KEBIJAKAN CENDEKIAWAN ULER IJOH? KAMIS,16 nop 2006 Hehehe,daku dapet bahan tanggepan yang banggus, Kutika wartawan senior kita, menunjukkan dirinyah SAKBAGAE SATU CENDEKIAWAN YANG BIJAK. Sakhingga dakupun menerawang ke jaman Suharton, Dimana para wartawan ijoh, jadi bunglon yang cendekiah. Dimana para cendekiawannyah pun sampe sampe MENGADAKEN DONGHA PULITIK BUAT SUHARTON. Memang ungkapan senior kita ituh bebuktih, Kutika PARA CENDEKIAWAN ULER IJOH BICARAK PADA POSISI DAN KONDISI YANG TEPAT GUNAH. Dan pada saat Repormasih demingkian amburadul, kekanak Kanakkan, MANGKA SI CENDEKIAWAN IJOHPUN MEMBILANG, Inihlah waktu dan tempatnyah, UNTUK WARTAWANPUN MEMBERITAKAN SARAT2 IDIOTIKNYAH. Pandae2lah menempatken diri, KATA SI CENDEKIAWAN IJOH YANG KINI MEMANG GIAT MENYEBARKEN RACUN UGAMAKNYAH. Sakhingga diahpun lupa, ada title wartawan YANG KUDU NEUTRAL DALEM LIPUTAN LAPORANNYAH? Ah..memang kebijakan cendekiawan uler ijoh ituh KINI SEDANG DIBUKTIKEN DALEM ARENAH NYATA. BAEK PRAKTIS MAUPUN PULITIS Nb. Matur nuwun Mas!! Atas kebijakan bunglonnyah. >>>>>>>>>>>>>> Makanya, kalau berani mengaku cendekiawan juga harus belajar dulu tentang: 1. Cara bicara harus jelas, sederhana, komunikatif, disesuaikan dengan audiencenya (tingkat kemampuan mereka menangkap makna). 2. Bicara hal-hal yang penting saja. Nggak usah bergenit-genit membicarakan hal-hal yang tidak esensial, hanya untuk menunjukkan dia intelektual. Cendekiawan itu harus berdiri di atas bumi, tidak di awang-awang. Yang dimaksud bumi di sini adalah konteks masyarakat tempat ia hidup dan mengabdikan diri sebagai cendekiawan. Kalau masyarakatnya itu mayoritas masih bodoh, buta huruf, tidak berpendidikan, miskin, emosional, dsb..dst... Ya itulah lahan tempat ia berjuang. Jangan lantas dia menyalahkan rakyatnya, jika ia dilempari batu karena bicara yang "aneh-aneh" dan tidak dipahami oleh mereka, karena gaya bahasanya terlalu canggih dan "tinggi." ----- Original Message ---- From: Nasrullah Idris <nasrullahidris@ bdg.centrin. net.id> To: Mediacare <[EMAIL PROTECTED] ps.com> Sent: Thursday, November 16, 2006 11:46:01 AM Subject: [mediacare] Siapa harus Mengerti Siapa ?
Seorang yang mengaku cendikiawan muslim serta lulusan Amrik berkata kepada sejumlah Bocah : "Anak-Anak, berdasarkan analisa ilmiah, bisa saja Idul Adha berlangsung dua kali dalam satu tahun" (Maksudnya 10 Januari 2006 dan 31 Desember 2006) "Anak-anak, berdasarkan Matematika, kita bisa saja mengucapkan KETUHANAN YANG MAHA DUA PANGKAL NOL". (Maksudnya ya KETUHANAN YANG MAHA ESA juga) "Anak-anak, berdasarkan perkembangan teknologi, MARTIL BUATAN MANUSIA LEBIH KUAT UNTUK MEMATOK PAKU DARIPADA TANGAN MANUSIA BUATAN TUHAN" (Ya terang aja) --------------------------------- Sponsored Link $420,000 Mortgage for $1,399/month - Think You Pay Too Much For Your Mortgage? Find Out!