-----Original Message-----
Sent: Thursday, 4 March 1999 2:07
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [riska-forum] Biadab & Chauvinism (45)


Setelah memposting tulisan "Life is Good " kemarin itu,
saya merasa menyesal entah kenapa. Sebaiknya saya
memang tidak menulis sesuatu tentang nikmatnya hidup
di negeri orang, pada saat negeri sendiri sedang terbenam
dalam kesusahan.

Jiwa rapuh saya makin tersiksa ketika saya pulang
dari kantor semalam. Seperti biasanya saya selalu
mendengarkan statiun BBC yg mengudarakan berita
di tengah malam mendung musim dingin yg belum juga
reda disini.Tadi malam saya tersentak mendengar laporan
koresponden BBC dari Ambon. Di latar belakangi suara
jeritan dan tangisan putus asa dan teriakan Allahu Akbar yang
serak dan terputus putus sang koresponden menceritakan tentang
betapa menggilanya pembunuhan dan pembantaian antar
manusia lantaran berlainan agama.

Kali ini orang muslim menjadi korban, dan para Ambon kristen
itu menjadi pembantai yang begitu sadisnya sampai tega
memotong jemaah muslim yang sedang sholat subuh dalam mesjid.

Tubuh saya lemas dan makin lemas. Apalagi setelah di antara
laporan yang bernada sangat pesimis dan getir itu sayup sayup
terdengar suara azan, Lalu entah kenapa tiba tiba saya sangat
marah.Dan saya harus ekpresikan rasa ini sebelum saya menjadi
gila...

Bagaimanapun saya adalah seorang muslim. Dan saya tidak akan
rela membiarkan manusia se iman yang tidak bersalah disana
di bunuh seperti lalat.

Saya menyetujui bahwa tantangan para anjing kristen di Ambon
sana pada umat Islam dijawab dengan jihad. Ya jangan biarkan para
buduk kriting dan pengangguran tidak berguna itu mempermainkan
nyawa manusia  muslim dengan sewenang wenang.

Saya juga makin marah mendengar wawancara sang koresponden
dengan seorang pemuda Ambon dalam bahasa Inggris bahwa
umat kristen bangkit dan melawan karena selama ini ditekan oleh
umat Islam," bahkan pemerintah membiarkan 500 gereja di bakar
tahun yg lalu " kata dia sambil membenarkan perjuangan mereka
menempuri masyarakat muslim di Ambon.

Anjing sok manise yang pemalas ini mestinya kita gampar karena
mulut konyol dan otak bego yng menyamakan pembakaran gereja
dengan intimidasi umat Islam terhadap Kristen.

Seperti kejijikan saya pada Islam extrimis dan pragmatis yang
selalu kena obsesi tentang " ke sewenang wenangan Kristen
terhadap umat Islam " dan pada para muslim muslim anjing
pembakar ratusa gereja itu, Saya juga muak dengan tingkah
laku Kristen Anjing seperti orang yg satu ini.

Ingin sekali saya menyarankan agar masyarakat muslim
meninggali pulau miskin itu selama lamanya. Dan jelas
setelah itu pulau busuk tidak berguna itu mesti diledakan
dan dihapuskan dari peta bumi.

Ingin sekali saya menyarankan agar Banser dan para
ormas Islam mendarat di Ambon seperti serdadu sekutu
di D-Day invasi menaklukan Nazi Jerman pada perang
dunia kedua untuk menumpas preman jahanam dan
menyelamatkan umat islam yang tidak bisa diselamatkan
jahanam ABRI yang sudah impotent dan tidak punya
kemaluan ( ABRI sibuk berkosmetik kekuasaan bagai
banci ) dan membawa mereka ke tempat yang aman.

Saya ingin meledak. Magma kemurkaan ini sudah
mendidih dan siap meletus melontarkan rangkaian
caci maki.

Tapi seperti sebuah takdir yg disiapkan, kemarahan
satu arah terhadap etnis maluku ini lenyap begitu
saya menemukan majalah time edisi 7 December 1998
yg saya temukan di Cox Hospital tadi, ketika saya
menjenguk Alan Roach yang sedang dirawat lantaran
terserang amonia.

Di halaman 54 terpampang 3 foto hitam putih dan laporan
Terrry Mccarthy koresponden Time Magazine tentang
kerusuhan di jalan Pembangunan I Jakarta.

Jiimmy Siahe, begitu nama Ambon yang pada foto pertama
nampak sedang berlari putus asa berdarah darah, dibelakangnya
nampak  massa yang mengejar dengan parang ,tombak,dan
samurai, beberapa orang juga nampak sedang mengayunkan
golok pada pria berkumis yang malang ini.

Di foto kedua, Jimmy nampak terlentang di aspal.Masa yang
mengejarnya ternyata berhasil meringkus laki laki yang berlumuran
darah ini setelah membacok tubuhnya berkali kali.Seorang pria
bertopi terbalik nampak jongkok di atas tubuh Jimmy sedang
sibuk menempelkan arit sebelum bersiap menyembelih leher Jimmy
yang kelihatan masih setengah sadar karena tatapan matanya yg
sentegah terbuka dan hampa.

Dalam laporan koresponden itu, diceritakan bagaimana
puluhan orang merajam dan membiarkan Jimmy mati perlahan
sebelum menggorok lehernya.Seorang pengurus mesjid dan
koresponden itu sendiri berusaha mencegah anarki dan
pembantaian biadab ini, tapi masa yang terusik lantaran
merasa agamanya di hina ( Penghancuran jendela mesjid )
tidak bisa dicegah. Beberapa orang sibuk menghujamkan tombak
ke tubuh Jimmy, seseorang memotong telinga sambil tertawa
seorang lainnya mencongkel mata. Sedang pria bertopi yang
akhirnya menghabisi Jimmy di foto ke tiga nampak menangis
terharu.Mereka merasa membunuh Jimmy adalah sebuah
Jihad lantaran membela agama.

Pembunuh sadis itu berdekapan dengan sesama
pembunuh lainnya sambil tersiak isak." It was hard to figure
out where that grief was coming from" kata Nachtwey, juru foto
Times " they were almost manufacturing it to justify their actions"
BIADAB..!!

Saya mengakui bukan orang Ambon atau Jawa atau suku manapun
biang anarki yg sedang terjadi di tanah air. Tapi penganut agama
yang salah kaprah....

Ya penganut tolo yang mentuhankan  agama dari pada Tuhannya
sendiri adalah biang kerok segala kerusuhan ini.

Itulah sebabnya saya tidak bosan mengkritik orang beragama
yang selalu memimpikan sebuah religious state yang kekanak
kanakan. Seperti si Ahmad Sudirman yang berteriak dari Swedia
tentang UU madinah tentang Islamic state yang konyol ,
( berteriak tentang negara Islam dari negara kristen sekuler?)

Atau pembela Kristen di SCI yang mati matian mencoba
menekan kepercayan Islam sambil berkampanye tentang
Yesus dan sebangsanya.

Fakta membuktikan bahwa cuma di negara negara yang
mayoritas masyarakatnya sibuk memuja simbol simbol
agama seperti di Arab,India,Pakistan, Aljazair dan Indonesia
justru para penganutnya saling baku hantam dan membunuh
manusia lantaran perbedaan agama. Begitu juga di Jugoslavia,
Iran, India,Sudan ..

Fakta membuktikan justru di negara sekuler yang memisahkan
agama dengan negara, penganut agama justru lebih tenang
dan damai dalam menjalankan ibadahnya.

Bahkan di negara negara komunis seperti Cuba, China
dan bekas komunis Rusia, penganut beragama yg berbeda
juga masih bisa merayakan imannya secara aman.

Jadi tidak salah bahwa Habibie, Adi Sasono , Sumargono
dan para Islamic phobic buduk lainnya adalah memang orang
gila yang ingin menjerumuskan Indonesia kedalam bencana
baru bernama Islamic State.

Seperti juga preman kristen di Ambon yang sinting itu,
mereka mereka ini adalah segerombolan penyamun yang
berkedok agama sebagai medium mencapai kekuasaan
yg lebih besar.

Chauvinism ( pemberhalaan terhadap state ) juga bukan
milik para nasionalis bajingan yang tenggorokannya
penuh ludah etos kepahlawanan tolol seperti yg terjangkit
pada ABRI dan bedegul lainnya di kabinet sana.

Chauvinism juga masuk dalam kalangan orang beragama.
Sekelompok manusia yang kepalanya tidak berbenak,
yang bisanya cuma  berak melalui mulut berkoar koar tentang
Islam atau Kristen tanpa mengerti bahwa diatas segala
galanya moralitas adalah ukuran segala agama. Toleransi
adalah batang harmonisasi kerukunan beragama.

Chauvinism selalu melahirkan kebiadaban.

Oleh sebab itu sudah saatnya orang yang mengaku beragama
mundur dari segala macam kampanye tentang agamanya..

Oleh sebab itu sudah saatnya negara kita memisahkan
secara jelas antara agama dan negara...

Oleh sebab itu sudah saatnya kita berhenti mengekpos
simbol simbol agama,pernik pernik agama karena
semua itu mematikan kreatifitas manusia untuk
bisa berpikir bebas selain mengganggu ketentraman
penganut agama yang berbeda...

Oleh sebab itu Jangan ada lagi pelajaran PMP dan
agama di Indonesia. Jangan biarkan Panca Sila
menjadikan generasi muda menjadi generasi neo chauvisnit
yang cupet dalam berpikir. Dan biarkan agama cuma
diajarkan oleh orang tua dan guru mengaji atau sekolah
minggu di gereja.

Biarkan kita merdeka dari religi dan chauvinism..
Setelah itu baru kita merasa menjadi manusia
beradab bukan biadab..



Hasan Basri

Kirim email ke