Wie Yan Bun <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  hehehe, kang Sobary, bener-bener 
reflektif en bernas! mudah-mudahan para juragan dan pekerja media pada membaca 
kolom asal-usul ini....... posisi kang Sobary sebagai "mantan" orang media 
(karena pernah menjadi komandan di Antara), jadi tambah klop! kalo pengamat 
yang ngomong gini, malah bisa dituduh "sok nyampurin" urusan rumah tangga orang 
lain! jadi barvo ya kang!

hian boen



----- Original Message ----
From: Agus Hamonangan 
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, September 23, 2007 1:59:15 PM
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Orang-orang Media

Oleh Mohamad Sobary 
http://www.kompas. co.id/kompas- cetak/0709/ 23/persona/ 3857213.htm
============ =========

Sebuah negara bisa hidup tanpa media. Tapi, bangsa tidak. Negara 
yang dipimpin pemerintah otoriter bisa menipu diri karena 
memiliki "media-mediaan" yang hanya bisa menjilat dan memuja segenap 
sepak terjang pemerintah. Tapi, sebuah bangsa punya hati nurani yang 
membuatnya menolak penjilatan. 

Media itu aset bangsa. Dia bukan hanya milik kita orang-orang media. 
Aset ini mahal. Media bisa mencapai tahap kebebasan seperti sekarang 
ini karena perjuangan penuh dedikasi dan pengorbanan banyak pihak. 

Dengan kata lain, kita berutang kepada para aktivis, para 
intelektual, penulis, seniman, budayawan, ahli komunikasi massa, dan 
juga kepada pihak lain yang menaruh peduli akan kebebasan ekspresi 
melalui media. Mereka pernah dibikin menderita, "diinteli", diteror, 
hilang atau mati karena ikut membela media meskipun secara pribadi 
mereka tak memperoleh keuntungan langsung. 

Tapi sekarang, kita, orang-orang media, melupakan sejarah ini. Media 
seolah hanya milik kita. Sering kita pongah, seolah media sebuah 
dunia lain, mandiri, dan mutlak merdeka dari campur tangan pihak 
lain. Seolah kita makhluk Tuhan dari ras yang lain sama sekali dari 
mereka yang bukan orang-orang media. 

Kita sering—mungkin diam-diam—merasa eksklusif. Tapi, sering pula—
ini juga diam-diam—kita tidak konsisten. Terhadap Anda, yang bukan 
apa-apa, dan bukan siapa-siapa, dengan enak orang media ibaratnya 
melangkahi Anda tanpa permisi, atau tak peduli sama sekali seolah 
Anda tak layak ditegur. Tapi, bila Anda penulis (apalagi terkemuka) 
atau pengamat (biarpun tak bisa berpikir jernih lagi), atau seniman 
besar, saya jamin di depan Anda kami akan membungkuk sedalam-
dalamnya. 

Juga kalau Anda orang penting, berkedudukan tinggi, dan merupakan 
sumber berita. Memang tak jarang kita juga akrab dengan orang-orang 
biasa, yang kreatif, dan tampil beda dari orang-orang lain. Mereka 
pun dihormati sebagai sumber berita. Tapi hanya itu. 

Memang harus dilihat secara jernih bahwa media banyak jenisnya. Ada 
yang menjaga kredibilitas begitu rupa hingga ibaratnya noda setitik 
pun tak dibolehkan menempel di "badannya". Kita angkat topi kepada 
mereka. Dan, saya pun bersedia membungkuk hormat karena ia layak 
dihormati. 

Tapi, tak semua media yang pernah punya kredibilitas mampu 
mempertahankannya. Alih generasi, pergantian zaman, dan pergantian 
orientasi jurnalistiknya, bisa membuat media tak lagi terlalu 
terhormat di mata publik. Apalagi media yang hadir semata untuk 
mengintip peluang bisnis. Di dalam media jenis ini orang-orangnya 
tak tampak memelihara kredibilitas, tak menjaga idealisme, dan juga 
tak merasa penting memelihara sikap kritis. 

Tentu saja kita harus tahu pula media bukan makhluk seputih salju di 
atas batu hitam. Dan, di muka bumi ini memang tak ada media seperti 
itu. Di sini, di zaman kebebasan pers ini, kita orang-orang media, 
dengan sikap para true believers, memelihara formula good news is 
bad news secara agak fanatis. 

Bisa saja hal itu terjadi karena kita kurang matang, tapi tak 
mustahil karena tidak kreatif dan belum punya kecanggihan 
mengolahnya menjadi sesuatu yang enak dan memberi pembaca pencerahan 
tanpa setitik pun menodai prinsip-prinsip jurnalistik. 

Kita, orang media, memandang kebebasan pers sebagai mantra suci, 
sehingga demi kebebasan pers itu kita tak terlalu menyesal telah 
melukai manusia dan kemanusiaan. Kebebasan pers telah membuat kita 
merasa di atas siapa saja hingga tampak sekali dewasa ini bahwa 
kelihatannya tak ada orang yang patut kita hormati. Tak ada dirjen 
atau sekjen, bahkan menteri, yang kita handle with care. 

Ada sikap populis yang membara, di bawah payung kebebasan pers tadi, 
yang membuat sebagian kita, orang media, mudah memburu orang 
tertentu yang dicurigai menyimpang, sehingga pagi-sore, siang-malam 
orang itu kita beritakan terus-menerus sampai harga dirinya habis 
tandas, seolah kita tak mungkin selingkuh dari kesucian profesi. 

Ini menjadi fenomena kebudayaan kita karena kita bangga akan profesi 
yang mulia itu, mabuk kredibilitas, dan sikap populis atau hanya 
karena kementahan sikap politik dan tak adanya wisdom dalam diri 
kita? Sikap mengandalkan hak jawab—bahwa orang boleh membantah—di 
negeri ini bukan jawaban yang cukup adil. 

Banyak orang yang doyan sensasi sehingga lebih dari sembilan puluh 
sembilan persen hak jawab telah kehilangan fungsi dan relevansinya 
untuk meluruskan apa yang terlanjur kita bikin melengkung.. 

Ada bahkan di antara kita yang berkata bahwa dirinya sudah terbiasa 
menghadapi keluhan sumber berita atau pihak lain yang dirugikan. Ada 
terselip rasa bangga di sana. Sulit saya memahami apa gunanya bangga 
dalam perkara—sengaja atau tidak—membikin pihak lain kecewa? 

Media memang bukan lembaga suci dan kita orang-orang media bukan 
malaikat. Tapi, kalau kita agak rendah hati, dengan sikap cermat, 
dan hormat pada orang seperti kita hormat pada diri sendiri, saya 
kira media tak akan dicap angkuh, sebagai lembaga yang tak tersentuh 
kritik. Ini merugikan kita sendiri. 

Kita bangga menjadi pilar ke empat demokrasi. Kita bangga menjadi 
polisi moral yang gigih meluruskan pihak lain. Tapi mengapa kita 
biarkan diri kita menodai diri dari dalam, dengan sikap yang agak 
kelihatan jelas membuat kita begitu arogan, angkuh, dan tak 
tersentuh? 





____________________________________________________________________________________
Luggage? GPS? Comic books? 
Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search
http://search.yahoo.com/search?fr=oni_on_mail&p=graduation+gifts&cs=bz

[Non-text portions of this message have been removed]



=====================================================
Pojok Milis Komunitas FPK:

1.Milis komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Kontak moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED]
5.Blogroups http://forum-pembaca-kompas.blogspot.com/
6.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=====================================================

Yahoo! Groups Links






e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

       
---------------------------------
Yahoo! oneSearch: Finally,  mobile search that gives answers, not web links. 

Kirim email ke