Pergerakan saham PT Bumi Resources (BUMI), Senin (27/4) awal pekan ini diprediksi menguat. Pasalnya, aksi beli dan akumulasi yang kuat pekan lalu tidak akan memancing profit taking akibat volume perdagangan yang masih kecil. Widhi Indratmo Nugroho, analis Asia Kapitalindo Securities mengatakan jika melihat pola candlestick BUMI, saham produsen batubara thermal ini berpeluang rebound. Menurutnya, sejak Kamis (16/4), pola pergerakan BUMI hampir membentuk candle hammer. Pada Jumat (23/4), potensi beli dan akumulasi BUMI lebih kuat namun volume perdagangannya masih kecil. Karena itu, potensi target price BUMI yang kuat berada pada level Rp 1.390. Sedangkan posisi support-nya berada pada Rp 1.200 serta Rp 1.320 sebagai angka resistant. “Target harga BUMI berikutnya, mungkin ke posisi Rp 1.510,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (26/4). Pada perdagangan Jumat (24/4) pekan lalu, saham BUMI ditutup menguat 90 poin (7,5%) pada level Rp 1.290 dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp 1.200. Harga tertinggi BUMI mencapai Rp 1.320 dan terendah Rp 1.200. Sedangkan volume transkasi mencapai 594,9 juta unit senilai Rp 753,9 miliar dan 10.140 frekuensi. Sayangnya, jika dilihat secara teknikal, BUMI juga berpeluang koreksi. Menurutnya, BUMI berpeluang melemah ke level Rp 1.200 sebagai level stop loss. Investor harus melakukan cut loss, jika BUMI tembus ke bawah level Rp 1.200. “Jadi, kalau dilihat dari momentum indikatornya, BUMI masih bearish, masih melemah,” ujarnya. Dari sisi momentum, secara teknikal peluang BUMI rebound sebenarnya terjadi pada Kamis (16/4) silam. Namun, momentum bearish ini, bisa tertolong optimisme BUMI yang akan menguasai 12% pangsa pasar batubara dunia pada 2012. Menurut Widhi, berita ini bisa memberikan pengaruh positif bagi pergerakan BUMI. “Bisa! Bisa!” tandasnya. Optimisme itu bisa menjadi motor pergerakan saham BUMI, jika pihak manajemen benar-benar merealisasikannya. Pasalnya, lanjut Widhi, BUMI sebagai emiten sektor batubara, memiliki market kapitalisasi yang besar dan penjualannya yang fokus pada ekspor dengan kualitas yang tidak bisa diragukan lagi. “Beda dengan PTBA (PT Bukit Asam) yang lebih banyak bergerak di pasar lokal dan dari sisi kadar batubara lebih bagus BUMI,” imbuhnya. Meski target itu baru akan direalisasikan pada 2012, namun sentimen positif terhadap harga sahamnya akan mewarnai BUMI hari ini. “Sebenarnya secara akuntansi kalau ternyata terealisasi pada 2012, maka pembukuannya pada 2012,” ucapnya. Namun, Widhi menggarisbawahi, yang namanya pergerakan pasar lebih dimotori sesama aksi investor. Jika berita itu membuat investor lebih agresif, BUMI akan lebih cepat bergerak menguat. ”Jadi, kalau memang berita itu benar, maka akan langsung terefleksi pada harga sahamnya,” tuturnya. Sebelumnya, Senior Vice President Investor Relations BUMI, Dileep Srivastava kepada INILAH.COM menyatakan optimis perusahaannya menguasai 12% pangsa pasar batubara global pada 2012. Hal ini terkait dengan rencana BUMI menaikkan 10% target produksi dan penjualannya dari tahun sebelumnya sebesar 60 juta ton. Harga jual rata-rata batubara kuartal I 2009 BUMI tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. BUMI juga telah mengkonsolidasikan dua akusisi terakhirnya dalam laporan triwulan satu yang rencananya akan disampaikan akhir Mei mendatang. Dengan kenaikan pada harga jual rata-rata batubara tersebut, sudah dipastikan akan memberikan dampak pada neraca keuangan perseroan dan diprediksi memberikan sentimen positif bagi pergerakan sahamnya di pasar. Sebelumnya, pada kuartal I 2008 harga jual rata-rata batubara perseroan mencapai US$ 58,3 per ton. Sementara manajemen BUMI menyatakan, dengan akuisisi terhadap tiga perusahaan diharapkan mampu mengangkat produksi batubara perseroan hingga 111 juta ton per tahun pada 2012 nanti. “Jadi bisa saja mempengaruhi pergerakan BUMI hari ini,” tegas Widhi Indratmo. Widhi merekomendasikan spekulatif buy untuk saham sejuta umat ini dan cut loss jika harganya turun ke level di bawah Rp 1.200.