yang jelas, materi pemberitaan SCTV tidak melanggar kaidah serta kode etik 
jurnalistik kok..
   
  masalah proporsional atau tidak, masing2 individu memiliki dan berhak 
mengeluarkan pendapatnya masing2..
  jika SCTV memiliki kekuatan di 'gambar', Metro TV memiliki kedekatan dengan 
Inu Kencana, staf pengajar IPDN, dan menurut saya, itu sah2 aja, 
'mengeksploitasi' strong point mereka. SCTV sering menayangkan rekaman gambar2 
IPDN, sementara Metro TV sering mewawancarai Inu, bahkan ditayangkan 
berulang2.. itu proporsional kok
   
  dan yang jelas, iklan yang masuk juga pastinya 'Proporsional', hehehe...
   
  Iqbal
  
Andre James Oscar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Pertanyaannya, kalau tidak ada TV yang menyiarkan aksi biadab para 
siswa IPDN, siapa yang tergugah? kalo cuma sekdara berita tanpa gambar mana bis 
aPresiden bis atergugah? 
Masalahnya para petinggi di IPDN sangat pintar menutupi keadaan yang terjadi 
didalam sekolahnya. Jadio gambar di TV sangat membantu masyarakat luas tau isi 
'neraka' itu.

Pernyataan Direktur IPDN tentang Cliff Muntu yang meninggal karena lever, orang 
tua Cliff sudah rela dan tak mau otopsi, atau penyuntikan formalin ke mayat 
Cliff adalah bukti pengaburan masalah. Biar orang luar tau kalau IPDN aman 
tentram sentosa. Toh kata Direkturnya kalau yang meninggal 'baru' 3 , bukan 37 
seperti yang dibesar2kan media.

Kalau memang IPDN tidak bisa berubah, setuju dibubarkan saja.

Dan kita berterima kasih kepada semua stasiun TV yang sudah membuka mata 
masyarakat luas tentang apa yang terjadi disana. 

Hanya sebuah ilustrasi, famili saya didaerah menganggap bahwa STPDN / IPDN 
adal;ah 'surga' karena bisa menjamin masa depan. Mereka sangat ingin anaknya 
sekolah disana walau sampai harus mengeluarkan uang puluhan juta untuk 
menyogok. Tapi UNTUNG nya walau sudah mengeluarkan uang, anaknya tidak berhasil 
diterima di sekolah itu. 
Dan setelah mereka mengetahui kejadian disekolah itu lewat tayangan tv, 
sekarang mereka bersyukur karena anaknya tidak diterima di 'surga' yang 
ternyata' nereka' hehehehe.
Dan orang tua mana yang mau anaknya masuk neraka?


  On 4/9/07, Alexander Firdaust <[EMAIL PROTECTED]> wrote:            Saya juga 
setuju jika penayangan kekerasan di televisi ini bertujuan untuk menelusuri 
sejarah kelam berbagai arogansi yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan 
masyarakat di negeri ini, khususnya bagi kalangan yang lebih lemah dari pelaku 
yang melakukan kekerasan tersebut.

Justru pemberitaan yang condong mengarah kekerasan yang ditayangkan oleh 
Station televisi SCTV ini, jauh lebih bagus dibandingkan dengan penayangan 
sinetron-sinetron yang juga sarat dengan kekerasa, namun tidak punya makna yang 
berarti untuk pencerdasan masyrakat Negeri Kita.
  

Gustinho Daniel <tino_daniel@ yahoo.com> wrote:      saya setuju dengan 
pendapatnya bharata. salut saya
untuk liputan 6 sctv dalam mengangkat masalah 
kekerasan di sekolah yang katanya akan menghasilkan
para pamong bangsa ini kan demikian adanya. mau dibilang tuli,
dungu nggak tau lagi. selalu terantuk pada batu yang
sama. padahal keledai saja nggak mau tuh.... 

saya rasa media tidak patut dipersalahkan dalam soal
ini. sudah sepantasnya kita terus... terus... dan
terus berteriak. jangan ada lagi kekerasan di sana.
orang militer aja sampe heran lihat model kekerasan 
yang terjadi di lingkungan stpdn (ipdn) itu. 

karena itu, saya mendukung bukan saja sctv, tapi semua
media yang terus berteriak agar ipdn segera
direformasi. semoga cliff mutu adalah korban terakhir. 

yang tidak suka melihat adegan itu, pindah aja channel
tv-nya dan jangan marah kalau besok-besok kalian atau
anak kalian digampar sama pak lurah atau pak camat,
karena suatu hal yang sepele. soalnya pak lurah dan
pak camat berasal dari sekolah itu sih....

hidup liputan 6 sctv.... 

--- bharata andi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> kalau saya melihat hal itu justru sudah sangat 
> proporsional. Menurut saya, hal itu justru dilakukan
> untuk menekan pemerintahnagar menghentikan kekerasan
> yang dilakukan pwemerintah sendiri, baik melalui
> regulasi pendidikan yang menyebabkan ada pembolehan 
> atas tindakan liar dan menjijikkan seperti yang
> terjadi di IPDN, serta juga melalui kurikulum
> pendidikan yang diterapkan di berbagai tingkatan
> sekolah yang justru membuat sang anak didik stres 
> gak ketulungan. Kalau Anda mernyebutkan ahl itu
> sebagai propaganda, maka saya menilai kalaupun itu
> adalah propaganda yang baik demi mengakhiri
> keburukan. Sama seperti iklan kesehatan yang
> menggambarkan makanan/minuman tertentu racun bagi
> tubuh dan harus diakhiri dengan produk bagus yang 
> dihuat si pengiklan. Propaganda untuk hal baik,
> tidak akan menjadi masalah kawan.
> 
> 
> ----- Original Message ----
> From: Aswan Zanynu < [EMAIL PROTECTED]>
> To: mediacare@yahoogroups.com
> Sent: Sunday, April 8, 2007 10:20:07 AM 
> Subject: [mediacare] Berlebihan: Liputan 6 SCTV
> 
> Dear rekan-rekan,
> 
> Belakangan ini saya menyaksikan Liputan 6 SCTV
> begitu berlebihan dalam menayangkan kasus kekerasan 
> di IPDN. Memang betul, IPDN meminta korban lagi.
> Namun cara SCTV menyajikan berita terkesan
> berlebih-lebihan. Sebelum berita di mulai,
> gambar-gambar pemukulan sudah terlebih dahulu
> disuguhkan kepada publik. Tidak ada penjelasan atau
> teks yang memberi informasi kapan cuplikan gambar 
> itu diambil. Publik secara tidak sadar akan
> mengasumsikan, apa yang mereka lihat di layar kaca
> itu sebagai peristiwa yang baru saja terjadi.
> Belakangan ketahuan bahwa cuplikan gambar itu 
> diambil ketika IPDN masih bernama STPDN. 
> 
> Saya dapat memahami SCTV melakukan itu untuk
> menekankan batapa pentingnya masalah kekerasan di
> IPDN segera dituntaskan segera. Namun selayaknya itu 
> dilakukan dengan cara yang proporsional. Ketika
> sebuah peristiwa atau issu telah diangkat sebagai
> berita, sesungguhnya publik sudah mengetahui bahwa
> hal tersebut dianggap penting oleh media. Tidak 
> perlu didramatisir hingga berulang berkali-kali
> dalam beberapa hari. Bahkan dalam sebuah waktu
> penayangan berita, topik itu di sajikan di awal,
> kemudian dimunculkan lagi di tengah berita. Dengan
> gambar yang sama dan tanpa penjelasan waktu 
> pengambilannya. 
> 
> Berita yang tidak proporsional adalah bentuk
> "kekerasan" lain yang dilakukan media. Ini
> diparparah dengan gaya narasi berita yang begitu
> provokatif. Saya kemudian menjadi bingung untuk 
> mengkategorikannya sebagai sebuah berita. Mungkin
> lebih tepat disebut sebagai sebuah propaganda. 
> 
> Rekan-rekan, mungkin saya salah. Tetapi itulah
> pendapat saya.
> 
> Salam,
> 
> Aswan Zanynu




  
  
---------------------------------
  Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.  
  
---------------------------------
  Don't get soaked. Take a quick peek at the forecast 
with theYahoo! Search weather shortcut.  
  
  








-- 

  

         

                
---------------------------------
Sekarang dengan penyimpanan 1GB
 http://id.mail.yahoo.com/

Kirim email ke