Lingkar Muda Indonesia Sekretariat: Insitute Ecosoc, Tebet Timur Dalam VI-C/17, Jakarta 12820, Telp./Fax. (021) 830 4153, email: [EMAIL PROTECTED] ---------------------------------------------------------------------------------------- UNDANGAN DISKUSI
Jakarta dan Kelelahan Daya Dukungnya: Tata Ruang Dikalahkan Tata Uang Kepada Yth. Ibu/Bapak/Sdr-i Pemerhati Masalah Kota Di Tempat Dengan hormat, Sebagaimana kita ketahui, sampai saat ini belum ada kebijakan publik dari pemerintah yang secara terbuka dan afirmatif merumuskan arah dan strategi pengembangan kota. Padahal di era liberalisasi ekonomi, kota adalah arena akselerasi transformasi sosial. Kebijakan pengembangan kota, dengan demikian, turut menentukan berhasil tidaknya Indonesia keluar dari krisis yang berkepanjangan. Sebuah kota mestinya menjalin keseimbangan fungsi-fungsi: ruang privat (hunian), ruang ekonomi, ruang publik (taman, lapangan, dll), dan ruang sakral (tempat beribadah, berziarah, dll). (Kian Tajbakhsh, 2001). Dalam tradisi Barat, kota dipandang identik dengan peradaban dan kota yang dirancang secara rasional menjadi tumpuan bagi tumbuhnya masyarakat modern. (Jerome Monnet, 2000). Namun metafor kota sebagai "tatanan sosial ideal" kini bukan hanya telah usang tetapi juga berbahaya apabila terus dianut dan diamini. Mengapa? Sebab yang terjadi kini, kota telah didominasi oleh hadirnya ruang-ruang komersial. Perkembangan kota kian didorong dan diarahkan oleh kepentingan sektor privat yang mendukung sistem pasar kapitalistis. Kepentingan sektor privat menentukan bentuk, fungsi, karakter fisik dan kehidupan di dalam kota. Dasar pengembangan kota hanyalah rancangan teknis dan ekonomis. Akibatnya, gambaran kota-kota di Indonesia, terutama Jakarta, dihadapkan pada problem serius menyangkut kemacetan, segregasi sosial, penurunan kualitas lingkungan - termasuk banjir, marjinalisasi masyarakat miskin, pemborosan energi yang berlebihan, gentrifikasi pusat-pusat kota, meningkatnya kekerasan (dalam bentuk kerusuhan, tawuran antar warga dan antar pelajar, kriminalitas), dan lain-lain persoalan. Jakarta sendiri sebagai kota metropolis telah tumbuh demikian cepat dan mengalami banyak mutasi fisik. Namun percepatan pertumbuhan itu tidak disertai dengan perencanaan tata kota yang baik dan serius. Yang terjadi, dengan jumlah penduduk mencapai sembilan juta jiwa, manajemen dan penataan kota Jakarta hanya memperhitungkan kepentingan bisnis skala besar. Sementara dampak ekspansi kota skala besar terhadap lingkungan ekologi dan interaksi sosial warga kota kurang mendapat perhatian. Akibatnya, selain dihadapkan pada persoalan serius menyangkut kemacetan dan banjir, Jakarta juga berkembang menjadi kota yang diskriminatif terhadap warganya. Pengembangan kota lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kelompok-kelompok tertentu yang kuat secara ekonomi, namun kurang memberi ruang bagi kelompok-kelompok rentan, seperti perempuan, anak-anak dan komunitas-komunitas miskin. Ketika kota kian dihadapkan pada persoalan kesemrawutan, kemacetan, kekerasan, banjir, marjinalisasi masyarakat miskin, dan lain-lain persoalan yang memperburuk kualitas kota, sudah saatnya persoalan kota dibicarakan secara serius agar strategi yang tepat untuk pengembangan kota-kota di Indonesia dapat ditemukan dan dirumuskan. Digerakkan oleh keprihatinan tersebut, Lingkar Muda Indonesia bekerjasama dengan harian KOMPAS mengundang Ibu/Bapak/Sdr-i untuk hadir dan terlibat dalam diskusi yang akan diadakan pada: Hari/tanggal : Kamis, 29 Maret 2007 Jam : 14.00 - 18.30 WIB Tempat : Bentara Budaya Jl. Palmerah Selatan 17 Jakarta (Depan Kantor Kompas - Gramedia) Narasumber : 1. Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Sumantri (Dekan Fisip UI): "Kota dan Marjinalisasi Komunitas" 2. Suryono Herlambang (Dosen Planologi UNTAR): "Dominasi Sektor Privat dan Problem Tata Ruang Kota" 3. Jo Santoso (Ketua Program Pasca Sarjana UNTAR): "Kota Tanpa Warga" 4. Marco Kusumawijaya (Arsitek dan Ketua DKJ): "Menuju Sustainable City" Demikian undangan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.. Jakarta, 23 Maret 2007 Hormat kami Steering Committee 1. Zuhairi Misrawi (NU) 2. Ahmad Fuad Fanani (Muhammadiyah) 3. Donny Gahral Adian (Akademisi) 4. Sri Palupi (NGO)