Assalamualikum wr.wb : Adalah sesuatu hal yang memang semestinya, manakala seseorang pulang, dari bekerja atau melakukan kegiatan lainnya, diwarnai dengan perasaan gembira, karena akan berjumpa dengan mereka yang disayangi dan menyayangi dirinya.
Begitulah manakala kita pulang ke rumah, apakah rumah tempat tinggal kita atau rumah di kampung halaman kita, wajar saja jika disertai perasaan senang. Begitu pun mereka yang saat ini sedang berhaji, pulang ke rumah tua, yakni Baitullah di Mekkah, bisa dimengerti jika diliputi pula oleh perasaan gembira. "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah yang ada di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi, dan menjadi petunjuk bagi semua manusia." (Q.S. Ali Imran [3]: 96). Yang tampaknya tidak selalu menimbulkan kegembiraan adalah manakala seseorang menyadari bahwa dirinya pasti akan pulang ke rahmatullah atau pulang ke negeri akhirat melalui "pintu" kematian. Padahal, pulang yang disebut terakhir ini mestinya juga diliputi oleh perasaan gembira, senang atau ridha . Karena itu, apabila di saat pulang di hati kita belum muncul perasaan gembira, apakah saat pulang ke rumah atau ke rahmatullah, tentulah terasa janggal. Agaknya rasa cinta dunia dalam kadar yang berlebihanlah yang merupakan penghalang utama belum munculnya rasa senang jika suatu saat harus pulang ke Rahmatullah. Akan halnya mereka yang saat ini oleh Allah SWT diberi kemampuan untuk pulang ke Baitullah, rasa senang di saat pulang ke Baitullah berbaur dengan rasa haru saat berpisah dengan keluarga dan handaitaulan. Hal terbaik yang perlu kita lakukan untuk para jamaah yang saat ini sedang pulang ke Baitullah, adalah mendoakan mereka agar ibadah hajinya dapat ditunaikan dengan baik dan membuahkan predikat haji mabrur yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan sesamanya. Menunaikan ibadah haji sebenarnya adalah mengikuti jejak para nabi dan para rasul, juga nabiyullah pertama, yaitu Adam a.s. Dalam sebuah hadis Qudsi, diriwayatkan Dailami yang bersumber dari Anas r.a., Allah SWT berdialog dengan Adam a.s., "Wahai Adam, pergilah, laksanakan ibadah haji menuju Baitullah, sebelum suatu kejadian menimpamu,". Adam bertanya: "Apakah kejadian yang akan menimpa aku ya Rabbi?". Firman-Nya: "Tidak tahukah kamu apa yang disebut sebagai mati?". Pertanyaan itu mestinya juga untuk diri kita sebagai Bani Adam (anak cucu Adam). Tentu saja, Allah SWT tidak akan membebani umat-Nya yang belum atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji yang memerlukan kondisi fisik memadai itu. Namun bagi kita yang mampu, selayaknyalah pertanyaan itu menggetarkan hati kita. Apabila seseorang telah diberi kemampuan untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji, sementara kemampuan itu disia-siakan dengan cara menunda-nunda lantaran disibukkan oleh urusan dunianya, atau alasan lain yang "dimanfaat" sebagai pembenar penundaannya itu, maka manakala kematian datang merenggut nyawanya, yang terjadi adalah penyesalan berkepanjangan. "Manfaatkan (untuk beribadah, melakukan kebajikan) saat kayamu sebelum datang saat miskinmu (ketidakmampuan). Manfaatkan hidupmu, sebelum datang kematianmu," begitu antara lain pesan Rasulullah SAW kepada kita. Sudahkah kita bersungguh-sungguh menaati pesan Allah (yang disampaikan kepada Adam dalam hal berhaji) dan pesan Rasul-Nya? Jika belum, semoga masih tersedia waktu bagi kita untuk memikirkan dan melaksakan pesan itu dengan baik. Bagus jika disadari bahwa kewajiban yang dibebankan Allah SWT kepada kita, pada hakikatnya adalah untuk memuliakan (akhlak) kita, termasuk perintah berhaji. Layakkah kita menghindar, apalagi menolak untuk dimuliakan? Alangkah indahnya, manakala kita pulang dalam suasana hati gembira, ke mana pun kita pulang, ke rumah, ke Baitullah, atau pada saatnya, juga pulang ke Rahmatullah. Insya Allah. Wassalam : H . Zul Amry Piliang --------------------------------- Do you Yahoo!? The all-new My Yahoo! – Get yours free! ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________