cerita tentang abrasi dan intrusi yang menenggelamkan kampung Bulak (jepara). Dan, Bakrie Group menghancurkan kampung-kampung di Porong. Freeport menghancurkan gunung di papua. Depo-depo mengeruki kali-kali (galian c) di Sumosari (jepara) dan 600 hektar dari 700 hektar hutan di Sumosari, gundul. Hidup jadi terancam, semakin mengancam ketika masyarakat tidak memiliki akses hidup untuk menghidupi kebutuhannya. Masyarakat semakin miskin, dan pemerintah malah terkesan semakin menjaga jarak dengan masyarakat miskin. Rencana pembangunan PLTN di Jepara-pun, final! Dan itu artinya, masyarakat (miskin) harus segera mengambil kembali seluruh kontrol hidupnya sendiri. Kita tentu tidak ingin, hidup kita menjadi terancam dan menakutkan karena ulah kekuasaan. Atau setidaknya, beranikah pemerintah Indonesia, SBY, melakukan seperti yang dilakukan Morales, Fidel Castro, Jugo Caves dan Anwar Sadat? -- KORAN KOMUNITAS media informasi dan komunikasi antar komunitas Alamat Redaksi : Jl Menur 38 Salatiga - Jawa Tengah - Indonesia Telp/fax : 0298-327719 -- Bagi yang mau berlangganan silakan kontak di alamat redaksi diatas.