Tolong dibaca aturan di footer dibawah
--------------------------------------

Dari Lapau sabalah
   
  Salam
   
  Hanifah
   
          Untuk memperkaya wawasan, silahkan juga baca berita berikut.
  Maaf bagi yang sudah membaca.
  Salam,
  HRstRA
   
   
  Dr. Gina Puspita : "Anak Saya Senang Memiliki Ibu yang Banyak" 
              Senin, 11 Desember 2006       Dr. Gina Puspita, bercerita seputar 
pengalamannya praktik poligami dengan sang suami, Dr. Abdurahman Riesdam 
Efendi. "Poligami itu enak dan perlu, " katanya

    Sudah hampir sepekan wacana poligami secara terus-menerus diulas berbagai 
media massa. Banyak yang setuju dan tak sedikit yang sinis. Diantara yang 
sinis, tentu saja para aktivis perempuan dan para pengagum feminisme. Sabtu 
(9/12) kemarin, Koalisi Perempuan dan  sejumlah lembaga swadaya masyarakat 
(LSM)  menolak praktik poligami. Alasannya, poligami melanggar hak-hak 
perempuan serta rawan terhadap kekerasan psikis dan fisik.  Benarkah?
  Kali ini hidayatullah. com mewawancarai Dr. Gina Puspita. Sebelum ramai-ramai 
berkembang wacana poligami, istri pertama Dr. Abdurahman Riesdam Efendi ini 
boleh jadi diantara sekian Muslimah yang merasakan sendiri pengalaman “dimadu”. 
Tidak seperti umumnya pria yang ingin menikah lagi, ia mencarikan sendiri calon 
untuk pasangan suaminya itu.
  Tahun 1995, Abdurahman menikah lagi untuk yang kedua dengan Basyiroh Cut 
Mutia. Enam tahun kemudian, ia menikah yang ketiga  dengan Siti Salwa asal 
Malaysia. Dan yang terakhir, menikah dengan Fatimah. Praktis ia memiliki empat 
orang istri.
  Jangan keliru, semua istri mudanya ini bukan pilihan sang suami, justru  
pilihan Gina alias sang istri pertamanya. Tak seperti dugakan aktivis perempuan 
selama ini, di mana poligami dianggap begitu rendah dan rawan konflik. Mereka 
berempat justru sangat rukun dan bahagia. Bahkan bekerja di kantor yang sama 
dan tinggal seatap, di Taman Rempoa Indah, Ciputat, Tangerang. 
  ''Kalau suami sedang dengan istri yang lain, kami bertiga ngobrol-ngobrol di 
satu kamar,'' tutur kepada Gatra suatu hari. Bila berada di luar kota, mereka 
bertukar pesan lewat SMS. Pokoknya, akrab. ''Poligami yang didasarkan pada 
Allah SWT tidak akan menimbulkan masalah.'' Ujarnya. “Bahkan enak dan perlu, “ 
tambah mantan Kepala Departemen Structure Optimizition Divisi Riset & 
Development IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) ini di sebuah harian di 
Jawa Barat.
  Apa kabar Anda dan keluarga?
  Kami sekeluarga alhamdulillah sehat.semoga kesehatan yg dirahmati Allah.
  Lama tak dengar kabarnya, apa kesibukan Anda terbaru?
  Selama kurang lebih 2 tahun terkahir kami banyak berada di Malaysia. 
Alhamdulillah perusahaan yangg dipimpin oleh guru kami Abuya Ashaari (pendiri 
Darul Arqam yang dilarang mantan PM Mahathir Mohammad-- berkembang pesat di 
sana. Kebetulan Tuhan rizkikan kami untuk ikut serta berkatifitas di sana 
selama 2 tahun. Setelah di sana terasa manfaatnya untuk kalangan luas, dan 
perusahaan terus berkembang ke berbagai negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, 
maka mulai 2 bulan belakangan ini kami mulai menguatkan kembali aktifitas 
perusahaan Rufaqa di Indonesia.
  Saya dengar Anda juga punya proyek besar di Malaysia? boleh tau?
  Di malaysia bukan proyek saya tapi perusahaan yang dipimpin oleh guru saya, 
Abuya Ashaari Muhammad. Dari tahun 1997 beliau mendirikan perusahaan Rufaqa 
namanya yang bergerak di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial, 
kesehatan, kebudayaan dll. Kalau mau jelas, boleh kunjungi website nya 
www.rufaqa.com & www.rufaqadaily. com.
  Sepekan ini banyak orang sibuk mendiskusikan poligami, apa pendapat Anda?
  Segala kejadian Allah yang menentukan. Diantara sekian banyak hikmahnya, 
Allah nampaknya mau menunjukkan keadaan masyarakat sekarang ini. Dan kita 
bertanggung jawab untuk memperbaiki keadaan. Sebenarnya ada dua kejadian yang 
terjadi secara serentak. Pertama tentang poligami-nya  Aa Gym, kedua, monogami 
nya anggota DPR  RI, tapi selingkuh.  Tapi yang diramaikan hanya poligaminya. 
Bahkan poligami mau dilarang segala.  Hehehe
  Yang menarik, sikap masyarakat terbelah dua. Kasus monogai selingkuh menjadi 
kasus cukup besar. Tapi poligami, pernikahan secara syah justru yang dikatakan 
zalim. Padahal menurut saya, monogami selingkuh itu jauh lebih menzalimi 
perempuan. Seperti wanita ini tak ada harganya. 
  Menurut Anda, mengapa masyarakat justru seperti itu?
Saya tak menyalahkan masyarakat. Itulah keadaan masyarakat yang kita perlu 
rasakan sebagai peringatan Allah pada kita. Mungkin kita gagal membawa kebaikan 
di tengah masyarakat ini. Saya juga maklum kenapa banyak masyarakat awam begitu 
membenci poligami, kerana memang susah mau mencari poligami yang dapat 
dijadikan teladan di indonesia sekarang ini. Yang lebih menyedihkan, yang 
sekarang berlaku bukan sekedar diskusi tapi penafsiran-penafsir an terhadap 
Rasulullah yang sifatnya merendahkan beliau. Jauh sekali daripada mencari 
solusi. Lagi pula, mengapa banyak orang sibuk membicarakan poligami atau bahkan 
terkesan begitu ketakutan.  Padahal dalam Islam, poligami haya sekedar satu 
dari sekian ribu syariat dalam agama kita.. Jadi dia bukan perkara yang wajib. 
Tapi kok yang bisa-bisa menjadi masalah Negara. Padahal Shalat yang 
berkali-kali Allah katakana sebagai “tiang agama” pun, Negara tak pernah peduli 
apakah   mansuia melakukannya? 
  Anda termasuk diantara pelaku, sebelum banyak orang melakukan. Bisakan 
bercerita pengalaman poligami?
  Islam itu adalah “cara hidup”. Selain tentang Allah yang utama, di dalamnya 
ada juga syariat yang beribu jenisnya, yang mengatur kehidupan manusia di dunia 
ini. Sepertimana janji kita dalam setiap kali shalat, “inna shalolati wa 
nusuki… (dst), “hidup mati kita untuk Allah, maka tentulah sebagai seorang 
Muslim, kita perlu wujudkan janji kita dalam kehidupan. Kita atur individu 
kita, ekonomi kita, pendidikan kita, kebudayaan kita, rumah tangga kita, 
menurut Islam. Hal ini tidak dapat kita wujudkan sendiri-sendiri. Misalnya 
untuk mewujudkan pendidikan Islam, perlu guru dan murid. Kalau sendirian mana 
mungkin dapat terwujud. Itulah yang kami lakukan melalui perusahaan Rufaqa ini. 
Sama halnya dengan masalah  rumah tangga. 
  Setelah kami dididik oleh guru kami, kami (saya dan suami) merasakan bahwa 
Allah mesti dijadikan segalanya. Syariat Islam mesti diperjuangkan. Dengan 
melihat keluarga guru kami yang memiliki 4 istri dan 37 anak, 200 cucu, namun 
semua justru menjadi pendukung perjuangan Islam. Maka kami melihat (bukan 
sekedar membaca buku atau hanya mendengar), bahwa poligami juga dapat kita 
laksanakan. Atas kesepakatan bersama itulah, saya dan suami –tentu saja atas 
persetujuan guru kami-- maka kami tambahkan anggota keluarga kami dengan 
mengambil salah seorang staf Rufaqa  sebagai istri kedua untuk suami saya.
  Siapa yang mencari dan melamarkannya?
  Saya sendiri yang datang pertama kali dan menjelaskan pada orang tuanya untuk 
menyampaikan hasrat kami. 
  Apa sih yang ada di perasaan Anda  saat mencarikan suami istri lagi?
  Karena dari awal memang sama-sama berniat (saya, suami dan  istri kedua) 
untuk menguatkan keluarga, maka, masalah-masalah dalam keluarga dapat diatasi 
dengan baik. Bertambah terasa kehebatan Allah. Ternyata belum lagi kita baik, 
baru niat mau baik, tapi Allah sangat memberikan bantuan-Nya. 
  Apakah setelah poligami pernah cekcok? Atau cemburu?
  Kalau beda pendapat sih dalam rumah tangga itu hal yang biasa. Jangankan di 
keluarga yang praktik poligami, dalam rumah tangga monogami pun ada. Tapi 
kerena sama-sama  sudah dididik oleh guru yang sama, jadi setiap kali ada 
masalah, masing-masing  berusaha untuk dapat menilai yang baik di sisi Allah. 
Bila semua mempunyai tujuan yang sama yaitu keridhaan Allah, perkara apapaun 
selalu jadi mudah. Kami berempat serumah. Kecuali sekarang ini, dua orang 
sedang bertugas di Malaysia. 
  Menjadi istri "dimadu" apa tak membuat martabat Anda sebagai seorang 
perempuan terhina?
  Saya hendak mengingatkan kita bahwa dalam menilai sesuatu, karena zaman ini 
sudah rosak, maka nilai-nilai  manusia/moral juga sudah sangat jauh dari 
kehendak Allah. Contoh saja; para wanita mengatakan dirinya merasa “dihina” 
dengan poligami. Padahal itu kan memang boleh menurut Islam. Tapi wanita 
diminta buka aurat, ia menjadi tontonan. Tak satupun menganggap dirinya merasa 
terhina. Padahal itu adalah keadaan yang sangat menghinakan. Wanita sudah 
hilang malunya karena ketiadaan iman. 
  Poligami itu, bila dijalankan dengan tujuan membesarkan Allah, kita akan 
merasakan bahwa itu sangat baik untuk pendidikan hati kita. Kita akan tahu 
bahwa kita belum sabar. Maka, kita akan belajar untuk bersabar. Kita bisa tahu 
bahwa di hati kita ada hasad dan dengki. Cemburu itu  adalah hasad dan dengki 
adalah puncaknya. Lalu kita belajar untuk tidak hasad atau dengki hingga timbul 
rasa tidak membahagiakan orang lain.  
  Bukankan manusia normal tak menginginkan suaminya jadi rebutan wanita lain? 
  Jadi, bila dikatakan manusia normal tidak mau dipoligami gitu? Manusia normal 
itu seperti apa? Apakah istri-istri Rasulullah bukan wanita normal? Menurut 
saya, manusia normal itu adalah manusia  yang tahu dirinya hamba dan Allah 
sebagai Tuhannya. Tentu dia akan sangat mencintai  Tuhan Nya. Dan dirinya akan 
merasakan  bahwa syariat Allah adalah yang terbaik. Bahkan sekarang kadang saya 
merasa malu dengan Allah. Malu, mengapa “orang jahat” seperti saya tapi Allah 
masih memberi rasa kebaikan-kebaikan dalam poligami. Kalau saya saja yang 
menganggap “masih jahat” dan masih diberi banyak kebaikan oleh Allah,  bagaiman 
pula kehebatan keluarga Rasulullah?. 
  Anda tidak takut, rasa cinta suami Anda tak akan seperti di awal pernikahan? 
karena akan terbagi?
  Tidak. Sebab suami dan kami punya cita-cita yang sama. Untuk mencintai Allah. 
Dan mencintai Allah itulah  yang dapat menambah kuat ikatan diantara kami 
semua. Perlu kita sadari, kerana manusia sudah tidak menganggap Tuhan 
segalanya, maka bila berumahtangga, dia menganggap  suami adalah 
segala-galanya. Ya dengan kata lain, cinta suami. Padahal, kalau kita 
membesarkan cinta pada Allah,  maka Allah sendirilah yang  akan mebagi 
kebahagiaan itu.
  Bagaimamana dengan kebutuhan finansial dan pembagian perhatian terhadap 
anak-anak Anda suami menikah lagi?
  Alhamdulillah Allah bukan saja mencukupkan, tapi menambah-nambah. Dan 
alhamdulillah, anak-anak kami semua justru bersyukur dengan poligami. Kemarin 
anak saya yang berumur 10 tahun diwawancara sebuah majalah. Dia mengatakan, 
begitu senang memiliki ibu banyak. Banyak tapi  sayang. Dia pernah melihat 
seorang aktifis perempuan begitu keras berkata tentang poligami. Anak saya 
mengatakan, “Ini perempuan bercakap bukan dengan akal lagi, tapi dengan nafsu. 
Sangat emosional. Padahal, kami (anak-anak saya maksudnya) suka dengan itu . 
tak ada penzaliman.” 
  Apakah mungkin seorang suami bisa membagi perhatian tiga orang istri dengan 
banyak anak berbeda-beda misalnya?
  Bisa. Bahkan hubungan anak-anak  semua sangat baik. Tak ada perbedaan dia 
dari ibu yang mana. Suami saya baru memiliki 4 orang anak. Tiga dari saya dan 1 
dari istri kedua. Istri ketiga dan keempat belum dikaruniai anak. 
  Banyak aktivis perempuan mengkritik poligami, apa pandangan Anda menghadapi 
kritikan itu?
  Jangankan untuk hal poligami, gerakan kaum feminis hingga sekarang ini,  
belum mendapatkan kejayaan. Patutnya sekiranya jika mereka melihat gagalnya 
perjuangan kaum feminis di Prancis yang menjadi sumber awalnya. Saya pernah 11 
tahun di Prancis melihat sampai sekarang, di sana gerakan tersebut boleh 
dikatakan tidak membuahkan hasil, yang ada justru  kesengsaraan bagi kaum 
wanitanya. Banyak orang berkonsultasi dengan saya. Sebab banyak hal yang 
diperjuangkannya tidak sesuai dengan fitrah dia. Jadi katakanlah dia 
mendapatkan apa yang dia mau, tapi ternyata bila sudah mendapatkan, 
sesungguhnya dia begitu tersiksa.  
  Jadi apa hikmahnya bagi Anda dan kalangan Muslimah dengan berpoligami?
  Saya pernah mengatakan di media massa,  “poligami itu indah dan memang 
perlu.” Perlu bagi wanita dan lelaki sebagai pendidikan hati kita untuk dapat 
lebih mudah membesarkan asma Allah.
  Karenanya, saya menghimbau pada semua, mari kita kembali pada Allah, Tuhan 
kita. Dialah penyelesai segala maslah. Sekarang ini yang jadi masalah 
sebenarnya bukanlah poligami. Jadi tak perlu sibuk memerangi poligami. Sama 
halnya  sekarang banyak orang shalat tapi masih korupsi. Lantas apakah dengan 
begitu kita akan memerangi shalat? Banyak masalah lain yang kita perlu 
selesaikan. 
  Pendidikan kita sedang bermasalah. Ekonomi kita bermasalah. Kebudayaan dan 
semua aspek kehidupan kita sudah rusak dan itu adalah masalah. Maka mari kita 
kembali pada Allah. Jadikan Ia segalanya. Bila demikian akan selesailah semua 
masalah. Mau monogami atau poligami, jika kembali pada Allah, tetap akan 
membawa kehidupan yang harmoni. [Cholis Akbar]
  http://hidayatullah .com/index. php?option= 
com_content&task=view&id=3963&Itemid=61

  



  Bila lidah kelu, tulisan menjadi perlu
Pena lebih tajam dari pedang
Tinta seorang  berilmu lebih mulia dari darah seorang syahid


 
---------------------------------
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email, DITOLAK atau DIMODERASI oleh system, jika:
1. Email ukuran besar dari >100KB.
2. Email dengan attachment.
3. Email dikirim untuk banyak penerima.
================================================

Kirim email ke