Salam!
Ketika isu dilepasnya Timtim ini meruyak kemarin, saya langsung teringat
dengan liputan saya di New York Agustus tahun lalu. Saat itu Menlu Alex Alatas
benar-benar blak-blakan ketika kami wawancarai. Dia sempat "keseleo lidah"
menyebutkan ''Kalau mau ambruk, ya sekalian saja. Ambruknya alamiah gitu.
jangan lagi dituduh Jakarta atau Pusat sebagai penyebabnya.''

Ketika mendengar pernyataan keras Ali Alatas itu, saya sempat berpikir, ''Kok
kayaknya pemerintah Indonesia sudah capek atas Timtim (Bukan TIM-TIM-- Kalo
ini artinya seperti dalam kalimat "Tim-tim Eropa Timur sukses di Piala Dunia
1998 di Perancis").

Saat itu, ada teman saya wartawan Timtim yang juga aktivis dan politisi DPR,
mukanya terperanjat dan kaget minta ampun waktu Ali Alatas bicara tegas tadi.
Sekadar bagi-bagi info, di sini saya FWD lagi berita liputan saya yang lalu.
MOHON INI TIDAK DIANGGAP "SOK-SOKAN". MARI GUNAKAN KACAMATA BENING TANPA
PRASANGKA.

Salam!
ramadhan pohan
#############

WAWANCARA MENLU ALI ALATAS DI NEW YORK
New York, JP.-
        PERUNDINGAN segitiga PBB-Portugal-RI tentang Timtim berlangsung dua
hari, 4-5 Agustus berakhir di ruang rapat Sekjen Kofie Annan, Markas PBB, New
York, Rabu siang setempat. Banyak sekali terobosan yang dilakukan RI-Portugal
ini, terutama berkat keuletan dan kesungguhan Sekjen PBB Kofie Annan dan
Utusan Khusus PBB Jamsheed Marker yang asal Pakistan.
        Begitu luasnya kemungkinan otonomi, yang kelak didiskusikan lebih jauh
lagi oleh ketiga pihak September mendatang. Namun yang pasti, seperti
dilaporkan
wartawan Jawa Pos Ramadhan Pohan dari Markas PBB tadi malam, proposal
otonomi Timtim yang digagas Indonesia telah mendapat respon bagus dari
Portugal
maupun PBB. Khusus kepada wartawan Indonesia, Menlu Ali Alatas memberikan
waktu untuk wawancara, di PTRI New York, Kamis pagi WIB. Menlu Alatas
didampingi oleh Watapri New York Makarim Wibisono, Dirjenpol Deplu Nugroho
Wisnumurti, dan Dubes Keliling Lopez da Cruz. Berikut petikannya:

Tanya: Anda telah menyebutkan tentang otonomi luas itu.  Masih belum jelas
apakah RI-Portugal akan melihatnya sebagai bagian akhir solusi atau masih ada
usulan-usulan tambahan. Tetapi sikap kita khan sudah jelas, referendum tidak
akan pernah ada?

Ali Alatas: Jadi begini, posisi kita tetap. Sampai sekarang tetap, dari dulu
tetap:
Bahwa yang kita usulkan itu, kedudukan special province atau special otonomous
region of East Timor dengan wide ranging autonomy itu harus merupakan
penyelesaian akhir. Enggak ada lagi referendum setelah sekian tahun dlsb.
Sebab
menurut kita, cara referendum itu, walaupun kedengarannya sangat demokratis,
tapi dikaitkan dengan keadaan konkrit di Timtim, dikaitkan dengan sejarah
perpecahan dan pergolakan di Timtim selama ini, pertentangan antar berbagai
kelompok. Kalau kita menempuh jalan referendum, justru akan menjauhkan kita
dari suatu penyelesaian yg damai. Sebab apa? Sebab referendum ini hanya
cenderung akan mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada. Akan menimbulkan
kembali atau membuka kembali luka-luka lama. Kalau kita, misalnya, sekarang
mengatakan seperti yg diusulkan oleh beberapa pihak, kita laksanakan dulu
otonomi luas special province selama 5 tahun atau 10 tahun. Nah setelah 10
tahun
akan kita adakan referendum lagi. Itu sama artinya kita menanam bibit-bibit
perpecahan selama 10 tahun itu. Sebab apa yang akan terjadi, orang-orang
Timtim
akan mengatakan: Oh, ini bukan penyelesaian akhir, 10 tahun lagi penyelesaian
akhir, sebab khan akan ada vote atau referendum? Maka mulai sekarang mereka
mulai mengelompok, mencari kekuatan, saling mencurigai. Jadi selama 10 tahun
bukannya terjadi rekonsiliasi dan kedamaian dan pembangunan seperti yang kita
kehendaki demi kepentingan rakyat Timtim, bahkan sebaliknya, kita menanam
bibit-bibit perpecahan, dan selama 10 tahun akan terus tidak tenang. Maka dari
itu
kita katakan, yg kita usulkan itu, terimalah sebagai penyelesaian akhir.
Seperti
halnya di Filipina Selatan, 23 tahun Moro National Liberation Front berjuang
untuk menjadi merdeka bagi pulaunya yang 10 kali lebih besar dibandingkan
Timtim, namanya Mindanao yang kaya pula. Mereka 23 tahun berjuang, dan
akhirnya mereka pun menerima kenyataan bahwa mereka nggak bisa berdiri
sendiri. Mereka memilih otonomi luas dengan suatu propinsi-- sebagai hasil
akhir.
Sekarang itu sudah dilaksanakan. Di Bougenville, selama 8 tahun, berjuang
terus
untuk seperate state,akhirnya sekarang mereka terima kenyataan bahwa mereka
nggak bisa berdiri sendiri. Otonomi luas. Jadi apa yang kita usulkan itu bukan
yang "outrageous", yang tak masuk akal atau tidak adil. Khan sesuai dengan
trend
dunia, banyak yg menerima itu. Lagipula, siapa bilang yang mau independen itu
mayoritas. Tadi khan saya bilang (di depan wartawan asing dalam jumpa pers di
Markas PBB, red) , di Timtim ada 800 ribu populasi. Ya memang yang banyak
berkaok ya bangsanya Ramos Horta. Katakanlah dia punya 10 ribu, 20 ribu, saya
katakan 100 ribu-- saya nggak percaya dia punya pengikut 100 ribu. Katakanlah
100 ribu, itu berarti masih ada 700 ribu yang di Indonesia yang belum tentu
mengikuti dia. Ya toh. Lalu dia (wartawan asing, red) bilang, tapi usulan
Indonesia
tidak sesuai dengan hati nurani rakyat Timtim. Hati nurani takyat Timtim yang
mana? Mereka lupa dan menganggap bahwa Timtim adalah Ramos Horta.

Tanya: Otonomi khusus model mana?

Ali Alatas: Ada banyak model. Tetapi setiap bentuk otonomi itu harus
disesuaikan
dengan kondisi setempat. Misalnya, kita telah ikut membentuk model otonomi
untuk Filipina Selatan. Kita sudah ikut, khan kita yang mediasikan. Tapi itu
saja
sudah akan berlainan dengan Timtim. Karena kenyataan, tuntutan di Filipina
Selatan lain dibandingkan Timtim. Misalnya di Filipina Selatan, otonomi,
karena
sebagai agama minoritas, Islam, mereka merasa bahwa mereka ditindas oleh
mayoritas Kristen, dan mereka menghendaki di tempat-tempat dimana mereka
lebih banyak Islam, mereka diberi otonomi. Di Timtim khan, terbalik. Itulah
sebabnya kita katakan kita bersedia mengadakan negosiasi, pembahasan.

Tanya: Tidak seperti Aceh?

Ali Alatas: Yang jelas tidak. Lebih dari itu. Kalau secara praktisnya, mungkin
satu
draft akan datang dari Sekjen PBB, draft pertama, akan disampaikan kepada
Senior Official kita. Kita khan masing-masing membawa pengalaman kita,
pandangan kita. Ini diubah. Ini yg akan terjadi. Itulah sebabnya saya, dalam
minggu-minggu pertama, mencoba sekuat tenaga untuk mengoreksi salah tafsiran
dengan menunjuk dari semula. Kita dari semula saya mengatakan, kita bersedia
merundingkan, bisa ditarik kesimpulan, ini  bukan merupakan suatu tawaran yang
unilateral. Jadi dirundingkan, suatu bentuk otonomi yang internasional. Kedua,
ini
bukan sesuatu yg sama dengan Aceh dan Yogya.

Tanya: Semua terserah Sekjen PBB?

Ali Alatas: Lho, mengapa terserah Sekjen. Ini seolah-olah dalam negosiasi itu,
kita
akan pasip. Asumsi Anda khan begitu. Kita yang aktif, otonomi itu ide kita.
Jadi
kita sudah aktif, bukan pasip. Sekarang mereka mempelajari. Kita ada satu teks
dari Sekjen. Tapi ini ide kita khan. Pasti kalau teks itu nggak sesuai dengan
kita,
kita akan ubah.  Kita yang usulkan kok. Dia tahu betul bahwa Indonesia nggak
bisa
dimain-mainkan dengan soal otonomi. Kita yg bikin otonomi di Filipina Selatan
kok, tanpa PBB ikut.

Tanya: Tim diplomat RI yang sukses di Mindanao akan diturunkan?
Ali Alatas: Mungkin sekali. Ada semua, Hasan Wirayuda, Wiryono, ini juga
Nugroho Wisnumurti. (Nugroho menambah komentar Menlu Alatas, bahwa Sekjen
akan datang dengan proposal yang tentunya memperhatikan posisi semua pihak,
termasuk hasil dari perundingan sebelumnya, red).

Tanya: Ada pendapat kita membikin langkah drastis, karena krisis.
Ali Alatas:  Kalau dengan krisis, tidak. Kalau mau dikaitkan dengan suasana
reformasi yg sekarang hidup di tanah air kita, dimana kita melihat semua
policies
kita, melihat yg mana bisa kita perbaiki, Anda benar. Kita mengusulkan ini
bukan
karena kita terjepit, krismon. Bukan. Sebab semua orang tahu bahwa kita sudah
mempunyai ide ini jauh sebelum krismon. Tapi tidak bisa terlaksana, karena
pada
waktu itu suasana politik kita tak memungkinkan kita berpikir ke arah itu.
Sebab,
untuk maju dengan suatu usul seperti ini khan harus mendapat kesepakatan dari
banyak pihak, jangan hanya pimpinan saja. Ini khan menyangkut ABRI,
Kemdagri, Polkam. Juga pimpinan. Sekarang dalam suasana sekarang, dimana kita
akan memperbaiki banyak hal, yang dulu nggak bisa kita lakukan
Tapi Ramos Horta bilang, ''They spend USD 1 billion a day.'' Dari mana dia
ngomong begitu, masak kita spend begitu (di Timtim,red)
Dalam visualisasi kita, kalau otonomi yang luas itu, di Timtim mereka boleh
mengatur diri sendiri di hampir semua bidang. Hanya 3 atau 4 bidang-- ini
menurut model-model international-- yang mereka tidak bisa peroleh: Politik
Luar
Negeri, tak bisa punya menlu sendiri, 2) externally defense, hankam ke luar 3)
wewenang di bidang mata uang, fiskal dan moneter.
Lain-lain bidang, teoritis, mereka boleh mengatur dirinya sendiri. Berarti
kalau
mereka menghendaki demikian, mereka mendirikan partai sesuai kehendak
mereka, belum tentu harus mengikuti partai yang ada di pusat. Boleh ada.
Prinsipnya mereka boleh dirikan sendiri, berwewenang untuk mempunyai partai
sendiri.
Tanya: UDT, Apodete?
Ali Alatas: Boleh kalau mereka mau hidupkan lagi.
Tanya: Fretilin?
Ali Alatas: Silahkan. Sekali kita kasih otonomi, itu wewenang mereka. Jangan
kita
setengah-setengah. Tapi juga mereka harus memikul konsekwensinya sendiri.
Hancur-hancurlah. Hancuran sendiri kok. Nggak bisa lagi mengatakan ini adalah
ulah Jakarta.
Satu hal harus diakui bahwa itu bukan karena kita. Kopassus  nggak ada lagi,
ABRI nggak akan ada lagi di situ. Jadi kalau ambruk, ambruknya berarti
orisinil
itu. Polisi, mereka boleh.

Tanya: Pengadilan?
Ali Alatas: Pengadilan di  berbagai model lain-lain. Pengadilan tingkat
pertama,
boleh sendiri. Pengadilan tingkat kedua, banding atau MA, harus satu dengan
negara kesatuan.''

Tanya: Menarik, soal Ambruk?
Ali Alatas: Ya kita tidak harapkan. (Nugroho menambahkan: Yang ambruk, salah
sendiri. Kalau sukses, juga karena usaha sendiri)
Ali: Jadi motivasi yang seyogyanya mengilhami semua patriot Timtim, kalau
sudah
mendapat wide ranging autonomy, justru untuk membuktikan you can run our
country yourself dengan baik. Kita tunjukkan bahwa kita mempunyai sistem
pendidikan yang baik. Sistem ekonomi yang baik. Buktikan.Kalau ambruk, tentu
tidak akan kita biarkan.
Soal otonomi, sekarang akan dinegosiasikan.

Tanya: Kalau ada pihak yang ingin  mengajukan proposalnya?
Ali Alatas: Nanti, melalui Sekjen. Melalui kita bisa juga. Sebab kita khan
juga terus
kontak dengan orang-orang Timtim yg memang di Indonesia. Jadi yg selama ini
mereka di luar negeri: Seolah-olah suara Timtim is Ramos Horta.
Ada satu perbedaan yang belum diatasi. Andaikata selesai pembicaraan sampai
akhir tahun ini, kita tahu persis apa isinya otonomi, tahu persis segala
elemen,
unsur-unsurnya dlsb, masih tetap tersisa satu pertanyaan: Penyelesaian akhir
atau
interim. Sebab mereka masih menyatakan, ini kita terima, tetapi setelah 10
tahun
masih akan ada semacam referendum atau semacam  assesment..
Jadi masih ada satu hal  yang, itu jangan lupa, nggak usah ditonjolkan. Jika
itu kita
tonjolkan, dari semula kita sudah macat. Makanya kita mengatakan dalam
kesepakatan, butir, agreed  to hold in-depth discussions on Indonesia's
proposals for
a special status... without prejudice to their basic positions of principle.
Itu harus
masuk dulu. Berarti bahwa dalam satu hal kita masing-masing berpegang pada
posisi prinsipil. Sudah tahu itu. Kita tak usah menutupi, tapi kita juga tak
usah
membesarkan itu. Sebab kita tahu itu sebagai suatu fakta. Pada akhir indepth
discussion ini kita masih harus.

Tanya: Harapan Anda sebagai Menlu?
Ali Alatas: Usulan kita bisa diterima sebagai penyelesaian akhir. Begitu itu
diterima, bisa kita laksanakan itu. Menurut kita, tercapailah suatu
penyelesaian
yang paling realistius, paling praktis, dan yang paling peaceful, damai of
East
Timor. Tapi kalau nggak bisa cepat  secara realistik nggak bisa cepat-- paling
sedikit kita telah meletakkan dasar-dasar untuk penyelesaiannya. Itu harapan
saya.
Sehingga whoever becomes the next government after our election, khan new
government, new president, new vice president, new cabinet, new laws, mungkin
kabinetnyua juga koalisi. Nah paling sedikit, mereka sudah ada suatu dasar.
 \Tanya: Soal Xanana? Implikasi politik dari Komunike dengan Xanana dan
tahanan politik lain?
Ali Alatas : Dia tidaki eligible. Dia itu dianggap telah melakukan hal-hal
yang dapat
dikategorisasi sebagai criminal acts, membakar desa-desa, mencuri peternakan
selama bertahun-tahun, di samping secara terbuka mengusulkan  separatisme atau
makar. Itu semua tercatat di dalam kitab hukum pidana kita sebagai delik-delik
pidana. Dia itu diadili atas dasar itu. Sedangkan yang lain-lain, yang kita
lepas
(Timtim). Mereka hanya demonstrasi, seperti Hidup Fretilin! Hidup Xanana!
Ditangkap dan masuk penjara. Ini pure political. Mereka bisa dilepaskan. Tapi
Xanana di samping itu, juga melakukan. Maka dari itu dia tidak termasuk
kelompok yang sedang kita bebaskan. Tetapi dia itu kita akui memegang suatu
peranan tentunya. Maka dari itu dia baru akan kita bebaskan sebagai bagian
dari
suatu penyelesaian akhir.

Reply via email to