http://www.kompas.com/kompas-cetak/0407/13/UTAMA/1147257.htm
Berita Utama
Selasa, 13 Juli 2004

Orde Gagal Reformasi (3)


SUSILO Bambang Yudhoyono sudah pasti lolos ke putaran kedua pemilu presiden
20 September. Bukan tidak mungkin Wiranto akan menyalip Megawati
Soekarnoputri untuk mendampingi SBY di final putaran kedua.

Mungkin sebaiknya dua jenderal purnawirawan produk Orde Baru itulah yang
bertarung memperebutkan kursi presiden. Jadi, supaya semakin jelas dan nyata
bahwa perjuangan reformasi yang dipimpin kelompok sipil Ciganjur terbukti
gagal.

Total suara perolehan sementara yang direbut dua calon presiden dari
kelompok Ciganjur, Amien Rais dan Megawati, kalah jauh dibandingkan dengan
gabungan perolehan suara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wiranto. Ini
pukulan kedua karena tiga tahun yang lalu Gus Dur, tokoh wahid kelompok
Ciganjur, terbukti gagal pula.

Kepemimpinan Presiden Megawati selama sekitar tiga tahun terakhir jelas
dianggap gagal oleh rakyat. Perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) turun drastis dalam pemilu 5 April lalu dibandingkan
dengan Pemilu 1999. Hal itu jelas membuat malu kaum sipil.

Sekalipun kita sudah hidup di alam demokrasi, banyak rakyat yang tidak puas.
Bukan tidak mungkin ingar-bingar pemilu langsung untuk memilih wakil dewan
serta presiden sepanjang tahun 2004 ini telah membuat rakyat makin
menderita.

Di tiga bulan pertama tahun 2004, kita dibombardir pemberitaan mengenai
kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang berantakan. Ada kasus kotak
suaralah, surat suaralah, perpu dana tambahanlah, anggaran empat triliunlah,
dan macam- macam sehingga membuat kepala kita semua pusing.

Ternyata, ketidakbecusan itu terjadi lagi sekarang. Dan golput pun tampaknya
akan menang lagi.

Lalu kita ramai lagi. Ada yang memprotes hasil penghitungan suara yang
prosesnya memang mencurigakan. Ada pula yang ribut menuntut KPU yang
sekarang dibubarkan.

Semua lagi sibuk berkampanye, tetapi korupsi dan penyelundupan tetap jalan
lurus tidak belok-belok. Semua bangga dan berkeren-keren dengan pemilihan
langsung, eh bus-bus TNI AD tak mau kalah juga jalan terus membawa pemilih
masuk ke sebuah pesantren.

Ketika Presiden Megawati liburan ke Bali, yang lain-lain mungkin sedang
rajin menggalang konsesi. Penghitungan belum lagi selesai, sudah banyak yang
runtang-runtung ke mana-mana agar dipilih menjadi menteri.

Itulah kelakuan politisi segala zaman. Seperti sebuah lagu mereka "di sana
senang, di sini senang, di mana-mana hatiku senang".

Nah, nanti kalau SBY jadi presiden, semua mesti antre untuk melamar masuk ke
kabinet pelangi. Dari sekitar 25 menteri, mungkin empat orang lalu keluar
dari kabinet untuk mencalonkan diri sebagai presiden lagi.

Jika SBY secara diam-diam dan dengan strategi jitu meminta tolong orang
membentuk Partai Demokrat, salah satu dari menteri yang mundur itu kelak
akan membentuk Partai Republik. Siapa tahu kebagian bantuan dari Partai
Republik di Negeri Paman Sam, yang mungkin tahun 2009 masih akan berkuasa
lagi?

MENGAPA SBY unggul? Pertama, dalam politik selalu terdapat prinsip
kesinambungan atau perubahan (continuity and change).

SBY menjadi simbol harapan rakyat yang menghendaki perubahan kepemimpinan
nasional yang baru dan segar, barangkali kalau bisa lelaki yang ganteng, dan
jika memungkinkan tak perlu berasal dari partai-partai politik besar seperti
Partai Golkar atau PDI-P.

Banyak manusia Indonesia yang bertipe "membela yang tertindas". SBY sering
jadi korban, mulai sejak menjadi menko polkam, lalu difitnah kanan-kiri
selama kampanye berlangsung.

Makanya, kalau mau menang di putaran kedua, semakin sering teraniaya, SBY
akan semakin kuat. Percayalah!

Kedua, SBY merupakan simbol stabilitas politik dan ekonomi ala Orde Baru.
Banyak kita yang dengan ngumpet- ngumpet atau terus terang tanpa malu-malu
mengaku sedang menderita penyakit SARS (Sindrom Amat Rindu Soeharto).

Namanya orang sakit, yang paling penting adalah makan yang banyak, lalu
perut menjadi kenyang, kemudian leyeh-leyeh di bawah pohon beringin. Mau
demokrasi atau demonstrasi, kalian mesti antre dulu dan jangan mengganggu
tidurku.

Soalnya zaman dulu yang penuh keemasan memang lebih enak dan lebih masuk
akal. Politik stabil, keamanan terjamin, maka modal asing datang seperti
tamu agung. Setelah rundingan soal persentase komisi atau opsi saham tidur,
modal asing berkenan memulusken pembangunan.

Tiba-tiba, jalan tol dibangun di mana-mana. Itu dulu. Sekarang akan dibangun
jembatan bawah laut antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Jakarta sudah
punya busway, terowongan atau underpass apa lagi, ada di mana-mana.

Sebentar lagi ada monorail alias kereta layang rel tunggal. Jangan lupa, di
mana-mana sudah ada flyover alias jalan layang. Ini semua berkat jasa
Gubernur Sutiyoso, mantan jenderal yang mempunyai strong leadership.

Nah, sektor pembangunan terbukti menjadi penyumbang terbesar kepada
pertumbuhan ekonomi walaupun duitnya dikorupsi tanpa henti. Sektor itu
menyediakan lowongan kerja yang banyak luasnya agar rakyat bekerja keras
seperti-kata Mennaker Soedomo dulu- rombongan semut hitam.

Maka, si rakyat yang sudah bekerja membawa pulang uang untuk belanja dan
uang sekolah. Pemerintah yang terus membangun sampai ke puncak gunung akan
membuat Indonesia gemah ripah loh jinawi.

Ketiga, popularitas SBY tidak ada hubungannya dengan Partai Demokrat yang
relatif baru serta belum berpengalaman. Artinya, pendukung SBY sebetulnya
kecewa dengan politics as usual yang ditunjukkan oleh partai-partai besar.

Maka, kita akan tertib, ganteng, berwibawa, dan berdisiplin. Anak-anak kita
setiap hari berbaris rapi, krak-krak-krak. Untuk berbicara teratur, sopan,
dan penuh wacana, para orang tua harap datang ke John Robert Powers untuk
belajar memompa wibawa.

Mari kita ucapkan Selamat Jalan Reformasi! Terima kasih sudah enam tahun
bersama kita yang masih tetap seperti yang dulu. Maka Pak Tua itu pun
tertawa, "Ha-ha-ha-ha...."

(e-mail: [EMAIL PROTECTED])

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting 
___________________________________________________

Kirim email ke