Adokah rang awak nan sakaliber beliau kini ko?

Dari www.detik.com

*Meneladani Kesederhanaan Natsir 'Dato*

*Sinaro Panjang'*

Ramdhan Muhaimin - detikcom

*Jakarta** *- Kesederhanaan mantan Perdana Menteri (PM) ke-5 Mohammad Natsir
dibawa sampai mati. Makamnya di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak,
Tanah Abang, Jakarta Pusat, layaknya makam orang biasa. Tidak ada pertanda
bahwa Natsir pernah menjadi orang besar di tahun 1950-an.

Di zaman 1950-an, Natsir dikenal sebagai pemimpin Masyumi (Majelis Syuro
Muslimin Indonesia). Politisi yang ulama ini dipercaya menjadi PM oleh
Presiden Soekarno pada 5 September 1950-26 April 1951. Setelah tidak menjadi
pejabat, Natsir mendedikasikan dirinya dengan berdakwah dan mendirikan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Natsir wafat pada 6 Februari 1993.

Pejuang kelahiran Alahan Panjang, Sumatera Barat (Sumbar) 17 Juli 1908 ini
bergelar 'Dato Sinaro Panjang'. Karena itulah, di atas nisan makamnya di TPU
Karet Bivak, tertulis Abah HM. Natsir Dt Sinaro Panjang. Makam Natsir yang
berselimut rumput ini terletak di blok AA1 nomor 554. Di Areal TPU ini,
banyak

pula tokoh nasional lain yang dimakamkan, seperti Fatmawati (istri presiden
pertama RI Soekarno), MH.Thamrin, sastrawan Chaerul Shaleh, dan Ismail
Marzuki.

Menurut salah seorang penjaga di areal TPU tersebut, Yahya (35), makam M.
Natsir memang tidak terlalu sering diziarahi oleh keluarganya. Namun
demikian, kondisinya cukup terawat. "Batu nisan dan keramik lantainya
sepertinya baru dibangun 3 minggu yang lalu oleh keluarganya," kata Yahya.

Di tanah pekuburan berluas 3 x 2,5 m tersebut, terdapat dua makam keluarga
Natsir, yaitu makam alm. Natsir yang disatukan dengan salah seorang
keluarganya, H.M.Rushdy Natsir, dan di sebelahnya makam sanak familinya

yang lain yaitu Ummie Hj. Putri Noenahar Natsir, Aboe Hanifah Natsir, Ibunda
Chadidjah, dan Kakanda Joekinan Idris Dt.Sinaro Panjang. Mereka juga
disatukan dalam satu liang lahat. Di masa mudanya, Natsir dikenal sebagai
tokoh populis dari Masyumi yang sangat bersahaja dan memiliki komitmen yang
tinggi. Kehidupannya yang serba sederhana terekam dalam lembaran sejarah
bangsa ini. Lebih dari itu,

pemikiran, pandangan serta kontribusinya terhadap arah perjalanan bangsa ini
sangat besar. Kiprahnya yang sangat luar biasa itulah menjadikan Soekarno
memilihnya sebagai PM pada tahun 1950-1951.

Saat kecil, Natsir dibesarkan di keluarga agamis, ayahnya seorang ulama
terkenal di Indonesia.

Lingkungan seperti ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan sang Putra
Iabelajar di sekolah agama

dan negeri. Mendapat ijazah Perguruan Tinggi Tarbiyah Bandung, Mendapat
gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Islam Indonesia (dulu Sekolah
Tinggi Islam), Yogyakarta. Pada masa pendudukan Belanda, Natsir aktif pada
dunia pendidikan di Bandung, dan pernah menjadi pemimpin pada Direktorat
Pendidikan di Jakarta.

Salah seorang Ketua DDII, Mashadi, menyebut Natsir sebagai sosok negarawan
sejati yang memiliki komitmen luar biasa terhadap bangsa dan negara. Menurut
dia, kelahiran Republik Indonesia ini salah satunya merupakan hasil
pemikiran Natsir. Natsir yang pemikirannya dianut oleh banyak tokoh Islam
Indonesia ini dinilai ikut meletakkan sebuah landasan di dalam membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Natsir menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memikirkan masalah-masalah
besar, kepentingan umat, perjuangan dan kenegaraan. "Itu yang menjadi *concern
*almarhum Natsir selama hidupnya", kata Mashadi saat berbincang-bincang
dengan *detikcom *beberapa waktu lalu. Keteguhan Natsir dalam memegang
pendirian dan prinsip ideologi dilihat oleh Mashadi sebagai salah satu
kekuatan yang dimiliki oleh Masyumi saat itu.

Tokoh-tokoh masyumi itu sangat kuat idelogi Islamnya. Seperti ketika Pemilu
1955, Masyumi memperoleh posisi kedua, di bawah suara PNI. Ketika sidang
konstituante, ada pembahasan terbuka tentang dasar negara. "Natsir, Masyumi
dengan partai-partai Islam ketika itu memelopori Islam sebagai dasar
negara," jelas Mashadi.

Meskipun keras dalam memegang teguh pendirian dan idelogi Islamnya, Natsir
tetap menjalin hubungan

kultural dengan berbagai teman dalan lawan-lawan politiknya. Natsir tidak
membuat jarak dengan

lingkungannya. "Natsir tetap menjaga hubungan dengan orang-orang sosialis,
bahkan dengan orang-orang Kristen. Tapi dia punya pendirian", ujar Mashadi
dengan nada semangat. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, Natsir juga
dikenal sebagai sosok

pemimpin yang jauh dari

kemewahan. "Beliau adalah sosok yang zuhud, wara' dan tidak tergadai
kehidupannya untuk hal-hal yang

bersifat keduniaan. Natsir tidak meninggalkan harta sekian miliar, mobil
sekian. Istrinya pun satu. Orang-orang Masyumi yang saya kenal, seperti
Burhanuddin Harahap, Mohammad Roem, Sukiman Wirjosandjojo, juga seperti itu.
Prawoto seperti itu juga," imbuh Mashadi.

Mashadi melihat kharismatik Natsir kaya dengan nilai-nilai keteladanan. Ia
mencontohkan salah satu

keteladanan Natsir ketika pergi bersama dengan bendahara DDII, Adi, ke
bandung untuk meresmikan

beberapa masjid. Sesampainya di Bandung, Natsir belum sarapan. Meskipun
teman-teman mengingatkan Natsir untuk sarapan, tapi Natsir menolak karena
tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Bahkan Adi

sempat menawarkan agar Natsir menggunakan uang masjid yang dibawanya dalam
tas. Tetapi, Natsir dengan keras menolaknya. Sampai akhirnya Natsir
berkunjung ke rumah KH. Rosyad Nurdin, ketua DDII

Jawa Barat dan menerima sarapan di sana. "Ini menunjukkan Natsir benar-benar
amanah," kata Mashadi.

Di dalam keluarga, Natsir dikenal sebagai sosok yang demokratis dan
menerapkan disiplin kepada

anak-anaknya. "Tokoh-tokoh Masyumi itu memberi keleluasaan kepada anak-anak
mereka jalan hidup masing-masing. Tidak ada terlalu strike. Cukup
demokratis. Jadi kalau dibilang demokrat, ya orang Masyumi itu. Ini jarang
dimiliki oleh pemimpin-pemimpin saat ini," kata Mashadi. Natsir memang
termasuk tokoh langka. Ini diakui salah satunya George McT Kahin, Guru Besar
Cornell University. "Saat pertama kali berjumpa dengannya di tahun 1948,
pada waktu itu ia Menteri Penerangan RI, saya menjumpai

sosok orang yang berpakaian paling camping (mended) di antara semua pejabat
di Yogyakarta. Itulah satu-satunya pakaian yang dimilikinya, dan beberapa
minggu kemudian staf yang bekerja di kantornya berpatungan membelikannya
sehelai baju yang lebih pantas, mereka katakan pada saya,

bahwa pemimpin mereka itu akan kelihatan seperti 'menteri betulan'," kata
Kahin menceritakan sosok Natsir.

Meski termasuk *founding father*, Natsir belum mendapat penghargaan yang
setimpal. Natsir hingga kini belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh
pemerintah, baik saat pemerintah Orde Baru dan pemerintah pasca reformasi,
meski sejumlah pihak telah memintanya.

Entah, mengapa? Apakah ini berkaitan dengan keterlibatannya dalam
PRRI/Permesta atau sebagai tokoh Islam yang teguh pendirian? Harusnya,
Natsir layak mendapat status pahlawan. Selama ini, Natsir hanya pernah
menerima penghargaan Bintang Adipradana bersama Sjafruddin Prawiranegara dan
Burhanuddin Harahap pada saat Indonesia dipimpin Presiden BJ Habibie.
Cukupkah?*(asy*
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================

Kirim email ke