Berikut artikel yang pernah dibahas di tabloid nakita, semoga membantu.

Rgds


WADUH, KOK MASIH NGEMPENG!

Bisa dihentikan, kok, tapi butuh waktu.

Ngempeng bukan hanya perkara mengisap jari atau jempol. Kebiasaan
memegang telinga, memilin-milin rambut, ujung baju orang terdekat
(biasanya ibu), selimut, guling semasa bayi, boneka, dan lainnya juga
termasuk ngempeng. Perilaku ngempeng muncul semenjak bayi dan mencapai
puncaknya di usia 2 tahun.

Biasanya ngempeng dilakukan menjelang anak tidur karena dengan
mengempeng, ia merasa nyaman dan mudah terlelap. Wajar saja sih, tapi
akan merepotkan kalau harus dilakukan tanpa mengenal situasi. Misal,
saat berkunjung ke rumah saudara, tiba-tiba anak menjadi rewel dan
memegangi telinga atau ujung baju ibunya. Atau, tak bisa tidur bila
tidak membawa selimut atau gulingnya yang sudah dekil. Tentu saja,
bila perilaku ngempeng dirasa sudah berlebihan dan tidak pada
tempatnya, Anda harus mencari tahu penyebabnya.

Apalagi bila sampai usia prasekolah masih ngempeng, berarti tak ada
rasa aman dan nyaman pada diri anak. Mengapa demikian? Biasanya saat
anak merasakan ketidaknyamanan, contohnya menghadapi situasi baru
tanpa rasa percaya diri, merasa takut, sedih dan sebagainya. Ia
membutuhkan selimut bututnya atau bantal dekilnya yang dapat bertindak
sebagai penurun kecemasannya. Perilaku ini membantu mempermudah anak
untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru.

SUMBER NGEMPENG

Kebiasaan mengempeng atau mengisap jari muncul pada fase oral. Fase
dimana anak mendapat kepuasan dengan sensasi pada mulutnya. Fase ini
berlangsung sejak anak lahir hingga berusia 18 bulan. Aktivitas pada
fase oral adalah makan, mengedot, mengempeng dan mengisap jari. Pada
sebagian anak, aktivitas tersebut berhubungan dengan kemampuannya
mendapatkan kenyamanan.

Ketika orangtua memberikan empeng, dot, atau membiarkan anak mengisap
jarinya untuk menenangkan diri tanpa mau tahu penyebabnya, berarti
orangtua secara tidak langsung memberi penguatan pada perilaku ini
hingga berkembang menjadi kebiasaan sampai di usia prasekolah. Padahal
kerewelan anak dapat disebabkan berbagai faktor. Bisa karena kesepian,
ingin diajak main, kepanasan, kedinginan, lapar, tidak nyaman karena
popoknya basah atau merasa tidak aman.

Bisa jadi juga, awalnya ketika si prasekolah diminta untuk tidur
sendiri atau supaya nyenyak tidurnya, orangtua memberikan benda
tertentu sebagai teman. Akhirnya anak jadi terbiasa, dan merasa tak
nyaman bila tidur tanpa didampingi benda kesayangannya itu.

Sebab lain adalah dominasi emosi negatif. Bila anak lebih banyak
mengalami emosi negatif atau yang kurang baik dan hanya sedikit sekali
mengalami emosi yang menyenangkan, akan memunculkan rasa gelisah dan
kurang aman sehingga dapat mendorong anak menjadi bergantung atau
terikat secara emosional dengan mainan atau benda-benda lainnya.

Nah, setelah mengetahui penyebabnya, tentu penyebabnya ini harus
diatasi. Karena kalau tidak, anak tetap tidak akan merasa aman dan
nyaman, sehingga perilaku ngempeng-nya pun tak berakhir. Jadi, seiring
dengan mengatasi penyebabnya, orangtua juga berusaha mengu-bah
perilaku ngempeng tersebut. Namun jangan berharap anak akan segera
berubah, karena hal ini membutuhkan waktu, tak bisa dilakukan dalam
sekejap.

TIP & TRIK MENGATASI

* Tumbuhkan rasa percaya diri anak

Inilah yang pertama kali harus dilakukan orangtua, dan semestinya
sudah dilakukan semenjak usia batita melalui aktivitas sehari-hari di
rumah. Yakni dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk makan
sendiri, memilih sendiri baju atau sepatu yang akan digunakan untuk
bepergian, dan lain-lain. Bila telah tumbuh rasa percaya dirinya, maka
dapat meningkatkan kemandirian anak. Selanjutnya, seiring dengan
semakin kuatnya kemandirian, maka akan mudah bagi si prasekolah untuk
menghilangkan kebiasaan ngempeng-nya.

* Berikan pengertian yang masuk akal

Sampaikan dampak yang ditimbulkan bila anak tetap mengempeng. Contoh,
kerap mengemut jari tangan akan membuat jemarinya keriput dan kukunya
jelek, juga bisa memengaruhi bentuk rahang mulutnya. Perlihatkan
gambarnya atau bila perlu ajak anak melihat langsung orang yang rahang
mulutnya maju alias bergigi tonggos.

* Tidak memaksa

Menghilangkan suatu kebiasaan membutuhkan waktu, apalagi bila
kebiasaan itu sudah berlangsung bertahun-tahun. Jadi perlu dilakukan
secara bertahap, tunggu saat (timing) yang tepat, dan ajarkan serta
dorong agar dia mau mencoba melepaskan benda yang jadi empengnya itu.
Sikap yang tidak memaksa tetapi mengajak untuk bekerja sama lebih bisa
diterima oleh anak.

* Lakukan negosiasi

Misal, ia tidak boleh membawa boneka dekilnya ke rumah Eyang, sebagai
gantinya dia boleh memilih tempat rekreasi yang disukainya di rumah
Eyang. Bantulah anak untuk menyusun alternatif kegiatan yang dapat
dilakukan bersama saudaranya di rumah Eyang dan pastikan bahwa
kegiatan-kegiatan tersebut cukup menyita waktu anak sehingga anak
dapat melupakan boneka kesayangannya.

* Tawarkan benda pengganti

Khusus untuk "empeng" selimut/guling/boneka, bujuk anak untuk
mengganti "empeng"nya itu dengan mainan/benda lain yang juga menjadi
kesayangan anak. Atau, sesekali katakan bahwa selimut/boneka/gulingnya
belum kering dan tanyakan kira-kira benda pengganti lain yang mau dia
pilih untuk dibawa menemaninya tidur. Strategi ini diterapkan agar ada
fleksibilitas pada anak, sehingga ia tak terpaku pada satu benda saja.

* Yakinkan anak bahwa ia mampu melakukannya

Katakan, misal, "Ibu tahu Adek sangat sayang pada si selimut, tapi
boneka Pooh ini juga ingin bergiliran tidur dengan Adek. Ayo, kita
ajak si Pooh. Pasti Adek juga bisa tidur bersama si Pooh." Atau, "Ibu
tahu Adek sangat sayang pada si guling, tapi sayangnya cukup malam
hari kalau mau tidur saja, jangan dibawa ke mana-mana. Kita coba, ya,
pasti Adek bisa." Ajaklah dia bekerja sama untuk menata
selimut/guling/boneka itu di tempat tidurnya setiap bangun tidur pagi
agar benda itu tak usah dibawa ke mana-mana.

* Alihkan perhatian anak

Ajak anak bercerita dengan menggunakan jari-jemarinya sehingga ia tak
sempat lagi untuk mengisap jari maupun menggunakannya untuk memegangi
selimut/boneka/gulingnya maupun memilin-milin rambut/kuping ibu. Atau,
sambil orangtua memainkan jari-jemarinya, alihkan perhatiannya dengan
membacakan buku cerita atau mendengarkan musik pengantar tidur yang
lembut. Bila perhatiannya sudah teralihkan, tarik perlahan tangan
Anda. Lakukan hal yang sama keesokan harinya hingga si anak terbiasa
dengan rutinitas barunya. Saat memasuki situasi baru, alihkan
perhatian anak dengan mengajaknya melakukan aktivitas yang
menyenangkan, semisal bermain bola, petak umpet, dan lain-lain.
Sehingga perasaan tak nyaman hilang tergantikan dengan suasana riang
bermain, dan ia pun lupa pada "empeng"nya.

* Ajak menginap tanpa "empeng"

Saat anak sudah cukup siap tidur tanpa benda kesayangannya, lakukan
perjalanan yang membuatnya tidur di tempat lain. Tinggalkan benda
kesayangannya itu di rumah. Jangan panik bila anak menangis saat
menjelang tidur karena benda kesayangannya tak ada. Tangani dengan
tenang dan katakan serta buktikan bahwa ibu atau ayahnya siap menemani
dia sambil bercerita atau memainkan boneka tangan/jari jemari.

* Beri penghargaan

Sebaiknya anak diberi tanggung jawab untuk mencoba mengontrol
tindakannya, antara lain dengan memintanya menandai pada kalender,
kapan dia bisa melepas jari/benda kesayangannya itu. Sebagai
penghargaan atas usahanya, di akhir minggu boleh memberikan hadiah
kecil kesukaan anak agar ia semakin termotivasi untuk menghentikan
kebiasaannya mengempeng.

* Bersikaplah konsisten

Bila si prasekolah telah bersedia menghentikan kebiasaan ngempengnya,
jangan sampai ia "mencuri" kesempatan untuk melakukannya lagi.
Biasanya, ketika sedang lelah, orangtua "malas" untuk mengalihkan
perhatian anak dari "empeng"nya, lantas membiarkan si kecil
mengempeng. Ingatlah, ketidakkonsistenan hanya akan membuat si kecil
bingung, dan pada akhirnya target untuk menghentikan kebiasaan
mengempeng malah tak akan tercapai.

BERDAMPAK PADA KONSEP DIRI

Ngempeng bisa menyebabkan serangkaian dampak kesehatan, terutama untuk
yang mengemut jari. Di antaranya adalah mengganggu pertumbuhan gigi,
mulut dan rahang, serta diare karena empeng atau jari yang tidak
steril. Terlepas dari semua itu, ada juga beberapa orang tua yang
merasakan manfaat positifnya, yakni membantu anak yang rewel untuk
tenang.

Jika pada usia lebih dari 2 tahun anak belum dapat menghentikan
kebiasaan ngempeng atau mengisap jarinya, akan berdampak pada
perkembangan konsep diri anak. Ketika anak mulai bersosialisasi dengan
lingkungan di luar rumah, anak akan menjadi bahan ejekan
teman-temannya. Perlakuan semacam ini secara terus-menerus akan
membuat anak rendah diri, dan pada tingkat yang lebih ekstrem anak
akan menarik diri dari pergaulan.

Utami Sri Rahayu

E-mail dari nur sari Tentang
> Dear parents,
>
>   Saya mohon sharingnya untuk menghentikan kebiasaan anak isap jempol.
> Anak saya  umur 16 bulan sudah dari bayi isap jempol.  Kebiasaannya isap
> jempol and mainin rambut kalo tidur,kalo dilarang dia malah gak bisa
> tidur.  Apa yang harus saya lakukan untuk menghentikan kebiasaannya?
> Trus, benar ga sih kalo keseringan isap jempol bisa mempengaruhi bentuk
> gusi?  Saya khawatir ntar pertumbuhan gigi and posisinya jadi jelek.
>
>
>   Terimakasih sebelumnya,
>
>
>   Mama Arini
>
>
> ---------------------------------
> 8:00? 8:25? 8:40?  Find a flick in no time
>  with theYahoo! Search movie showtime shortcut.
>
>
>
> =+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+
>
> Mailing List Nakita
> milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
>
> Arsip
> http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
> ------------------------------------------------
>
> untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
> [EMAIL PROTECTED]
>
> untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
> [EMAIL PROTECTED]
>





=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke