RUMAH DUNIA MENCARI DONATUR
  Oleh Gola Gong
   
  Tahun 2007 sudah diujung. Tinggal 3 bulan lagi, tahun pun berganti, 2008! 
Bagi Rumah Dunia sepanjang 2007 ini sangatlah luar biasa. Ada peningkatan 
volume kegiatan, terutama kegiatan tahunan seperti ”Ode Kampung 2: Temu 
Komunitas Sastra se-Nusantara”,  yang kontroversial dengan surat pernyataan 
sastrawan yang menolak arogansi dan dominasi sebuah komunitas atas komunitas 
lainnya, eksploitasi seksual sebagai standar estetika, serta menolak bantuan 
asing yang memperalat keindonesiaan kebudayaan kita. Ketiga point ini muncul 
melalui perdebatan sengit. Saat pembacaannya, saya mewakili Rumah Dunia  
mengingatkan, bahwa ketiga point itu ditujukan untuk Rumah Dunia dan seluruh 
komunitas yang hadir di Ode Kampung. Juga kegiatan ”Keranda Merah Putih”, 15 – 
26 Agustus 2007,  yang spektakuler; kegiatan itu berhasil menekan birokrat 
Banten sehingga Hj. Ratu Atus Chosiyah, Gubernur Banten, datang ke Rumah Dunia 
untuk berdialog dan memenuhi tuntutan para komunitas seni dan baca di
 Banten, yang menuntut perpustakaan dan gedung kesenian.
   
  LANCAR KEGIATAN
  Belum lagi kegiatan tahunan lainnya seperti merayakan ulang tahun Rumah Dunia 
dengan tajuk ”Pesta Rumah Dunia” setiap Maret. Tahun 2007 ini bertajuk ”Enam 
Pesta Rumah Dunia”, yang berarti Rumah Dunia sudah berumur 6 tahun. Juga ”Pesta 
Anak” setiap Juli (yang keenam). Tahun 2007 pula, tepatnya Agustus, wisata 
study (semacam study tour), berhasil membawa sekitar 30-anak yang unggul di 
wisata gambar dan mengarang di Rumah Dunia ke Monas dan Pesta Buku, Jakarta. 
Tahun-tahun sebelumnya, wisata study hanya membawa mereka ke tempat-tempat di 
sekitar kota Serang saja;  mereka dibawa ke alun-alun Serang, kantor pos, dan 
stasiun kereta.
   
  Kegiastan reguler seperti wisata gambar, lakon, dongeng, ekspresi, mengarang 
dari Senin hingga Jumat untuk anak-nak usia sekolah dasar hingga SMP berjalan 
lancar. Untuk evaluasi, lomba-lomba diantara mereka pun diselenggarakan. 
Kegiatan diskusi pendidikan, budaya, peluncuran buku, pemutaran film, 
pertunjukan teater, pelatihan di setiap Sabtu atau Minggu untuk pelajar dan 
mahasiswa bagai bah tiasda henti. Bhakti sosial berupa pemberian beasiswa dan 
sembako jadi bumbu penyedap.
   
  DANA
  Lantas dari mana Rumah Dunia mendanai ini? Pada Selasa, 25 September 2007 
lalu, serombongan anggota Komisi X, DPR, mampir ke Rumah Dunia. Mereka 
mengernyitkan alis ketika mendengar pembiayaan Rumah Dunia lebih didominsi oleh 
zakat, infaq, dan sodakoh. Tahun 2007 ini memang istimewa. Diknas Jakarta 
menggelontorkan block grat sebesar Rp. 25.000.000,- Itupun kami putuskan 
menerima, karena pihak Diknas menjamin Rumah Dunia pasti mnereima. Kami bisa 
menreima dana itu, karena Rumah Dunia adalah lini sosial dari Yayasan Pena 
Dunia. Tapi, kami masih belum berani memasuki fase menyebarkan proposdal ke 
instansi pemerintah, karena masih ingin menempa mental para pengelolanya. Bagi 
saya ini sangat penting. Jika kita melakukan kegiatan sosial, jangan diawali 
dengan kesenangan, misalnya mendapatkan dana-dana dalam jumlah besar yang 
bersal dari APBD/APBN. Itu sama saja kami merampas hak rakyat miskin di negeri 
ini. Partisipasi publik yang kami lakukan, haruslah juga melatih para
 penelolanya mandiri.
   
  Pernah suatu hari saya kedatanan tamu beberapa anak muda dalam kesempatan 
yang berbeda. Juga lewat e-mail. Rarta-rata pertanyaan dari mereka, adalah 
minta diajarkan membuat proposal. Mereka sangat ingin membuat Rumah Dunia di 
tmepat mereka. Juga mereka mneanyakan, bagaimana caranya mencai buku. Biasanya 
saya menyuruh mereka untuk mulai membeli buku dan membeli raknya. Lalu memulai 
mengoleksi buku satu demi satu dari hari ke hari, dalam hitungan tahun, seiring 
waktu  rak akan dipenuhi buku. Dengan melakukan itu nanti akan muncul sebuah 
semangat melakukan kegiatan yang muncul dari hati, bukan dari hitungan ekonomi 
atau angka-angka statistik. Akan muncul sebuah keyakinan, bahwa di dalam tubuh 
kita ini sebetulnya ada hak orang lain. Berderma kepada olranfg lain iut tidak 
hanya melulu dalam bentuk uang, tapi juga pikiran (otak) dan tenaga. Pikiran 
yang kita miliki bisa didermakan dengan cara menyelenggarakan 
pelatihan-pelatihan grartis, mengajari membaca, melatih anak-anak
 menggambqr sreta berteater atau membuat film. Sedangkan tenaga, di setiap 
kegiatan, membantu memberesi kursi, menyapu halaman, menbersihkan kamar mandi, 
dan apa pun. Itulah sebetulnya inti dari Rumah Dunia, sebagai pusat belajasr; 
kita saling berbagi dengan gembira dan bahagia.
   
  Kami harus tidak antusias untuk urusan ”minta-minta” jatah ini, walaupun 
tentu tidak menolak jika diberi. Kami tidak memulainya dengan proposal, tapi 
dengan kegiatan. Pernah ada lembaga yang henhdak membantu. Mereka meminta 
proposal. Saya mengatakan, silahkan datang ke Rumah Dunia. Proposalnya sudah 
ada di depan mata. Ketika mereka datang, saya menyuruh mereka untuk 
merasakannya dengan hati. Proposal yang saya maksud adalah dalam bentuk tawa 
anak-anak yang sedang menggambar, membaca, bangunan-bangunan berupa 
perpustakaan, panggung, mushola, liflet kegiatan, dan arena bermain. Tapi 
mereka tetap meminta proposal. Kata saya, ”Jika Rumah Dunia ini sudah layak 
dibantu, silahkan bantu. Kami akan melaporkannya dalam bentuk kegiatan dan 
tentu tertulis, lengkap dengan bukti-bukti kuitasi atau nota pembelian.” Tapi, 
mereka ingin kami menyodorkan proposal permohonan dana dan kami menolak. 
   
  Jangan kuatir. Beberapa lembaga pernah menyumban kami seperti orang buang air 
besar itu. Misalnya Gramedia dan BNI memberi dana Rp. 10 jt (2006) serta buku 
seharga Rp. 10 jt, Femina menyumbang 1000 buku resep masakan (2005) yang kami 
bagi-bagikan kepada orang kampung, Telkomsel Rp. 3 jt (2005), RCTI Peduli Rp. 
15 jt (2004), Yayasan Insan Cendeki (www.tunascendekia.org) berupa 3 komputer 
dan infocus, Tomkins dan Evalube berupa komputer dan printer (2005), Indonesia 
Membaca dan Pro XL berupa 1 komputer (2005), Marissa Haque menyumbankan koleksi 
ensiklopedi ” The New Book of Knoledge” (2206), Penerbit Lingkar Pena dan Mizan 
dengan buku-buku terbitannya, 1001 Buku, British Council, Kelompok Pengarang 
Remaja Gramedia seperti Hilman, Boim, Adra, zarra, Arini, Gustin, Bubin 
menyumbangkan royalti buku ”Kupu-kupu Tak Berkepak” (2004), Halim HD networker 
kebudayaan asal Solo meyumbang 200-an buku koleksinya (2004), Zulkieflimanyah 
2000-an buku cerita edisi  Inggris (2007) dan
 Dindik Banten  berupa satu set sound-sistem (2005). Alhamdulillah, mereka 
datang ke Rumah Dunia untuk survey dan seminggu kemudian barang diantar tanpa 
perlu prosedur berbelit-belit dan proposal. Insya Allah, barang-barang itu 
dipakai untuk pengembanan pendidikan anak-anak yang aktif di Rumah Dunia.
   
  Tapi kami berbagi cerita. Ikhwal bantuan block grant dari Diknas, kami 
menerimanya setelah tawaran itu berulang-ulang dilontarkan. Kami akhirnya 
berkompromi membuat proposal program. Itu pun setelah kami mendapat kepastian, 
Kami mendapatkan dna tipe B, Rp. 25 jt. bahwa dna itu akan cair. Laporan 
pertriwulan pun kami berikan kepada Diknas. Kami pikir, tahun 2008 akan 
mendapatkan lagi block grant, dana stimulan berkelanjutan. Tapi ternyata tidak. 
Menurut anggota DPR, Komar yang pelawak iu, dana block grant hanya sekali 
diberikan. Itu adalah bentuk pemerataan. Bagi saya, itu artinya, pihak Diknas 
tidak peduli apakah lembaga seperti Rumah Dunia yang mendapatkan dana itu 
bekembang dan maju atau mati sunyi sendiri. Itulah kenapa setiap dana seperti 
block grant terdengar ke mana-mana, lembaga-lembaga/komunitas baca muncul 
seperti jamur tanpa perlu riwayat hidup suka dan dukanya. Malah saya mendengar 
dari bebrapa pengurus Forum Taman Baca Indonesia, ”Beberapa anggota DPR malah
 meminta jatah untuk komunitas di tempat tinggalnya!” Apalagi tahun 2008 nanti, 
Banten ketiban rezeki sebanyak Rp 7 Milyar untuk pengembangan perpustakaan. Di 
Radar Banten tiap hari selama puasa 2007 ini muncul iklan berupa banner ukuran 
5 kali 33 centi bertuliskan: BELAJAR BACA DAN TULIS ADALAH IBADAH. Iklan itu 
terselenggara berkat kerjasama Dindik Banten dan Gerakan Nasional Percepatan  
Pemberatasan Buta Aksara. dan Saya tidak tahu, apakah Rumah Dunia akan 
kecipratan atau tidak, walaupun anggota DPR sudah datang ke Rumah Dunia! 
   
  Urusan uang ini memang bagai bara api. Didiamkan mengepul tak mau padam, 
digenggam bikin sakit tangan. Jika tidak hati-hati bisa jadi fitnah. Bagi saya, 
ini lebih pada penanaman mental agar mandiri, bahwa menggali dana dari 
APBD/APBN bukanlah tujuan utama Rumah Dunia. Bagi saya ini sangat penting. 
Sebagai anak muda, mereka harus dilatih berhasil mengatasi kesulitan. Mereka 
harus belajar dari  kesulitan, karena ketika menjadi pemimpin, mereka nanti 
akan ulet dan liat serta tidak memiliki mental pengemis. Tapi, kami lebih 
memilih menggali potensi zakat, infaq, dan sedekah dari siapa saja yang ingin 
membantu Rumah Dunia secara ikhlas. Jika tidak, kocek sendiri! Saya ingat 
omongan Emak, ”Rumah Dunia ’kan kemauan kamu. Yah, biayain sendiri! Kalau minta 
dana dari APBD/APBN, untuk apa ada lembaga formal? Kasihan pemerintah. Kecuali 
kalau kamu dikasih atau mengajukan ke pihak swasta.”
   
  Betul juga yang dikatakan oleh Emak. Rumah Dunia kini mulai mencoba larak 
sana-sini, misalnya dana-dana SCR (social corporate responsibility), walaupun 
belum melakukannya.  Di Banten begitu banyak perusahaan bertebaran. Sabarlah. 
Bagi kami sementara ini menulis kumpulan cerpen atau novel lebih mengasyikan, 
dimana nanti 50% royaltinya disubsidikan ke kas Rumah Dunia. Atau memaksimalkan 
saja potensi yang ada. Berkegiatan saja yang benar. Siapa tahu nanti mereka 
melirik, terketuk hatinya, dan tanpa berbelit-belit menyumban. Bagi kami, 
menyumbang itu harus seperti orang sedang buang air besar. Setelah usai, 
disiram, dan tidak ditengok lagi! Mencari orang/lembaga sepreti ini memang 
sulit, tapi yakinlah itu tetap ada. Allah akan menunjukkannya nanti. 
   
  MURNI KEGIATAN
  Alhamdulillah, sepanjang 2007 ini pembiayaan kegiatan Rumah Dunia terbantu 
oleh para donatur yang tidak mengikat. Konpensasinya, biasanya jika perusahaan 
yang menyumbang, logonya kami sertakan di spanduk, liflet, dan bentuk promosi 
lainnya. Jika perorangan, kami laporkan di ”Brankas” situs www.rumahdunia.net. 
Para donatur pun bermunculan; datang dan pergi. Mulai dari donatur rutin  para 
pejabat Dindik Banten sebesar Rp. 300.000,-/bulan, koran Radar Banten sejumlah 
Rp. 200.000,-/bulan, H. Embay Mulya Syarief Rp. 200.000,-/bulan, dan Ferry 
”Trekker’ di Yogya Rp. 200.000,-/bulan. Donatur dadakan juga datang dan pergi. 
Zulkieflimanyas, setelah tidak terpilih jadi Gubernur Banten, beberapa kali di 
awal 2007 mentransfer uang Rp. 1 jt/bulan, Penrebit Tiga Serangkai Solo 
mendukung sebesar Rp. 2,5 jt, Koran Jurnas Jakarta Rp. 5 jt untuk Ode Kampung 
2, Jack La mota yang bekerja di Dubai, Sal (milis watan sabah) di Singapura, 
Fahri Asiza (novelis), Saefudin Noor (Direktur Bank
 Muamalat), Mizan, Gramedia, dan masih banyak lagi donatur perorangan yang 
tidak ingin disebutkan. Jumlahnya bervariasi; dari Rp. 50.000,-  hingga Rp. 1 
jt.
   
  Dari sumbangan tidak mengikat itu – kami tetap diberi kebebasan mengatur 
dapur sendiri, karena itu disesuaikan dengan iklim sosial-budaya masyarakat 
Banten yang sedang tumbuh belajar terhadap jurnalistik, sastra, rupa, teater, 
dan film, Rumah Dunia mengelinding. Uang-uang yang masuk tidak kami pergunakan 
untuk biaya makan, apalagi honor bagi para pengolanya. Para relawan di Rumah 
Dunia mendapatkan insentif dari honor-honorsebagai pembicara (25% disubsidikan 
ke Rumah Dunia) serta honor penulisan cerpen dan novel. Untuk makan seta 
keseharian mereka, apa yang kami makan iutlah yang mereka makan. Ini penting 
dikbarkan, agar para donatur merasa nyaman, bahwa uangnya munrni dipakai untuk 
kegiatan Rumah Dunia, yang mengakar kepada jurnalistik, asyra, rupa, teater, 
dan film.
   
  Bagi saya yang paling luar biasa, sepanjang 2001 – 2006, dari uang-uang yan 
masuk, Rumah Dunia berhasil menyisihkan uang untuk mencicil dua buah motor 
sebagai kendaraan operasional. Dengan dua motor dinas itu, penyebaran liflet 
dan undangan yang bagaiair bah setiap bulannya jadi lebih mudah. Relawan 
seperti Muhzen Den (Fakultas Sastra untirta Serang) dan Roy (kelas 2 SMA PGRI 1 
Serang), Ain (kelas 2 MTsN Serang), Sauni (kelas 3 SMP PGRI 2 Serang), dan 
Rostini (MTsN Serang). Bahkan 2007 ini, kami berhasil menganggarkan dana untuk 
internet. Kini ”memindahkan dunia ke rumah” komplet sudah, tidak hanya lewat 
jurnalistik, sastra, rupa, teater, dan film saja, tapi juga internet. 
   
  DONATUR 2008
  Kini kas di Rumah Dunia melompong kosong plong. Habis dan ludes. Tak bersisa. 
Ada dua kegiatan tahunan lagi menanti; Kado Lebaran (7 Oktober) dan menu 
penutup tahun; Detik Akhir Detik Awal serta kembali memulai kegiatan reguler di 
tahun 2008 serta tahunan seperti Tujuh Pesta Rumah Dunia (Maret), Pesta Anak 
ke-7 (Juli), Ode Kampung jilid 3, Keranda Merah Putih ke-4 (Agustus), pameran 
lukisan, pembuatan film indie, dan pertunjukan teater. Untuk ”Kado Lebaran” 
kegiatannya berupa lomba mengarang, pembacaan puisi, dan menggambar. Hadiahnya 
buku dan uang kadedeh untuk lebaran masing-masing sebesar Rp. 5000,- hingga Rp. 
10.000,-
   
  Dana rutin yang sudah pasti masuk perbulannya dari koran Radar Banten Rp. 
200.000,-, H. Embay Mulya Syarief Rp. 200.000,-, Fahri Asiza Rp. 100.000,-, 
para pejabat Dindik Banten Rp. 300.000,- Totalnya Rp. 800.000,- Sedangkan biaya 
operasional dan kegiatan rutin setiap bulan sebesar Rp. 3 jt! Jika ada lembaga 
atau perorangan yang tertarik menjadi donatur, kami dengan sangat senang dan 
tentu berbahagia menerimanya. Silahkan kirim ke rekening di bawah ini:
   
  BCA Serang
  Norek: 245 – 188 – 5733
  Atas nama Asih Purwaningtyas Chasanah
   
  BRITAMA Serang
  Norek: 0084-01-034-240-505
  Atas nama Yayasan Pena Dunia atau Heri Hendrayana Harris
   
  Bank Muamalat Serang
  Norek: 908-5999-799
  Atas nama Asih Purwaningtyas Chasanah
   
  Jika perusahan, mulai dari Rp. 500.000 – Rp. 2 jt, konpensasi yang kami 
berikan adalah pemuatan logo perusahaan di situs kami; www.rumahdunia.net, 
liflet kegiatan, adlip  di setiap kegiatan, dan brosur Rumah Dunia yang rutin 
dicetak oleh Suhud Media Promo. Pengeluaran atau pertanggungjawaban akan rutin 
kami laporkan di ”Brankas” www.rumahdunia.net.
   
  Tapi, Rumah Dunia menerima juga sumbangan dalam betuk barang, seperti yang 
dilaukkan oleh DAIHATSU, yang menyumbagn 200-an tas serta alat-alat sekolahnya 
(2005). Bisa langsung datang ke Rumah Dunia di komplek Hegar Alam No. 40, 
Kampung Ciloang, Serang 42118-Banten, Tlp: 0254 – 224955. Silahkan juga mnberi 
kabar di 081513310132 (Tias) atau email japri ke [EMAIL PROTECTED]
   
  Begitulah, Kawan yang budiman.
  Jika ingin berbuat kebaikan, maka segerakanlah.
  Denan begiut, kita sudah ikut terlibat dalam membuat orang lain bahagia.
  Bukankah ”Menjadi berguna jauh lebih penting dari sekedar menjadi orang 
penting”?
   
  Salam dari kampung!
  ***
   
   
   
   
   
   

       
---------------------------------
Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV.  Watch previews, get listings, 
and more!

Kirim email ke