Assalamu'alaikum wr wb. Sanak di Palanta Yth.,
Karena Pemerintah tampaknya tidak mampu untuk mencarikan solusinya, maka harus ada yang menggantikan untuk melakukan sesuatu yang dapat mengurangi praktek seperti ini. Bukannya bertambah seperti yang terjadi, dari sebelumnya hanya kertas koran yang mencemari pisang goreng dan sejenisnya, kemudian ada bakso dan tahu yang tercemar formalin. Sekarang ada ikan asin yang kena semprot DDT. Sebenarnya apa yang menyebabkan Pemerintah tidak mampu? Kenapa bagi pabrik besar yang mempergunakan bahan tidak halal, Pemerintah dapat menindak segera? Karena terhadap pabrik besar ada "proyeknya", sedangkan untuk pengusaha kecil apa untungnya? USA? - untuk saya apa? Kemudian bagi kita yang menginginkan agar praktek seperti ini bisa berkurang, apa yang dapat kita lakukan? Melihat yang telah terjadi dinegara lain, yang bisa kita harapkan adalah akan ada ikan asin ber merek yang dapat memberikan jaminan bahwa produknya berkualitas dan bebas bahan berbahaya. Jadi dari tadinya hanya ikan asin sebagai komoditi yang kemudian menjadi tidak berkualitas. Kemudian menjadi ke produk yang mempunyai merek yang akan dijaga kualitasnya oleh pemilik merek. Dikemas dengan baik dipasarkan dipasar tertentu sesuai dengan selera konsumen. Siapa yang diuntungkan? Konsumen diuntungkan dengan kembali dapat menikmati ikan asin berkualitas dan bebas racun (bbr). Pengusaha diuntungkan dengan adanya pasar baru untuk ikan asin bbr. Rakyat kecil untuk sementara tetap terpaksa mengkonsumsi ikan asin bukan bbr, sampai Pemerintah turun tangan untuk memberikan penyuluhan kepada pengrajin ikan asin. Suatu saat pengrajin akan sadar karena mulai kehilangan pasar, mulai paham akan kesehatan dan tuntutan pasar dan kemudian merubah kebiasaannya kembali memproduksi ikan asin bbr, dan mulai belajar memilki merek. Sungguh lama proses yang terjadi, memang begitulah namanya proses membutuhkan waktu. Wassalam, R Sampono Sutan (56-) > Dari SUARA PEMBARUAN DAILY Tanggal 18/2/2005 kito baco: > > Ikan asin kini tidak lagi seperti ikan asin yang kita kenal dahulu, yaitu > yang berbau khas ikan asin. Bau khasnya itu adalah akibat proses fermentasi > daging ikan itu oleh bakteri yang tidak berbahaya selama proses pengasinan > dan penjemuran ikan tersebut. > > Hal ini disebabkan oleh karena para pembuat ikan asin sekarang tidak mau > ambil risiko ikannya menjadi busuk selama penjemuran akibat kurangnya sinar > matahari atau diteluri lalat sehingga belatungan. Karena itu, pada waktu > pembuatan ikan asin itu, ikan itu diberi obat pengawet (sering dipakai > formalin, yaitu obat untuk mengawetkan mayat manusia) atau disemprot dengan > DDT ( bahan racun pembunuh nyamuk dan serangga). > ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________