Nimbrung juga ah. Menurut saya, penting banget lho kita tahu tentang ini,
soalnya kita sebagai orangtua kan pendidik paling dekat buat anak supaya
mereka lebih cinta lingkungan. Saya ingat dulu ibu saya entah sekian ratus
kali sebulan mengingatkan saya untuk buang sampah di tempatnya, matikan air
keran ketika sedang sikat gigi atau sabunan tangan (nanti dinyalakan lagi
setelah siap mencuci tangan / selesai kumur, sehingga air tidak terbuang),
mematikan lampu di ruang yang tak digunakan, dll. Akhirnya saya melakukan
itu semua karena terbiasa, dan dengan mudah saya membiasakan anak saya juga.


Tapi kenyataannya, di sekolah2 saya melihat anak kalau cuci tangan terus
saja airnya dinyalakan walaupun tidak digunakan, di depan rumah saya sering
banget lihat anak2 terbiasa buang sampah di manapun mereka mau (sejujurnya
saya mungkin jadi tante disiplin ke anak2 yang main ke rumah saya karena
tiap kali saya melihat mereka buang sampah sembarangan, mata saya langsung
gatel, dan anak tersebut langsung saya minta buang sampahnya ke tempat
sampah, hehehehe, entahlah apa yang mereka rasakan, tapi temen2 anak saya
sekarang buang sampah di tempat sampah rumah saya, tapi kalau di luar rumah
ya tetap sembarangan). Macam2 lagilah kebiasaan anak2 kita ini yang sangat
tidak ramah lingkungan.

Jadi, hayuk bareng2 lah kita membiasakan diri untuk lebih tertib lingkungan,
cinta lingkungan. Juga membiasakan anak2 kita melakukan kebiasaan baik yang
ramah lingkungan. Banyak baca2 tentang apaan sih global warming itu, karena
walaupun namanya canggih, issue itu udah begitu dekatnya kepada kita dan
anak2 kita. OK!

Nina
Ibunya Stella dan Dani


2008/1/17, Rosa E. Saad <[EMAIL PROTECTED]>:
>
>  Dear nakita-ers,
>
> Bukan mau menakut-nakuti, tapi percakapan semalam dengan anak saya bikin
> saya jadi 'kepingin menyebarkan artikel ini. Bayangkan, Reza, anak saya yang
> baru TK B saja sudah cukup kawatir dengan perubahan-perubahan cuaca/iklim,
> dan karena semalam dia baru tahu kalau perubahan tersebut akibat pemanasan
> global, Reza jadi tergerak ingin pergi kerumah pak SBY dan Jusuf Kalla untuk
> memberitahu tentang pemanasan global ini pada mereka :-D :-D :-D
> Jadi, kenapa tidak dimulai dengan teman-teman disekitar kita, termasuk
> para nakita-ers tercinta?
>
> Salam,
> Mamanya Reza & Lukman
>  Tahun 2040=2.000 Pulau Tenggelam
>
> Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas bukanlah
> suatu masalah yang perlu kita risaukan.
>
> "Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa
> mengganggu kondisi planet bumi yang maha agung ini?" barangkali begitulah
> Anda berpikir.
>
> Baru-baru ini, Intergovernmental Panel on Cimate Change (IPCC)
> memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat
> mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu
> merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 – 0,3o C. Jika peningkatan suhu
> itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang)
> lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Jika bumi terus memanas,
> pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun
> akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut
> air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir
> terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya
> menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
>
> Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu
> minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun.
> Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C per
> tahun. Tanda yang kasat mata adalah menghilangnya salju yang dulu
> menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu Gunung
> Jayawijaya di Papua.
>
> Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir
> dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan.
> Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika
> suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daerah-daerah
> di Jakarta, seperti Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing; dan Bekasi, seperti
> Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya akan terendam semuanya.
>
> Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah seharusnya
> kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan negara. Es
> yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permukaan
> laut bumi–termasuk laut di seputar Indonesia–terus meningkat. Pulau-pulau
> kecil terluar kita bisa lenyap dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan
> negara bisa menyusut. Diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 
> 2.000pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang
> tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu
> pula aset-aset usaha wisata pantai.
>
> Pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang
> matahari (disebut juga gelombang panas/inframerah) yang dipancarkan bumi
> oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang
> terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar). Gas-gas ini
> secara alami terdapat di udara (atmosfer). Penipisan lapisan ozon juga
> memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan lapisan teratas atmosfer,
> makin leluasa radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet)
> memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi gelombang pendek ini juga berubah
> menjadi gelombang panas, sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah
> kaca tadi.
>
> Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas rumah
> kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin, gas
> alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun
> membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain yang juga
> masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%), dan
> clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses
> pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan sapi.
> Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan. Sementara
> itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC model lama.
> Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah kaca.
>
> Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim.
> Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki
> bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut perkiraan,
> dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus
> bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal. Banyak
> orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih dari
> separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal 35%
> rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab makin panasnya udara
> Jakarta . Itu sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya menjadi
> masalah warga Indonesia , melainkan juga warga dunia. Chalid Muhammad,
> Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengatakan,
> Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia
> sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan
> gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Jika kita tidak
> bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan
> habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan di
> seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa
> menghirup udara bersih.
>
> Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet
> Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk
> anak-anak kita nanti.
>
> Cara-cara praktis dan sederhana 'mendinginkan' bumi:
>
>
>    1. Matikan listrik (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat
>    elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop
>    kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN
>    menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
>    2. Ganti bola lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski
>    harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
>    3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga
>    5%).
>    4. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC
>    menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
>    5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
>    6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
>    7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
>    8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik
>    ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
>    9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
>    10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
>    11. Katakan tidak pada plastik. Hampir semua sampah plastic
>    menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu
>    mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
>    12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar
>    mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.
>
>
> Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
>
> Helvi Lystiani
> Manajer Penggalangan Sumber Daya Eksekutif Nasional WALHI
> Email Helvi Lystiani <[EMAIL PROTECTED]>
> Telepon kantor: +62-(0)21-791 93 363
> Mobile:
> Fax: +62-(0)21-794 1673 *Tanggal Buat: 24 Jul 2007 | Tanggal Update: 24
> Jul 2007*
>
>

Kirim email ke