Ini kasus di China.

Di China dengan keberhasilan program nasional 1 anak-nya, malah 
meningkatkan populasi prianya.
Ini disebabkan masyarakatnya secara kultural lebih menyukai anak laki-
laki. Akibatnya tingkat aborsi (bayi perempuan) jadi tinggi. Tahun 
2005 data United Ntions mengatakan proporsi anak laki : anak perempuan 
di china adalah 110 banding 100.

Hudson and Boer (2004) memperkirakan tahun 2020 akan ada kelebihan 30 
juta pria di china yang tidak mendapat pasangan (wanita). Ditakutkan 
akan menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang hebat, memperburuk 
tingkat keamanan, meningkatkan kejahatan dan kekerasan bahkan 
dikhawatirkan akan memicu perang.

Seperti juga china, hampir seluruh negara di dunia (apalagi khusunya 
negara berkembang) mempunyai masalah dengan pertambahan penduduk.

Nah belajar dari pengalaman di China, dapat diperkirakan kalau negara-
negara dengan masalah kependudukan, menerapkan program keluarga 
berencana secara ketat (misalnya hanya satu anak), dan dengan atar 
belakang kultural yang umumnya lebih menyukai anak lelaki sebagai 
penerus garis keturunan, maka dimasa depan kondisi yang sama akan 
terjadi di seluruh dunia --> yaitu akan lebih banyak anak laki-laki 
dibanding perempuan.

Dan pada masanya akan lebih banyak pria dibanding wanita.

Apakah dalam kondisi masa depan seperti itu, polygamy (polygyny) cocok 
dilakukan? Tidak. Lebih cenderung kalau malah jadi polyandry.

He..he...
Ada yang tertarik?
Mulai aja nabung duit, supaya bisa bayar laboratorium untuk nyimpen 
jasad dalam keadaan mati suri dan dibangunkan lagi... katakanlah 500 
tahun lagi. Sapa tau pas bangun kondisi diatas sudah terjadi... bisa 
deh polyandry.


Sentaby,
DBaonk





--- In mediacare@yahoogroups.com, "Sam Haidy" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Argumen paling lugu dari mereka yang pro poligami adalah: "POPULASI
> WANITA JAUH LEBIH BANYAK DARIPADA PRIA". Mereka pikir wanita memang
> sengaja diciptakan Tuhan demikian. Mereka tidak memperhitungkan 
proses
> reduksi populasi pasca kelahiran, terutama perang. Dalam perang, 
dari
> zaman ke zaman, kaum Adam selalu menjadi korban dominan, berada di
> garis depan. Masuk akal kalau populasinya kemudian berkurang 
drastis.
> 
> Reduktor lainnya, kebiasaan buruk yang beresiko dapat mempercepat
> kematian (mengkonsumsi nikotin, alkohol dan sebagainya), mayoritas
> dilakukan kaum pria, jauh dibanding kaum wanita.
> 
> 
> -Sam Haidy-
>


Kirim email ke