NUTRISI SAPUTRA
> PADA mulanya adalah dua buah berita yang terbit di koran Media Indonesia
> 17 Juni 2006. Kedua berita itu, masing-masing berjudul, pertama:
> "Memanfaatkan Peluang di Bidang Revolusi Pangan", dan kedua: 
> "Nutrisi WSF Siap Lahirkan Jutawan Baru." Presiden Susilo Bambang 
> Yudhoyono pun tertarik. Intinya kedua berita itu mengungkapkan 
> ketekunan seorang putra bangsa lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB)
>  bernama Umar Hasan Saputra yang berhasil menemukan teknologi water 
> stimulating feed (WSF), sebuah teknologi rahasia bawah laut dalam 
> yang menghasilkan nutrisi esensial yang amat berguna bagi kehidupan, 
> tidak saja bagi manusia, tapi juga tumbuh-tumbuhan. Nutrisi WSF,
>  inilah istilah populer temuan Saputra pada beberapa bulan yang 
> lalu. Belakangan oleh tim WSF yang beranggotakan para tokoh 
> pengusaha dan akademisi seperti Ir Ciputra dan Prof Dr Roy Sembel 
> dan lain-lain, nama Nutrisi  WSF diganti menggunakan istilah dalam bahasa
> Indonesia, yaitu Nutrisi Saputra. Perubahan nama ini sekaligus untuk
> menghormati sang penemu dan agar lebih akrab buat masyarakat 
> Indonesia, khususnya para petani. Menggunakan Nutrisi Saputra (NS), 
> tanaman padi para petani tumbuh demikian subur, sehingga produksi 
> padi mereka meningkat, namun biaya produksinya rendah, karena untuk 
> setiap hektar tanaman padi, para petani cukup menggunakan Nutrisi 
> Saputra (bentuknya bubuk dan cair) antara 10-12 kilogram. Tidak 
> perlu pupuk. "Tapi kalau ragu, silakan gunakan pupuk urea 50 persen 
> saja," kata Saputra.
> 
> Mengagumkan!
> 
> Nutrisi Saputra telah diujicoba di sejumlah daerah dengan hasil yang
> benar-benar mengagumkan. Tanpa Nutrisi Saputra, satu hektar areal sawah
> milik petani hanya mampu menghasilkan padi 5-6 ton. Setelah menggunakan
> NS, produksi padi petani bisa meningkat menjadi 8-10 ton per hektar.
> Nutrisi Saputra bakal benar-benar merevolusi pangan tidak saja di
> Indonesia, tapi dunia. Saputra sendiri yakin dalam tahun 2008, Indonesia
> bakal berswasembada beras, bahkan menjadi lumbung pangan dunia. Namun
> dalam rangka swasembada beras, formula Saputra untuk sementara ini tidak
> dipasarkan dulu ke luar negeri. "Setelah kita mandiri, barulah kita urus
> orang lain. Yang penting kita urus dulu kesejahteraan para petani 
> kita yang selama ini terpinggirkan," katanya. Fakta-fakta seperti 
> itulah yang kemudian disimpulkan oleh Media Indonesia bahwa di 
> Indonesia akan tercipta peluang kerja dan peluang usaha baru di 
> bidang revolusi pangan; dan sangat mungkin akan lahir jutawan-
> jutawan baru, mulai dari tingkat petani hingga distributor dan agen. 
> Di saat musim kering tempo hari, Nutrisi Saputra terus diujicobakan 
> di berbagai daerah, seperti Gorontalo, Karawang, dan Bantul Daerah Istimewa
> Yogyakarta. Hasilnya sungguh luar biasa. Produksi padi petani
> berlipat-lipat. Demikian pula sayur-sayuran. "Khusus untuk terong,
> naiknya hingga 500 persen," kata Saputra yang dibenarkan para petani 
> di Yogyakarta saat mereka bertatap muka di aula Kecamatan Gamping, 
> Yogyakarta, Minggu 10 September 2006.
> 
> SBY penasaran!
> 
> Fakta-fakta itu tak urung membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
> (SBY) penasaran. Dia lantas mengundang Saputra dan timnya ke rumah 
> SBY di Cikeas pada hari Minggu, 3 September 2006. Setelah itu, SBY 
> minta tim Saputra presentasi di kantor Presiden pada hari Rabu 6 
> September 2006. Percaya dengan temuan Saputra, SBY lantas minta 
> Saputra memaparkan teknologi temuannya di depan para menteri Kabinet 
> Indonesia Bersatu dan para gubernur se Indonesia. Tidak ragu-ragu 
> lagi, SBY menyatakan siap mendukung gerakan yang dilakukan Saputra 
> lewat Saputra Group, terutama dalam rangka swasembada beras dan 
> peningkatan kesejahteraan petani. Fenomena itu tak urung membuat 
> pers penasaran dan ingin mengungkap lebih lanjut hasil dari formula 
> Saputra. Para wartawan lantas diterjunkan ke lapangan untuk melihat 
> dari dekat fakta yang  terjadi. Maka berita tentang kehebatan 
> Nutrisi Saputra pun tersiar di media massa, seperti Kompas, Investor 
> Daily, Suara Merdeka, Jawa Pos, majalah Warta Ekonomi, majalah Tempo,
>  majalah Gatra, Liputan 6 SCTV, Metro TV, dan masih banyak lagi.
> 
> Komentar pers
> 
> Berikut adalah cuplikan berita yang disiarkan para wartawan:
> 
> Teknologi WSF dongkrak 25% produksi padi. Dampak langsung dari teknologi
> WSF (Nutrisi Saputra) telah terjadi penurunan penggunaan pupuk, terutama
> jenis urea hingga sebesar 50%. Tekologi ini juga dapat menghemat air,
> karena tanaman padi tidak boleh terendam air dalam volume yang berlebihan.
> (Kompas, 18 April 2006).
> 
> Panen padi perdana dengan uji coba teknologi WSF Senin (17/4) di Desa
> Panyirapan Serang, Banten, mulai memperlihatkan hasilnya. Penggunaan 
> pupuk cair WSF itu mampu meningkatkan hasil produksi padi dari 6 ton 
> menjadi 10 ton gabah per hektar. (Kompas, 18 April 2006).
> 
> Peluang besar revolusi di bidang pangan! Sebuah teknologi baru di bidang
> pembudidayaan tanaman pangan berhasil melipatgandakan produksi padi dan
> hrtikultura. Water Stimulating Feed, teknologi tersebut bakal merevolusi
> pangan tidak saja di Indonesia, tapi juga dunia, sekaligus memberi peluang
> kerja dan usaha buat siapa pun yang ingin terjun ke dunia pertanian.(Media
> Indonesia 17 Juni 2006).
> 
> Nutrisi WSF (Nutrisi Saputra) siap mencetak jutawan-jutawan baru di
> Indonesia. Jika Anda sekarang ini belum juga dapat pekerjaan atau ingin
> berganti profesi, ada baiknya Anda bergabung ke Komunitas WSF
> Internasional yang mendapat mandat mendistribusikan dan mengedukasi petani
> bagaimana menggunakan nutrisi ini. Nutrisi ini bakal mencetak
> jutawan-jutawan baru. (Media Indonesia 17 Juni 2006).
> 
> Jika Anda ingin mengembangkan bisnis atau mengisi peluang, belajarlah
> memberikan apa yang Anda miliki kepada orang lain. Diam-diam 
> Komunitas WSF Internasional telah melakukannya dengan membantu para 
> petani di Kabupaten Bantul, DIY yang terncam gagal panen. Para 
> petani di sini terenyum, sebab produksi padi mereka meningkat. 
> (Media Indonesia 1 Juli 2006).
> 
> Teknologi WSF mampu membuat hasil panenan berlipat, menekan konsumsi 
> pupuk dan pestisida hingga 50% serta ramah lingkungan. Teknologi ini 
> mampu memicu revolusi biru. (Majalah Warta Ekonomi No 14 Tahun XVIII 
> 14 Juli 2006).
> 
> Temuan berupa pupuk nutrisi itu dinilai mampu membantu petani
> menyelamatkan tanamannya pada musim kemarau. Petani yang menggunakan
> nutrisi ini umumnya mengaku puas karena hasil panen di musim kemarau 
> tetap bagus. (Kompas 25 Juli 2006).
> 
> Menanti keajaiban dari setetes pupuk. Petani diguyuri pupuk organik baru
> yang berbasis WSF. Setelah dicoba, pupuk ini diklaim bisa menghemat
> belanja pupuk petani, plus meningkatkan panenan. Nah, mari bermimpi
> Indonesia tidak lagi langka pupuk. (Tabloid Kontan No 44 Tahun X, 7
> Agustus 2006).
> 
> Pupuk ini tampaknya bukan sembarang pupuk, melainkan sebuah formula yang
> membuat padi mampu membuat nutrisi esensial secara mandiri. Dengan
> demikian pertumbuhannya tidak bergantung pada asupan luar. Karena secara
> otonom padi memenuhi kebutuhan hara atau unsur makanannya, padi pun tetap
> tumbuh optimal di tanah yang tak ramah. (Majalah Tempo 27 Agustus 
> 2006).
> 
> Tanaman padi tanpa pupuk, hasil berlipat. Boleh dibilang teknologi 
> ini bakal merevolusi sektor tanaman pangan, karena mampu melipatgandakan
> produksi padi maupun tanaman hortikultura. (Investor Daily 25 Agustus
> 2006).
> 
> Dua tahun lagi, Indonesia tidak akan dipusingkan masalah pangan. Bahkan
> negara ini bisa menjadi lumbung pangan dunia. Nutrisi Saputra tidak hanya
> bermanfaat bagi tanaman, tapi juga hewan dan manusia. (Jawa Pos 27 Agustus
> 2006).

Muhammad Syahreza
PT. NOK Indonesia
Plant Engineering Dept.
Telp. : 021-898 1041 Ext. 128/135
Fax. : 021-898 0764
e-mail : [EMAIL PROTECTED]

"voorprong van het achterlijkheid."
Orang bisa melompat maju tanpa perlu mengikuti irama pengalaman yang dialami
orang lain tapi dengan belajar meniru menggunakan kemajuan teknologi

Tahukah anda bahwa dunia sudah berubah? Tahukah anda negara lain sudah
berubah? Inginkah anda negara anda juga berubah? Sudahkah anda berubah?

Kita memang miskin sumber daya alam tapi bukan berarti miskin kreatifitas

Perubahan memerlukan upaya dan dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal
yang terkecil dan dimulai saat ini juga
--------------------------------------------------------------
Website: http://www.rantaunet.org
=========================================================
* Berhenti (unsubscribe), berhenti sementara (nomail) dan konfigurasi 
keanggotaan,
silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
* Posting dan membaca email lewat web di
http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/messages
dengan tetap harus terdaftar di sini.
--------------------------------------------------------------
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan Reply
- Besar posting maksimum 100 KB
- Mengirim attachment ditolak oleh sistem
=========================================================

Kirim email ke