Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tulisan dibawah saya ambil dari milis washingtonian. Semoga
bermanfaat.
Billahit Taufiq Walhidayah,
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
-----------------------------------------------------------------------------------------
Date: Sat, 2 Apr 2005 07:41:20 -0800 (PST)
Subject: [IndoWash] Teknologi Pangan: Telur, Wortel dan Kopi
Rekan-rekan,
Saya dapat kiriman email seperti tertera di bawah ini. Ilustrasi
tentang teknologi pangan ini, mungkin membantu menjernihkan pikiran
kita. Reaksi ireversible yang berlangsung pada tiga jenis bahan pangan
ketika dibenturkan pada kondisi tertentu, dapat kita pergunakan buat
bercermin. Kebetulan terasa tepat menanggapi uraian seorang warga
dalam salah satu milis.
Suatu hari seorang anak mengeluh kepada ayahnya mengenai kehidupannya
dan menanyakan mengapa hidupnya terasa begitu berat. Ia tidak tahu
bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah terlalu lelah
berjuang. Setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Lelaki itu mengisi tiga
panci dengan air dan menjerangnya. Setelah air di panci-panci
tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di
panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Dibiarkannya
mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan
tidak sabar, menyimak yang sedang dikerjakan sang ayah dan memikirkan
maknanya.
Setelah 20 menit, sang ayah memadamkan api. Ia menyisihkan wortel dan
menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk
yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya. Lalu ia bertanya
kepada anaknya: "Apa yang kau lihat, Nak?"
"Wortel, telur, dan kopi," jawab si anak.
Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Sang
anak melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu lunak. Ayahnya lalu
memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang
kulitnya, ia mendapati telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya
memintanya mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi yang
aromanya
sangat khas.
Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?"
Ayahnya menerangkan bahwa ketiga benda tersebut telah menghadapi
perlakuan dan kesulitan yang sama. Yakni perebusan, tetapi
masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi
setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Sedang telur
sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang
berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Sementara itu bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada
dalam rebusan air, bubuk kopi mengubah air tersebut.
"Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan
mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur
atau kopi?"
Bagaimana dengan kita? Apakah kita adalah wortel yang kelihatannya
keras, tapi menyerah, kehilangan kekuatan dan menjadi lunak ketika
menghadapi penderitaan dan kesulitan. Atau kita seperti telur, yang
awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah
adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras
dan kaku. Dari luar telur itu kelihatan sama, tetapi apakah kita
menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?
Ataukah kita seperti bubuk kopi? Mengubah air panas, sesuatu yang pada
suhu 100 derajat Celcius dapat menimbulkan kesakitan, menjadi minuman
yang rasa maupun aromanya membangkitkan semangat. Ketika air mencapai
suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika seperti bubuk kopi,
kita menjadi makin baik dan membuat keadaan sekeliling terasa lebih
baik ketika situasi semakin buruk.
Date: Sat, 2 Apr 2005 05:13:59 -0800 (PST)
From: [EMAIL PROTECTED]>
Subject: Persoalan Hidup
Persoalan Hidup
Pernahkah Anda berpikir bahwa persoalan hidup tidak pernah ada
habisnya?
menurut saya sebetulnya seumur hidup beban persoalan yg lebih berat
selalu
datang dari luar / pemikiran orang lain dan bukan dari persoalan itu
sendiri
waktu lulus sd ditanya mau masuk smp mana?
kalo gak dapet sekolah ditanya kenapa gak bisa masuk, anak lain koq
bisa?
begitu juga lulus smp kira2 bakalan sama
lulus sma juga pusing mau kuliah dimana? jurusan apa?
kalo bisa masuk kuliah pilihan dianggep hebat kalo gak lulus pusing
cari
kuliah alternatif
kalo nggak lulus juga? bakal ditanya mau ngapain?
yg lebih berat lagi kalo sma pinter tapi gak lulus masuk kuliah yg dia
pilih, bisa beban mental bertahun-tahun
lulus kuliah ditanya udah dapet kerja belum?
si fulan udah kerja disini si polan udah gawe disana.
yg kasian kalo udah lulus kuliah pilihan tapi kerjanya nggak sehebat yg
diharapkan.
bakalan ditanya : koq kuliah di situ kenapa kerjanya cuma begitu?
selagi sekolah/kuliah ada juga pertanyaan : udah punya pacar belum?
apalagi udah kerja bakalan tambah sering ditanya
kalo udah punya pacar ditanya kapan married nya?
yg belum punya pacar ditanya ngapain aja, kemana aja, umur segini belum
ada
pacar?
kalo gak jadi married ditanya kenapa gak jadi married? kamu sih begini
begitu
kalo udah married ditanya udah hamil belum? udah punya anak belum?
bagi yg udah married gak kunjung hamil dan belum punya anak - bisa
stress
ditanya gimana sih gak pinter sih - maunya jalan2 aja sih - apa nggak
pengin ya repot punya anak? etc etc ..... malah dulu ada suaminya
temen
saya yg selalu tenang gak pernah nangis tiba-tiba bisa2 nya nangis
tertekan
cuma gara2 seringnya ditanya kapan istrinya bisa hamil dan tuduhan
mandul
... (sejak itu saya gak pernah lagi tanya urusan begini ke siapa pun
meski
pun cuma bercanda)
kalo udah hamil ditanya lagi pengin laki apa perempuan?
kalo udah lahir ditanya gimana anaknya laki apa perempuan ... ooh
perempuan
atau ooh laki ... masih 1 lagi donk supaya komplit laki perempuan
anaknya tumbuh akan dibandingan dg anak lain : koq dia belum bisa
begini
begitu padahal anak nya si itu udah bisa
jika sudah agak besar yg punya anak laki ditanya kapan nyunatin?
ibu-ibu yg punya anak perempuan mulai gede juga ditanya putrinya udah
haid
belum?
kemudian pertanyaan2 seperti di atas sejak anak sekolah akan kembali
lagi
spt dulu yg dialaminya sendiri
bagi saya menikah atau tidak (belum) menikah yg paling penting adalah
kebahagiaan di hati.
yg pasti kita harus bisa menikmati hidup dan kehidupan sesuai jati diri
kita masing-masing
tidak perlu menjadi orang lain untuk (pura-pura) bahagia sesuai pola
keinginan orang lain atau hanya sekedar mencari jawaban untuk
memuaskan
pertanyaan orang lain di sekitar kita
Semoga bapak-bapak bisa membahagiakan istri dan anak
Semoga ibu-ibu bisa membahagiakan suami dan anak
Semoga yg sudah berpasangan memang sudah bertemu soul mate nya
Namun di luar semua itu bagi saya
Menikah bukan akhir dari hidup dan kehidupan
Menikah juga bukan tujuan hidup tapi pilihan hidup atas kebahagiaan
diri dan
keluarga
Bagi saya hidup selayaknya seperti air yg mengalir
terus mengalir mencari jalan tanpa berhenti
jika tidak bisa selalu lurus karena batu besar dan hambatan lain
masih bisa belok mencari jalan lain
ada saatnya hambatan mentok tidak ada jalan berbelok
tetapi tetap masih akan ada jalan lain :
menguap ke atas lalu jalan di udara hingga saatnya turun dan mengalir
kembali
setiap orang punya persoalan dan masalah dalam hidup masing-masing
seumur
hidupnya
jika tidak bisa membantu sebaiknya tidak usah menambah beban di hati
orang
lain atas masalahnya
Just don't worry be happy always
bukan orang lain tapi kita yang bertanggung jawab atas kebahagiaan diri
kita sendiri
karena hidup adalah pilihan......
Kopral Jabrik
---------------------------------
Yahoo! Groups Links
To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/forum-iki/
To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________