Tampilkan "Lukah Gilo" Luak Nan Tuo Pukau Pengunjung
Oleh Redaksi Jumat, 08-Oktober-2004, 04:41:59 31 klik

Bukittinggi, Padek-"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya."
Begitu kira-kira ibarat yang bisa ditangkap, pada ajang Pedati V 2004 Kota
Bukittinggi, yang pada tahun ini, mengusung brand image Dji Sam Soe, yang
berlangsung dari tanggal 1 s.d 12 Oktober 2004 mendatang.

Sebab, meski masing-masing daerah mencoba menampilkan pertunjukan yang
bercorak atau bernuansa seni tradisional, maupun kebudayaan lainnya, namun
tetap saja satu daerah dengan daerah lainnya tampil dengan kekhasannya
masing-masing.

Sebagai contoh, Kabupaten Tanah Datar, atau dikenal juga dengan Luak Nan
Tuo, sebagai "pusat jalo pumpunan ikannya" ranah Minangkabau yang terletak
di pulau Andalas ini, pada ajang Pedati V 2004 kali ini, Rabu malam lalu,
berkesempatan menampilkan berbagai bentuk jenis kesenian tradisional rakyat,
seperti debus, lukah gilo, tari di atas kaca, dan sebagainya.

Khusus untuk pertunjukan "lukah gilo" yang belakangan telah mulai langka
itu, dari pantauan koran ini, terlihat benar-benar mampu menyedot perhatian
penonton. Bahkan, seolah terhipnotis dengan suasana pertunjukan yang begitu
unik tersebut, sempat memperdayai terhadap seorang penonton, yang secara
serta merta naik ke atas panggung, dengan langkah gontai, layaknya orang
yang tengah kesurupan. Namun, hal itu agaknya telah diantisipasi oleh sang
pawang, yang tak lain adalah ketua persilatan harimau Andaleh Amri.HS dari
Baruah Andaleh, Kecamatan Sungayang Tanah Datar.

Pertunjukan lain, yang juga tidak kalah mendebarkan, yaitu atraksi debus.
Dimana, lidah pemain dengan segenap keberaniannya, digorok dengan parang
yang sangat tajam, tanpa mengalami cedera sedikitpun. Bahkan, lebih "gila"
lagi, seorang bocah terlihat tergolek pasrah, saat digorok dengan parang,
tanpa perasaan gentar sedikitpun. Pertunjukan yang begitu mendebarkan serta
menarik ini, tak heran membuat pengunjung seolah enggan beranjak dari tempat
duduknya, bahkan hingga pertunjukan berakhir.

Amri HS sendiri, ketua perguruan Harimau Andaleh, menjawab koran ini usai
pertunjukan Rabu malam lalu menegaskan, di samping menyatakan rasa puasnya
bisa tampil di event Pedati V 2004 kali ini, juga merespon positif pelayanan
maupun perhatian panitia pelaksana Pedati, terhadap rombongan tim kesenian
yang mereka tampilkan.

"Kami sangat puas, dengan pelayanan yang diberikan panitia, dan kami juga
sangat mendukung acara Pedati ini. Sebab, dengan adanya pertunjukan ini,
tentu akan memotifasi para generasi muda, untuk membangkitkan kembali seni
tradisional Minangkabau,"ungkapnya dengan nada puas.

Senada dengan itu, Dwita Norfa Linda, Kasi Kesenian Dinas Pariwisata Seni
dan Budaya Kabupaten Tanah Datar, juga menyatakan rasa puasnya atas
penampilan tim kesenian dari Kabupaten Tanah Datar tersebut.

"Kegiatan seperti ini, jelas sangat positif untuk memotifasi pembinaan group
kesenian tradisional. Dimana, masing-masing daerah, bisa menampilkan
kreatifitasnya masing-masing. Dan, nilai positifnya, diharapkan bisa
membangkitkan kembali nilai seni tradisional yang telah mulai menghilang,"
ungkapnya mengakhiri.

Di lain pihak, pantauan koran ini sepanjang Rabu malam lalu, selain
dimeriahkan oleh penampilan seni tradisional dari daerah Tanahdatar yang
dipusatkan di panggung utama Pedati, tidak berbeda dengan malam-malam
sebelumnya, panggung dua pentas Pedati V 2004, juga disemarakkan dengan
pertunjukan orgen tunggal, menampilkan sejumlah artis terkenal dari berbagai
daerah di Sumatera Barat.

Pertunjukan hiburan orgen tunggal itu sendiri, seperti diakui oleh ketua dua
Pedati, yang membidangi seni dan budaya dalam hal ini Osman Purba, dimana
pentas hiburan orgen tunggal tersebut, memang dimaksudkan untuk menyalurkan
apresiasi pengunjung, khususnya para generasi muda, terhadap hiburan
kesenian yang bernuansa modern. Sebab, event pedati itu sendiri, selain
dihadiri oleh kalangan orang tua, atau mereka yang menggemari seni
tradisional, juga ada diantaranya kawula muda, yang menggemari jenis
kesenian yang bernuansa modern.

"Tapi, kita tetap membatasi, misalnya goyangannya tetap harus disesuaikan
dengan suasana Pedati, dan penonton juga tidak dibenarkan bergoyang di atas
pentas. Tapi, terkadang emosi penonton memang tidak selalu terbendung untuk
bergoyang, namun tetap dibatasi dibawah pentas,"ungkapnya mengakhiri.

Hanya saja, hasil pengamatan koran ini sepanjang Rabu malam lalu, mengingat
jarak antara panggung satu dengan panggung dua, tidak begitu berjauhan, maka
tidak jarang dentuman musik yang cukup keras yang berasal dari pentas orgen
tunggal sedikit banyaknya agak mengganggu konsentrasi penonton, yang tengah
asyik menyaksikan pertunjukan seni tradisional yang digelar di pentas satu.

Untuk itu, tidak salah kiranya bila panitia penyelenggara dapat lebih
menertibkan suasana kebisingan tersebut, sehingga tidak malah mengganggu
satu sama lain. (ris)



____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke