Setuju Bung, Tapi rakyat harus membayar mahal, karena Golkar tetap Golkar, dan PDI-P juga tidak reformis dan demokratis. Golkar dan PDI-P itu sama "wajahnya", selama mereka menguasai lembaga perwakilan dan pemerintahan, selama itu pula tidak akan ada reformasi dan demokrasi.
Saya suram membayangkan jika yg akan jadi presiden adalah SBY atau JK, atau Megawati. salam jujur santo ----- Pesan Asli ---- Dari: radityo djadjoeri <[EMAIL PROTECTED]> Kepada: [EMAIL PROTECTED]; mediacare@yahoogroups.com Terkirim: Senin, 25 Juni, 2007 1:42:57 Topik: [mediacare] Re: PDI-P dan Golkar Berkoalisi akibat Sektarianisme Saya amat setuju andai PDIP dan Golkar melebur jadi satu, lalu berganti bendera menjadi Partai Republik. Sedangkan Partai Demokrat bisa menarik partai-partai gurem dengan bendera Partai Demokrat (tidak berubah). Dengan harapan, di masa depan kedua partai tersebut akan bertambah kuat. Sistem multipartai sudah selayaknya dihapuskan, karena bikin tidak nyaman saja, termasuk digulungnya parpol yang mengusung agama. Konsekuensinya tentu saja berat: 1. Jusuf Kalla harus rela mundur menjadi RI 2 2. Mulai berlakunya sistem sekuler, artinya pemerintah tak lagi mengurusi soal agama. Kembalikan otoritas agama kepada para pemeluknya. Departemen Agama dilebur (bukan dibubarkan) menjadi Dewan Agama dengan biaya dari umat masing-masing, bukan dari kantong pemerintah (pos buat KKN berkurang). Macam MUI, Dewan Gereja dan sebagainya masuk ke dalam Dewan Agama (juga tak lagi diduiti oleh Pemerintah). 3. Pemilu dan Pilkada dijadikan satu paket, sehingga tidak merugikan masyarakat luas. Ada tambahan? Agus Hamonangan <agushamonangan@ yahoo.co. id> wrote: Gus Dur: Itu Skenario Menghadapi Pilpres 2009 http://www.kompas. co.id/kompas- cetak/0706/ 25/utama/ 3628529.htm ============ ========= Jakarta, Kompas - Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit menilai koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar mempunyai empat dimensi. Dimensi pertama adalah bersatunya kelompok nasionalis karena khawatir dengan menguatnya sektarianisme. Sementara itu, sosiolog dari Universitas Airlangga, Daniel Sparringa, Minggu (24/6), menuturkan, pesan yang ingin disampaikan Partai Golkar dan PDI-P lewat pertemuan Medan itu, antara lain, untuk memberikan pesan kepada masyarakat bahwa di antara mereka tidak ada perbedaan mendasar. Dalam perbincangan dengan Kompas, kemarin, Sukardi Rinakit mengemukakan, dari empat dimensi itu, yang kedua, ada keinginan untuk melakukan penggantian kepemimpinan secara reguler dan menjadikan partai politik sebagai pilar demokrasi. Hal ini seiring dengan munculnya ke atas permukaan gerakan cabut mandat maupun calon independen. Ketiga, membangun komitmen di antara dua partai besar untuk menguasai parlemen dan saling menunjang dalam pemilu presiden (pilpres) maupun pemilihan kepala daerah. Keempat, PDI-P sendiri sebagai inisiator dari koalisi itu ingin menjajaki orang nomor dua, yaitu Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Surya Paloh, setelah menjajaki Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin. "Koalisi ini positif," ucap Sukardi. Koalisi ini oleh Sukardi pun diperkirakan akan lebih solid ketimbang koalisi jilid I yang pernah digagas Akbar Tandjung, yaitu menggabungkan Partai Golkar, PDI-P, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketua Dewan Syuro PKB Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menilai koalisi itu akan sulit diwujudkan pada tataran praksis, dan hanya sebatas pada tataran ideologis. Menurut dia, koalisi ini juga merupakan skenario dalam menghadapi pemilihan presiden tahun 2009 serta bertujuan untuk mempersempit pintu masuk bagi calon presiden dari partai lainnya. Aria Bima, anggota Fraksi PDI-P di DPR, mengungkapkan, "Koalisi Kebangsaan" di Medan itu lebih didasari motivasi kebangsaan yang akhir-akhir ini didera persoalan. Dalam konteks ini, di Medan, kebetulan yang menjadi "mitra" PDI-P adalah Golkar karena memiliki visi yang sama dalam persoalan kebangsaan dan Pancasila. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Ansor Malik Haramain, semalam, mengatakan, yakin pertemuan di Medan itu, bagaimanapun, memiliki kaitan dengan pertemuan antara Taufik Kiemas dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Pusat GP Ansor, Jalan Kramat Raya 65, pada 20 Mei lalu. "Pertemuan politik selalu saling terkait," ujarnya. (SUT/NWO/JON/ OSD/ONI) e-mail: [EMAIL PROTECTED] com blog: http://mediacare. blogspot. com Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, photos more. ________________________________________________________ Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! http://id.yahoo.com/