Kebahagiaan Sejati 
  _____  

Kebahagiaan adalah mimpi setiap orang. Ia dirindukan namun sering tak
kunjung datang. Hingga manusia selalu tergerak untuk meraih kebahagiaan itu.
Dengan demikian, meski ada penderitaan, pada dasarnya manusia cenderung
untuk mendambakan kebahagiaan.
Manusia memang seharusnya bahagia. Bahagia adalah sebuah pilihan. Meski
manusia tak jarang ditimpa musibah bahkan secara beruntun, ia tetap bisa
merasakan bahagia. Artinya, ada pilihan ketika manusia merasakan kondisi
seperti itu. Apakah ia akan tetap berada dalam penderitaan tersebut atau
memilih untuk tidak tenggelam dalam penderitaan tersebut. Justru penderitaan
itu ia gunakan sebagai pijakan untuk merasakan kebahagiaan.
Seorang penyair dan sufi besar bernama Sa'di Syirazi pernah merasakan
kesedihan dalam hatinya karena ia kehilangan sepatu. Ia menderita. Hingga
pada suatu saat berada di Masjid Kufah, ia melihat seseorang yang telah
kehilangan kedua kakinya. Namun, orang tersebut tak terlihat menderita.
Sa'di kemudian merasakan perasaan yang lain. Ia memang masih tak punya
sepatu namun ia tak lagi menderita. Ia kemudian bersujud kepada Allah SWT
dengan penuh rasa syukur. Perasaan Sa'di berubah atas musibah yang ia alami.
Agama telah menyatakan, supaya manusia tidak berduka dengan apa yang hilang
dari mereka dan tidak terlalu bersuka ria dengan apa yang datang kepadanya.
Kebahagiaan yang sejati adalah kepuasan menerima apa yang Allah takdirkan.
Termasuk di dalamnya ketika ditimpa kehilangan. Meski banyak orang yang
terpaku dengan sebuah kehilangan yang menimpanya. 
Mereka mengalami missing tile syndrome atau sindroma genteng hilang. Pada
suatu ketika seseorang melihat atap rumahnya, dilihatnya atap itu lengkap.
Pada saat berikutnya, orang itu melihat ada satu genteng yang hilang di atap
rumahnya. Orang itu terus memikirkan genteng yang hilang itu. Melupakan
semua genteng bagus yang masih berada di atap rumah. Ini membuatnya menjadi
menderita. Ini pun terjadi dalam kehidupan. Jika seseorang terus memusatkan
pada sesuatu yang hilang, tentu tak akan membuatnya bahagia.
Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya juga menjadi tangga
mencapai kebahagiaan. Karena tujuan akhir dari semua perintah Allah adalah
untuk meraih kebahagiaan. Allah menyuruh manusia untuk ruku dan sujud serta
berbuat kebaikan agar manusia bahagia. "Siapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, dia akan mendapatkan penghidupan yang sempit." (QS. 20: 124).
Selain itu, tak semestinya kebahagiaan itu dinikmati sendiri. Jika
meneladani Nabi Muhammad SAW, maka seorang Muslim tak akan memonopoli
kebahagiaan tersebut. Sebab, Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan merupakan
amal yang paling utama jika membuat orang lain bahagia.
 
 
____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke