Tanda Alam distribusi?? 16/07/2009 - 13:45
[increase] [decrease] Saham Astra, Alternatif Saat Bullish Asteria (inilah.com /Agung Rajasa) INILAH.COM, Jakarta – Masuknya aliran dana asing ke pasar domestik menyebabkan penguatan pada bursa saham. Investor asing memburu saham unggulan yang likuid, seperti saham-saham dari grup Astra. Analis pasar modal Purwoko Sartono dari Panin sekuritas mengatakan, di dalam negeri dana asing mulai kembali masuk, terindikasi dari perbaikan kurs rupiah terhadap dolar AS. Hal ini berpotensi membawa IHSG terus menguat. “Pergerakan bursa akan diwarnai transaksi di saham besar atau likuid,” ujarnya, Kamis (16/7). Di tengah kondisi pasar bullish, Ia pun merekomendasikan saham-saham grup astra. Menurutnya, saham seperti PT Astra Argo Lestari (AALI) dan PT Astra International (ASII) selalu menjadi incaran utama para investor asing, terkait manajemen yang bagus, besar serta likuid. “Investor bisa beli saham ASII,”katanya. Sedangkan emiten perkebunan papan atas AALI dinilai masih menarik seiring harga CPO yang membaik, dengan volume penjualan semester pertama 2009 akhirnya naik 1% lebih setelah lima bulan pertama turun. “Rekomendasi kami beli untuk AALI,” ucapnya. Demikian pula analis PT BNI Securities, Asti Pohan juga merekomendasikan AALI. Hal ini terkait laba bersih per saham tahun ini yang mencapai Rp 1.205 per unit. Selain itu valuasi price earning ratio (PER) 2009 yang masih di bawah rata-rata industri, menunjukkan emiten ini masih murah. “Kami rekomendasikan buy dengan harga wajar untuk 12 bulan ke depan di level Rp 21.500,” imbuhnya. Perseroan dikabarkan akan mencari pinjaman baru sebesar US$ 150 juta dari sejumlah bank asing. Dananya akan digunakan untuk modal kerja dan capex tahun ini. Pada perdagangan Kamis (16/7) siang, saham AALI berada di level Rp 16.850, atau naik Rp 50 (0,29%), sedangkan ASII menguat Rp 900 (3,34%) ke kisaran Rp 27.800 per unit. Di sisi lain, tim riset Indo Premier Securities mengaku optimistis atas kinerja terkini PT United Tractor (UNTR) yang diharapkan bisa memenuhi estimasi tahun ini dan 2010 mendatang. Apalagi UNTR termasuk di antara emiten produsen alat berat terbesar di Asia yang diperdagangkan dengan valuasi PER lebih tinggi. “Kami mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga dinaikkan menjadi Rp 13.200,” katanya dalam riset yang dipublikasikan Kamis (16/7). Target harga ini dinaikkan mempertimbangkan perkembangan terkini, dimana nilai Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) emiten alat-alat berat ini direvisi dalam perhitungan arus kas terdiskon (DCF) menjadi 12,9% (dari 16,2%). Adapun target harga Rp 13.200 mengimplikasikan valuasi PER sebesar 15 kali pendapatan 2009 dan 13,8 kali pendapatan 2010. “Kami berpendapat valuasi target harga yang dihasilkan adalah wajar,” tuturnya. Harga saham UNTR saat ini sedang berada dalam fase konsolidasi di tingkatan Rp 10.000-11.000, dan pada tingkatan ini terbentuk support teknikal yang kuat. “Pada harga penutupan Selasa (14/7) di level Rp 10.500, UNTR diperdagangkan pada 12 kali pendapatan 2009 dan 11 kali pendapatan 2010. Keduanya masih di bawah baik valuasi pasar maupun valuasi historis UNTR,” tambahnya. Emiten grup Bakrie ini juga merevisi target penjualan alat berat 2009 dari 2.400 unit menjadi 2.600 unit karena trend penjualan alat berat yang terus naik. Kendati dinaikkan, target penjualan tahun ini tetap masih sangat rendah dibandingkan 2008 sebesar 4.345 unit. Perseroan berencana menggenjot penjualan alat-alat berat untuk sector non-pertambangan. UNTR kini memiliki dua perusahaan tambang batubara di Kalimatan, yaitu PT Dasa Eka Jasatama (DDJ) yang berkapasitas produksi sekitar 2,5 juta ton per tahun dan PT Tuah Turangga Agung (TTA) yang masih dalam tahap pembangunan infrastruktur. [E1] _________________________________________________________________ NEW! Get Windows Live FREE. http://www.get.live.com/wl/all