Pak Suhadi, DRRS

Pantauan terakhir saya pada hari ini, 30 November 2006, pkl.12.55 wib, kondisi 
galian proyek Tunel Kota sepi aktivitas. Para pekerja nampak kelelahan setelah 
bekerja lebih dari 24jam nonstop. Mereka tidur di bawah tenda terpal buatan 
mereka sendiri, ada juga yang berlindung di balik pepohonan kecil di samping 
kanan Museum Bank Mandiri. Sungguh kasihan... bak "mesin pengejar deadline".

Tumpukan tanah, lumpur hitam berpasir, balok kayu dan batu masih saja 
menggunung di depan Pintu Gerbang Museum Bank Mandiri. Saya yakin jika gundukan 
itu disemprot / disiram water cannon, akan terurai banyak artefak yang 
ditemukan. Dari kejauhan pecahan keramik masih kentara kelihatan. Sayang, 
proyek itu "terlarang" pagi orang kecil yang menganggap "besar" artefak-artefak 
itu. 

Penemuan Ter-anyar
Lorong yang digali itu kini digenangi air berwarna kecokelatan. Pada 29-11-06, 
16:00 wib kemarin sore, dari atas tiang pancang, perhatian saya tertuju ke 
dasar galian. Tampak glondongan/balok kayu berdiri - berbaris 2 sampai 3 
disepanjang (yang diduga) sebagai sisi tembok Batavia. Balok kayu itu kira-kira 
memiliki garis tengah 50-60 cm. Panjang balok kayu itu tidak dapat dipastikan 
karena tertanam hingga ke dasar. Proses penghancurannya kembali dilakukan 
manual, dengan gergaji, kampak, linggis, dan golok. Kayu-kayu itu kira-kira 
beratnya lebih dari 100kg, karena para pekerja mengangkatnya menggunakan alat 
bantu. 

Analisa saya, balok kayu itu berfungsi sebagai penyangga Fondasi Benteng 
Batavia yang tidak dibersihkan ketika pembangunannya kala itu. Hal ini 
didasarkan atas pemahaman bahwa daerah yang kini menjadi Kota Tua Jakarta itu 
pada abad ke-16 adalah rawa-rawa yang tentunya digenangi air.  

Dari hasil pengamatan sementara ini, sepertinya para pekerja akan fokus 
menghilangkan balok-balok kayu itu dari dasar galian karena menghambat proses 
pekerjaan. Selepas "lunch" mungkin mereka akan melanjutkan "tugas besarnya" 
demi anak dan keluarga mereka, biar dapur ngebul terus...  

Tidak ada Arkeolog atau Sejarawan!
Sepanjang saya disitu dari jam 08:00 sampai 17:00 wib (setiap hari, kecuali 
hari Senin) saya TIDAK melihat arkeolog atau sejarawan yang meneliti bahkan 
mengamankan hasil galiannya. Beberapa saat memang proyek Tunel itu saya tinggal 
dulu untuk sholat, makan atau sekedar online, ngobrol sama tukang ojek sepeda, 
tukang parkir, scurity MBM, kadang-kadang jalan ke Museum Fatahillah, ke Beos, 
Jembatan Kota Intan, dll. Arkeolog / Sejarawan yang sekedar lewat mungkin saja 
ada. Tetapi arkeolog /sejarawan kenamaan saya tidak pernah melihatnya. 

Kalau ada para arkeolog/sejarawan sepanjang proyek itu, mungkin plat-plat timah 
yang diduga sebagai perekat tidak akan dijual begitu saja (harganya 750 
ribu-an), dan artefak-artefak lain tidak akan hilang orang, atau dibawa pulang. 
Untung saya berhasil menyelamatkannya, walaupun yang kecil-kecil. 
Semoga bermanfaat secara besar bagi masyarakat kita.

Salam sedih dan pilu,
Jakarta: Kota Tua Terluka, 30 November 2006.

Asep Kambali
Jakarta Heritages Watch
KPSBI- Historia


To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 29, 2006 10:06:46 PM
Subject: galian kota tua

yth kang asep,
  mohon konfirmasi keyakinan anda apakah ada atau tidak ada tim arkeolog dki 
yang meneliti galian terowongan dimuka setasiun kota dan mengamankan agar 
kerusakan tidak berlanjut?
  terima kasih.
   
  suhadi






 
____________________________________________________________________________________
Cheap talk?
Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.
http://voice.yahoo.com

Kirim email ke