Dear rekan-rekan,

Ini sambungan ceritanya.
Soal 'make sense' or not silahkan di'ramesi' sendiri.
=====================================================
PART II

2. Adu domba antar agama dirangkumkan Volodislavlich: Agama adalah hal yang
sensitif di Indonesia, sehingga pemerintah orde baru menempatkan adu domba
antar agama sebagai counter jika orde baru runtuh. Agama yang paling mudah
diadudomba adalah mayoritas Islam dan Kristen. Sedangkan agama Katolik
kelak akan menjadi agama yang paling dibenci pemerintah karena selain para
pastornya dianggap terlalu mencampuri urusan pemerintah, juga karena hasil
Konsili Vatican II di mana agama Katolik menyatakan bahwa Yesus hanya
menjadi juruselamat umat Kristiani, dan mengakui Nabi Muhammad sebagai juru
selamat umat Islam, Budha sebagai penyelamat umat Budha, dan lain-lainnya.
Pemerintah orde baru mengusahakan agar hasil konsili itu tidak tersebar
luas di masyarakat Indonesia. Intel-intel yang menyamar menjadi pendeta
Kristen juga mengajak umatnya untuk "bertobat" agar tidak seperti umat
Katolik yang mereka sebut sebagai penyembah berhala, juga provokator yang
menodai mesjid pun berbuat yang sama untuk mengajak umatnya membenci agama
lain. Provokator yang menodai gereja Kristen akan membuat aliran-aliran
Kristen baru garis keras yang hanya mengakui Yesus sebagai juru selamat
semua umat manusia, dan tidak mengakui nabi yang lain supaya terjadi
konflik antara Kristen dan Islam. Hal ini digalang selama bertahun-tahun
sehingga para umat beragama di Indonesia berpikir bahwa agamanya lah yang
paling benar dan melupakan fungsi utama agama sebenarnya untuk
berkomunikasi dengan Sang Pencipta, bukan untuk berselisih mempertahankan
agamanya. Sedangkan agama Budha dan Hindu menurut pemerintah orde baru
bukan merupakan ancaman serius, karena mereka lebih banyak mengurusi
kehidupan agama mereka sendiri, tidak terlibat dalam politik. Jika sampai
terjadi perang antar agama, pemerintah orde baru yang sudah runtuh bisa
lebih mudah melumatkan rakyat Indonesia, dan akan mempunyai kesempatan
membangun kembali pemerintahannya.

3. Penghancuran ekonomi secara total rangkuman Volodislavlich: Tidak
disebutkan di dokumen ini mana yang akan menjadi sasaran penghancuran
ekonomi, ia menganggap merosotnya nilai tukar mata uang rupiah dan
penghancuran Glodok adalah yang dimaksud pemerintah orde baru.

4. Mendirikan pemerintahan boneka setelah era orde baru runtuh

..dst"

Poin-poin yang ada di dokumen itu menurut Volodislavlich seluruhnya
berjumlah 58 poin, dan tidak akan cukup dijabarkan di sini. Ia berencana
menulis buku tentang hal ini apa pun resikonya, karena ia mengaku selama 11
tahun di Indonesia sudah sering sekali dibantu rakyat Indonesia. Tak
sedikit pula para sahabatnya yang  dulu menjadi informan yang sekarang
tinggal di Indonesia. Buku rencananya akan diterbitkan dengan judul
"Pro Maya Drug: Dasvidaniya!" yang mungkin akan diterjemahkan ke bahasa
Inggris menjadi "For My Friends: Goodbye!".

Yang paling menakutkan menurut Volodislavlich adalah poin ke 47 ke atas
mengenai rencana balas dendam terhadap rakyat sendiri. Semula ia tak
percaya bahwa pemerintah orde baru akan tega melakukannya, karena
sekejam-kejamnya Hitler pun saat itu membantai Yahudi, bukan bangsanya
sendiri. Tapi Volodislavlich menjadi ragu ketika ia mendapat kabar dari
salah seorang bekas informannya yang sekarang bekerja di kantor  dirjen
imigrasi di Indonesia yang menyatakan bahwa fiskal di Indonesia akan
dinaikkan dari Rp 1.000.000,- menjadi Rp. 4.000.000,- bulan Maret 1999 ini,
dan informannya itu pun mengatakan bahwa bulan November 1999 pemerintah
akan menaikkan lagi menjadi 8 juta rupiah. Volodislavlich menambahkan bahwa
dalam salah satu poin tersebut menyebutkan bahwa salah satu bentuk balas
dendam pemerintah orde baru yang runtuh adalah dengan mengurung bangsanya
sendiri untuk kemudian dibantai sampai habis, kemudian digantikan oleh
orang-orang yang pro orde baru. Dokumen itu menyebutkan pembataian
besar-besaran itu akan menggunakan cara meracuni air PDAM (sekarang
PAM-Red.) dan senjata biologi, dengan syarat semua rakyat yang menyebabkan
runtuhnya orde baru sudah terkurung.

Volodislavlich semakin yakin bahwa pemerintahan Habibie adalah bentuk
pemerintahan boneka Soeharto jika pemerintah Indonesia benar-benar
menaikkan tarif fiskal menjadi 4 juta. Karena disebutkan dalam dokumen
tersebut, salah satu cara untuk mengurung bangsa Indonesia adalah tidak
memperbolehkan mereka ke luar negri. Menurut pengamatan Volodislavlich,
jika rakyat masih memusuhi dan mengutuk Soeharto, jangan heran jika tahun
2000 fiskal mendadak naik menjadi 15 juta rupiah atau 20 juta rupiah.

Volodislavlich berujar bahwa menurut perkiraannya, Soeharto ingin melihat
Indonesia hancur total sebelum ia mangkat sebagai balas dendam terhadap
rakyatnya yang sudah kurang ajar terhadapnya. Habibie sudah mendapat
instruksi untuk jangan menggubris kecaman dunia internasional atau rakyat
terhadap kenaikan tarif fiskal ini, karena tujuan kenaikan tarif ini adalah
untuk menahan sebanyak mungkin warga Indonesia supaya tidak ke luar negri,
dan itu berarti akan makin banyak warga Indonesia yang akan dibantai oleh
gerakan bawah tanah orde baru kelak.

Ketika ditanya kapan pembataian besar-besaran itu akan terjadi,
Volodislavlich terdiam sejenak, kemudian ia menjawab, menurut dokumen
itu, pembantaian akbar akan terjadi 3 hari setelah Soeharto mangkat.
Volodislavlich juga tidak menjawab siapa saja tokoh pro orde baru di
Indonesia sekarang. Dia mengaku tidak tahu pasti karena ia sudah tidak
terlibat langsung dengan dunia intelijen, "Mungkin anda harus bertanya pada
para agen CIA yang masih mempunyai rasa solidaritas dengan rakyat
Indonesia" tambahnya. (cfd/kiev/021999)

Regards,

Pinkerton Indonesia
Suite 603, Menara DEA
Kawasan Mega Kuningan
Jl. Mega Kuningan Barat Kav. E.4.3 No.1
Jakarta 12950
Indonesia

Tel  : +62 (21) 576 1001
Fax :  +62 (21) 576 1002
For more information on Pinkerton, please visit
http://www.pinkertons.com
<http://www.pinkertons.com>

Reply via email to