http://www.tribunkaltim.co.id/


      Polisi Usut Sweeping FPI di Samarinda  | Cetak |  

      Senin, 01 Oktober 2007  
      SAMARINDA, TRIBUN- Poltabes Samarinda terus mengusut tindakan sweeping 
yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI), Sabtu (29/9) dinihari lalu. 
Polisi sudah mendapat laporan seorang warga yang terjaring sweeping tersebut.

      Menurut Kasat Reskrim Poltabes Samarinda, Kompol Novi Irawan SIK, 
pihaknya sedang mendalami laporan itu, yakni terkait unsur pidana pengeroyokan 
oleh oknum anggota FPI. "Polisi sudah mengantongi nama pelaku. Sekarang kami 
sedang mencari yang bersangkutan untuk dimintai keterangan," ujar Novi, Minggu 
(30/9) siang. 

      Ia menjelaskan, pria berinisial JY itu dikenali oleh korban pengeroyokan 
saat FPI sweeping. Novi mengaku telah menelusuri tempat tinggal pelaku namun 
sejauh ini belum menemukannya.

      Selain JY, kata Novi, kemungkinan masih ada pelaku lain yang tidak 
dikenali korban.

      Kabag Operasional Poltabes Samarinda, Kompol Robert SP SIK mengatakan, 
peristiwa pengeroyokan di Samarinda Seberang sebenarnya tidak termasuk dalam 
agenda aksi konvoi FPI malam itu. "Kami hanya mendapat pemberitahuan dari FPI, 
mereka akan melakukan konvoi keliling Kota Samarinda. Isi pemberitahuan cuma 
konvoi. Tidak ada yang lain," ujarnya.

      Karena itu, Robert menurunkan sekitar 400 pesrsonil untuk membantu 
pengawalan aksi damai tersebut. Namun setelah 2 jam melakukan konvoi, polisi 
kata Robert tak mengira sebagian anggota FPI akan melakukan sweeping di 
Samarinda Seberang karena mereka kembali ke tempat semula, Masjid Darun Nikmah 
Karang Asam. "Sebagian dari mereka sudah pulang, karena itu anggota juga 
kembali ke Mapoltabes," ujarnya.

      Robert mengatakan, Poltabes Samarinda akan melakukan tindakan sesuai 
dengan undang-undang pidana. 

      Ketua Laskar FPI Kaltim, Habib Fauzi yang dikonfirmasi mengatakan, 
sweeping di Samarinda Seberang tidak masuk dalam agenda. Malam itu FPI hanya 
menggelar konvoi damai. "Tujuannya cuma konvoi saja. Kita tidak tahu persoalan 
pemukulan itu," ujarnya. Jika hal tersebut terjadi Habib Fauzi mengatakan itu 
hanya ulah segelintir oknum FPI, tidak mengatasnamakan FPI secara kelembagaan. 
Tidak Boleh 

      Pengurus Wilayah GP Ansor Kaltim menyayangkan aksi  sweeping Front 
Pembela Islam (FPI) Kaltim, Sabtu (29/9) kemarin, hingga menyebabkan Kapolsek 
Seberang AKP Arif Budiman SIK terluka. 

      "Kita ini ada aturan hukum, tidak lantas ada ormas atau OKP yang lalu 
mengambil langkah- langkah sendiri tanpa memperdulikan hukum yang telah 
berlaku.  Itu namanya main hakim sendiri," kata Syaparudin J, ketua PW GP Ansor 
Kaltim kepada Tribun, Minggu (30/9).

      Menurut dia, jika berbentuk anarkhis maka aparat kepolisian berhak 
melakukan tindakan tegas dan tidak membiarkan aksi-aksi tersebut dilakukan 
sehingga mengganggu stabilitas keamanan kota Samarinda pada khususnya.

      "Polisi kami yakin tahu yang mana bentuknya anarkhis, mana yang tidak. 
Apalagi sampai ada yang terluka. Polisi berhak untuk mengambil tindakan hukum 
yang tegas terhadap aksi yang tidak dibenarkan itu," jelasnya.

      Muhammadiyah Menyayangkan 

      Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muhammadiyah Kaltim juga menyayangkan aksi 
itu. Menurut Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Kaltim Ahmad Aznem, seharusnya 
sweeping tak dilakukan oleh ormas tersebut. "Kami di Pemuda Muhammadiyah pun 
begitu, jika menemukan kejanggalan atau sesuatu temuan serahkan kepada polisi. 
Biar aparat kepolisian yang bertindak," kata Aznem, Minggu (30/9).

      Meski demikian Aznem memandang, konvoi damai yang berujung pada pemukulan 
hingga mengakibatkan sejumlah warga dan Kapolsek Samarinda Seberang terluka itu 
sebagai bentuk kekecewaan FPI terhadap kinerja aparat. Semestinya, hal ini bisa 
dicegah jika saja aparat telah lebih dulu mengantisipai dan mawas diri.

      "Kenapa FPI turun? Itu mungkin karena aparat kurang sigap, dan dipandang 
kurang proaktif. Dalam hal ini saya menilai kerja aparat lamban, karena 
terbukti ada ormas Islam yang harus turun menertibkan kota di bulan puasa ini. 
Kenapa setelah FPI turun, aparat baru turun?" tanya Aznem.

      Pada Ramadan 1428 H ini, PW Pemuda Muhammadiyah Kaltim menyerukan 
pesan-pesan perubahan dan pembebasan kepada seluruh umat Islam. Di antaranya 
mengajak masyarakat Kaltim untuk menahan diri, mengendalikan emosi dan 
menjalankan hak dan kewajiban hidupnya namun tidak harus mengganggu hak dan 
kewajiban hidup orang lain.

      Tugas Aparat

      Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil Depag) Kaltim Farid Wadjdy 
berharap jika ada ormas yang akan turun ke jalan, terkait pengamanan di bulan 
Ramadan bisa meminta pengawalan dari kepolisian.

       "Jika ada tindakan main hakim sendiri aparat harus bertindak untuk lebih 
responsif. Dan bagi ormas yang turun ke jalan dan sudah meminta pengawalan dari 
kepolisian maka yang melakukan tindakan di lapangan hanya dari aparat," ujar 
Farid, Minggu (30/9).

      Sebelumnya, Kanwil Depag Kaltim telah menegaskan, tindakan anarkhis yang 
dilakukan akan sangat bertentangan dengan bulan Ramadan, yang seharusnya 
dijalankan dalam suasana kondusif.

      "Dalam hal ini aparat harus bisa melakukan pengamanan lebih awal sehingga 
para tidak terdorong untuk melakukan tindakan main hakim sendiri. Pemerintah 
sendiri harus lebih responsif terhadap aturan yang sudah ditetapkan," kata 
Farid.  (asi/aid/mei/ksw)
     

Reply via email to