Serial: small business
   
   
   
  Tanah hati yang subur
  Wishnu iriyanto
   
   
   
  Ada sebuah cerita rakyat di negeri china yang sangat memberkati saya, bila 
berkaitan dengan topik tanah yang subur.
  Saya lupa dimana saya membaca ini, tapi mungkin saja dari buku berjudul doa 
sang katak. 
   
  Demikian ceritanya;
   
  Ada sebuah remaja yang sangat miskin yang mendatangi seorang peramal terkenal 
untuk minta diramalkan masa depannya.
  Karena begitu miskinnya, dia bahkan tidak punya apa apa untuk diberikan pada 
sang peramal sebagai pembayar jasa ramalan tersebut.
   
  Si peramal yang kecewa karena si anak muda tidak punya apa-apa ini sebagai 
pembayar jasanya, langsung berkata tanpa menoleh;” kamu akan jadi orang yang 
sangat kaya kelak, tapi tolong jangan bertanya apa apa lagi”
   
  Lalu dia mengusir pergi secara halus anak muda tersebut untuk kemudian 
melanjutkan untuk meramal pelanggan berikutnya.
   
  20 tahun kemudian, ketika si peramal tersebut sudah menjadi sangat tua dan 
sudah lagi tidak populer, tiba tiba dia dikunjungi seorang yang berpenampilan 
seperti saudagar kaya, menjumpai peramal tersebut dengan sikap sangat hormat, 
berterima kasih dan memberikan si peramal tersebut berpeti peti uang logam emas.
   
  Si peramal yag terbingung bingung dengan kejadian itu, bertanya siapakah 
gerangan saudagar tersebut.
   
  Si saudagar itu menceritakan kalau dia dulu adalah seorang muda yang sangat 
miskin, yang karena begitu miskinnya bahkan tidak mampu membayar ramalan si 
peramal tersebut, tapi bertekad dalam hati bila ramalan itu terbukti benar, 
akan memberikan sebagian kekayaannya pada si peramal.
   
  Si peramal yang ingat kejadian itu (mungkin karena tidak banyak orang yang 
nekat meminta jasanya tanpa membayar apa apa – mengingat reputasinya saat itu 
yang begitu terkenal), secara spontan bilang;” padahal waktu itu saya cuma main 
main.” 
   
   
   
  Moral story;
   
  Menurut saya pribadi, sebetulnya permasalahan di sebagian besar dari kita 
kenapa banyak yang masih jauh dari menjadi maksimal dalam bisnis maupun 
kehidupan, belum tentu terletak pada jumlah motivasi ataupun kuantitas 
pengajaran yang telah kita terima selama ini.
   
  Bahkan kalau kebetulan rekan rekan beragama kristen, saya percaya di gereja 
kita masing masing, kita sudah menerima begitu banyak motivasi, dorongan dan 
semua pengajaran yang bermuara pada peningkatan semangat juang dalam bidang 
kita masing masing.
   
  Saya juga percaya tidak sedikit dari rekan yang telah ber-investasi banyak 
dalam mengunjungi seminar-seminar sekuler yang bertujuan untuk menggerakkan 
motivasi, mengembangkan diri bahkan untuk menciptakan momentum pribadi, mulai 
dari yang berskala lokal maupun yang berskala internasional.
   
  Didalam milis yang kita ikuti ini saja, tidak sedikit artikel yang diforward 
oleh rekan rekan lain yang sebetulnya begitu menggugah, menyentuh dan sangat 
efektif dalam menumbuhkan harapan harapan besar.
   
  Tapi kenapa banyak diantara kita yang pencapaiannya masih jauh dari potensi 
maksimal yang seharusnya kita bisa capai?
   
  Cerita diatas bicara mengenai tanah yang subur, yaitu hati kita.
   
  Pemuda miskin dalam cerita diatas memiliki tanah hati yang luarbiasa baik dan 
luarbiasa subur.
  Sepotong bibit berbentuk nasihat kecil yang sebetulnya hanya dilontarkan 
dengan main-main, ternyata mampu tumbuh menjadi tanaman besar yang berakar 
kuat, berbatang besar dan berbuah lebat sekali didalam tanah hatinya.
   
  Sementara, banyak sekali dari kita yang bahkan hampir tiap hari menerima 
benih benih motivasi dalam volume tidak kecil melalui artikel artikel di milis, 
ajaran orang tua, pengajaran yang putus-putusnya dari gereja, program-program 
motivasi di televisi, buku-buku bacaan, berlangganan program motivasi harian 
melalui sms dan lain lain, tapi masih gagal untuk menumbuhkan semua bibit-bibit 
motivasi yang berlimpah-limpah tadi menjadi tanaman besar yang berakar dalam 
dan berbuah lebat.
   
  Saya percaya orang-orang diluar sana yang mungkin saja berupa teman, 
motivator profesional, pemimpin agama, orang tua, guru dan banyak lagi, hanya 
mampu untuk membantu dalam menebar benih, tapi proses tumbuh nya bibit menjadi 
pohon besar akhirnya kembali bergantung pada tingkat kesuburan tanah hati kita 
masing masing.
   
  Saya sendiri juga menyadari kalau tanah hati saya juga masih jauh dari subur, 
karena benih benih motivasi yang sebetulnya sudah saya terima dari saya kecil 
ternyata bertumbuh lama sekali sesudahnya dan masih sangat kecil, dibanding 
cerita pemuda miskin itu yang mungkin saja tidak berpendidikan, tidak punya 
modal apa-apa selain nasihat sederhana yang bila kita terima di jaman sekarang 
ini, mungkin kita semua akan anggap hanya sekedar omong-kosong belaka.
   
  Saya sangat percaya sekali bahwa tanah hati yang subur memiliki kontribusi 
yang luarbiasa significant terhadap keberhasilan kita dimasa mendatang.
   
  Saya percaya bila tanah hati kita subur, ucapan motivasi yang bilang:” 
Janganlah kecut dan tawar hati, Sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau kemana 
pun engkau pergi,” sudah cukup untuk membakar, meneguhkan dan membuat kita 
berani untuk memasuki semua peperangan bisnis sesulit apapun tanpa ada keraguan 
sedikitpun karena kita yakin ada penolong kita yang selalu menyertai kita 
dimasa-masa sulit..
   
  Bila tanah hati kita subur, nubuatan yang berkata:” engkau akan jadi kepala 
bukan jadi ekor”, cukup untuk memampukan kita menerobos semua kesulitan dalam 
tujuannya untuk menggenapi semua visi visi besar yang Tuhan taruh dalam hati 
kita masing-masing, dan bukan hanya sekedar menjadi seseorang yang biasa biasa 
saja tanpa mempunyai dampak apapun bagi sekeliling-nya dan kecakapan untuk 
menerobos tembok-tembok penghalang..
   
  Bila tanah hati kita subur, harapan-harapan yang ditanam oleh orangtua kita 
sedari kecil untuk kelak kita dapat menjadi orang orang besar, akan berakar 
begitu kuatnya sehingga cemooh, ejek dan pengaruh negatif dari sekeliling tidak 
akan mampu menghambat benih itu untuk tumbuh menjadi pohon besar.
   
  Bila tanah hati kita subur, pengajaran positif yang kita terima, walau 
sedikit, akan mampu ditumbuhkannya menjadi nilai nilai luarbiasa kuat yang 
bahkan untuk mampu bermultiplikasi menjadi banyak dengan sendirinya.
   
  Tapi kalau tanah hati kita tidak subur, ribuan kata kata motivasi, harapan, 
dorongan maupun nubuatan sekalipun, hanya manis terdengar bagi telinga kita, 
jatuh ke hati kita untuk kemudian mati begitu saja dan akhirnya tetap tidak 
mampu untuk mengubahkan apapun dalam kehidupan kita.  
   
  Tidak bosan bosannya saya berkata, kalau ada yang berpendapat bahwa 
keberhasilan permanent itu sepenuhnya bergantung pada faktor tunggal berbentuk 
modal keuangan tanpa memperhitungkan tanah hati, saya anggap dia naïf, karena 
banyak sekali orang orang yang kuat secara finansial terjun kedunia bisnis 
dengan pemahaman serampangan bahwa jumlah modal lah yang mempengaruhi 
kesuksesan, ternyata tertendang dari bisnis yang ditekuninya secara pahit 
dengan menyisakan hanya sedikit modal pada akhirnya, bahkan kadang habis sama 
sekali.
   
  Juga kalau ada yang berpendapat bahwa keberhasilan permanent itu bergantung 
sekedar pada tingginya level pendidikan dan kecerdasan yang dikuasai tanpa 
memperhitungkan tanah hati, itu juga saya anggap naïf, karena banyak sekali 
orang orang berpendidikan tinggi dan cerdas luarbiasa terjun ke dunia bisnis 
dan bertarung dengan orang orang yang pendidikan maupun kecerdasannyanya bahkan 
jauh dibawahnya, ternyata hasil akhirnya adalah kalah telak.
   
  Sudah terlalu banyak cerita yang bisa kita dapatkan dengan mudah tentang 
seorang naïf yang memasuki peperangan bisnis, datang dengan kepala tegak dan 
dada membusung tapi akhirnya harus terlempar dari gelanggang bisnis dengan 
merayap-rayap, berdarah-darah dan merintih-rintih kesakitan.
   
  Saya pernah bicara dengan pendeta saya di Indonesia mengenai faktor faktor 
apa saja yang sebetulnya potentially bisa menghambat tanah hati kita menjadi 
subur, beliau memetakan secara cepat dan sederhana bahwa kebencian, sifat 
penakut, sikap ragu-ragu, iman yang tipis, sikap hati yang salah dalam menerima 
pengajaran, sakit hati, kepahitan terhadap masa lalu, lingkungan negatif dan 
masuknya bibit-bibit pengajaran negatif kedalam hati kita bisa turut serta 
dalam mengkontaminasi tanah hati kita menjadi tidak sesubur yang seharusnya.
   
   
  Tulisan ini tidak dibuat untuk menghakimi siapapun, karena pada saat menulis 
ini, saya pribadi juga serasa di proses ulang.
   
  Tapi biarlah tulisan ini bisa menjadi masukan kecil bila kita sampai saat ini 
masih belum juga mencapai hal-hal yang benar-benar luarbiasa dalam hidup ini, 
belum melakukan langkah-langkah raksasa dalam industri kita masing masing serta 
belum mampu menggenapi visi-visi hebat yang Tuhan taruh dalam hati kita untuk 
kita genapi secara tuntas.
   
   
   
  Every generation should live better than the last
   
   
  - Dari setiap anak yang kurang beruntung yang telah kita bantu, ada satu 
generasi di masa depan yang sudah tertolong
   
   
  Wishnu Iriyanto
  Managing Director
  FUTURE education (agent sekolah ke luar negeri)
  &
  FUTURE English (kursus bergaransi TOEFL 580/ IELTS 6.5 dengan angka 
keberhasilan 100%)
   
  Kelapa gading; 021 4585 1123
  Kuningan; 021 5200 883
  Mega mall; 021 668 3847
  Pasar baru; 021 351 8116
   
  Semarang; 024 761 0900
  Pekan baru; 0761 44109
  Melbourne; 03 9620 4498
   
  Ps; saya berharap bisa berkenalan dengan rekan rekan di friendster.
  Nama; Wishnu Iriyanto
  Lokasi; Australia
   
  kunjungi
  http://wishnuiriyanto.blogspot.com
      

 
---------------------------------
It's here! Your new message!
Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.

Reply via email to