Dulu pada masa  kebngkitan nasional I para petinggi organisasi tidak korup. 
Petinggi agama waktu tidak suruh wanita pakaian gurun pasir tetapi  
menomorsatukan emansipasi. Dulu petinggi naik sepeda, naik kereta api kelas 
kambing, naik kapal laut tidur di deck kapal, naik dokar atau  jalan kaki, 
sekarang petinggi naik mobil mewah punya sopir,  jutaan dollar di bank baik 
dalam dan luar negeri.  Dulu mereka mengadakan rapat atau seminar tidak di 
hotel mewah berbintang mengkilat. Dulu mereka membuka pidato dengan seruan 
"merdeka!" atau "bebas!", sekarang: "asalamalaikum". Dulu  lain, sekarang lain. 
Dulu  nasionalisme  bermakna patriotik, kalau sekarang mungkin  nasionalisme 
bermakna "fulus".  

  ----- Original Message ----- 
  From: Akhmad Asaad 
  To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
mediacare@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL 
PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Monday, May 21, 2007 8:39 AM
  Subject: [HKSIS] Perlu Kebangkitan Bangsa Kedua


  Sangat perlu, untuk mencabut Orba dan Orbaisme sampai keakarnya. Sangat perlu 
agar
  Muhammadiyah aktif bekerjasama dengan komponen-komponen kebangsaan dan 
kerakyatan lainnya untuk menyatukan kekuatan dan dibenturkan pada penjajahan 
bangsa
  demi SDA dan geopolitik, yang didukung oleh semua pembantuanya, dan pada 
radikalisme
  agamis tidak keruan yang merugikan perjuangan bangsa ini.

  AAsaad

  SUARA PEMBARUAN DAILY 
------------------------------------------------------------------------------

  Perlu Kebangkitan Nasional Kedua
  [JAKARTA] Seluruh komponen bangsa hendaknya memperingati Hari Kebangkitan 
Nasional tidak hanya secara normatif, tapi perlu dimaknai secara kontekstual 
berdasarkan kenyataan sosial politik saat ini. Pemaknaan terhadap doktrin 
nasionalisme pun harus lebih luas dan membumi pada kebutuhan bangsa Indonesia 
saat ini. Inilah apa yang disebut dengan "nasionalisme baru". Dan bangsa 
Indonesia semakin membutuhkan kebangkitan nasional kedua. 
  Demikian pokok pikiran sejumlah tokoh muda, seperti aktivis Jaringan 
Intelektual Muda Muhammadiyah Happy Susanto, Sekretaris Eksekutif Hubungan 
Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia Benny Susetyo dan aktivis 
Presidium Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia Irwan Iskandar dalam memaknai 
Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei kepada SP, Sabtu 
(19/5), di Jakarta. 
  Menurut Happy, salah satu persoalan utama yang memerlukan perhatian adalah 
bagaimana upaya bangsa ini untuk mengembalikan semangat reformasi yang telah 
sekian tahun berjalan secara tersendat-sendat, hampir tidak ujung pangkal arah 
pergerakannya. 
  Sejak reformasi bergulir, lanjutnya, orientasi politik nasional justru 
mengalami proses devaluasi dan segresi yang sangat kuat karena nilai-nilai 
kemanusiaan dan persatuan kurang diperhatikan. "Cara berpikiran elite politik 
kita lebih banyak didominasi oleh kepentingan individu dan kelompok," tuturnya. 
  Dia mengingatkan, nasionalisme (kebangkitan), demokrasi, dan kepemimpinan 
adalah tiga kata kunci yang saling terkait. Ketiganya adalah bagian penting 
dari momentum kebangkitan nasional. Peristiwa kebangkitan nasional pada 20 Mei 
1908 memberikan pelajaran yang sangat berharga. 
  Sementara itu, Benny menilai, momentum kebangkitan nasional yang kini sedang 
diperingati bisa menjadi kekuatan sosial yang baru. Dan itu tidak terlepas dari 
tangan-tangan kaum muda yang hadir kembali menggerakkan perubahan dengan jalan 
yang damai dan mencerahkan. 
  Sedangkan Irwan berpendapat, berkurangnya semangat dan rasa nasionalisme pada 
generasi muda dewasa ini menjadi salah satu pemicu konflik di Indonesia. 
  Bidang Ekonomi 
  Di bidang ekonomi, Indonesia dinilai tidak memiliki strategi pengembangan 
industri yang jelas dan komprehensif sehingga tidak mengetahui apa yang harus 
menjadi prioritas untuk diproduksi dan dipasarkan. 
  Selain itu, daya saing Indonesia semakin lemah sehingga produk-produk asal 
Tiongkok dan Vietnam semakin menyerbu pasar Indonesia, kata pengamat ekonomi 
dari Institute for Development of Economics and Finance Fadhil Hassan. 
  Indonesia, ungkapnya, tidak memiliki strategi yang jelas dan menyeluruh dalam 
pengembangan industri. Seharusnya, Indonesia bisa menghasilkan produk tekstil 
dan elektronik dengan kualitas dan segmen pasar tertentu. [E-5/L-10] 

------------------------------------------------------------------------------
  Last modified: 19/5/07 


------------------------------------------------------------------------------
  How much free photo storage do you get? Store your holiday snaps for FREE 
with Yahoo! Photos. Get Yahoo! Photos  


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.467 / Virus Database: 269.7.6/813 - Release Date: 5/20/2007 7:54 
AM

Kirim email ke