Daripada dibilang cuman ngritik, nih ane bikin agenda yg adil buat SELURUH lapisan
masyarakat. Bukan untuk selapis masyarakat doang. Entar dibilang ane sebel sama
 tante ida pan ane nyang repot tho. Kemarin udah dikasih 8 pentung je....
Berhubung Bung Blucer nyinggung soal ek dan dikbud, ya mari kita turuti plo diskusi:

- Eh, ini point titipan ane yg penting, ndak ada urusan sama pendidikan.
  Jangan malu untuk terapkan konsepnya Adi Sasono itu. Ane kurang sreg dg siapa
  dia berafiliasi. Tapi programnya tentang ekonomi kerakyatan perlu dicontek.
  Seperti pernah ditulis Bung Vincent waktu si Clinton nyontek programnya Bush,
  siapapun presiden mendatang mesti laksanakan itu program..... Kalau ndak ada
   kesenjangan sosial, maka kejadian Mei juga ndak akan terulang.
- Berikan prioritas-prioritas pada kelompok masy. tertentu untuk menikmati porsi
  lebih di bidang pendidikan. Untuk yg sudah punya kemampuan setaraf ya jelas
  nggak perlu porsi khusus. (Nah, ini kan diskriminasi juga ya?).  Contoh, di
  wilayah Jakarta free competition dapat dilakukan thd penduduk Jakarta sendiri,
   tapi perlu jatah dari wilayah lain untuk masuk ke sana. Tapi sebaliknya misal
  di Jabar, porsi wilayah untuk Jakarta perlu dikurangi. Toh di Jakarta sendiri
  univ beken juga banyak. In turn (yaaaaa...bikin paper nih), univ lokal baik
  swasta dan negeri juga dapat mahasiswa tokcer dari wilayah sendiri. Temtunya
  diharapkan PT naik gengsinya (eh, bukan banyak-banyakan mobil yg parkir).
- Di bidang pendidikan tinggi, perlu dilanjutkan pelaksanaan DISKRIMINASI, yaitu
  pembobotan yang selama ini dilaksanakan, dan disempurnakan. Konsep yang
  ada sebetulnya sudah bagus. Bung Blucer dan kebanyakan rekan-rekan melihatnya
  cuman sepotong, yaitu dilihat dari sudut adanya diskriminasi thd WNI Keturunan Cina.
  Ini yg repot. Kan semua ada pembobotan. Misal di kawasan Kalbar atau Bangka, di
  sana keturunan Cina hidupnya susah. Nah, berdasarkan pembobotan antara
  faktor etnis dan penghasilan kan dapat disesuaikan berdasarkan wilayah. Ndak
  susah bikin yg kayak gini. Misal di sana bukan 5% tapi dibuat 20%. Kalau di Jawa
  gimana? Bikin 1 % saja. Soalnya penghasilan besar, dan sudah tersedia univ.
  swasta dengan mutu yg baik (lihat lagi peringkat univ versi straight times itu).
  Nanti ada yg nanya, kan ada juga yg miskin di pojokan glodok? Weleh.... lha ini
  yang namanya mau menang sendiri dan bersembunyi dibalik kata diskriminasi.
  Yang namanya Karsiyem yg hidup di pojokan jembatan lebih banyak lagi. Lagipula
  yang ini yg ditampung oleh 1% itu. Point saya, jangan menempatkan istilah 
diskriminasi
  sebagai senjata. Perlu dilihat konteksnya tho?
- Saya nggak tahu sejauh mana diskusi "demokrasi terbatas (hehe...)" ala tante Ida.
  Yang saya tangkap sih mau mendefinisikan ulang tatanan moral. Kita jangan
  terjebak LAGI dengan berbagai omong kosong tatanan moral itu. Sekarang
  gini deh. Apa sih yang jelek dari P4 itu? Yang jelek kan karena itu produk
  ORBA, dan programnya dipaksakan sehingga kita-kita jadi eneg tho?
  Satu lagi, Pancasila apa sih jeleknya? Itu kan cuman pajangan nilai universal?
  Tiap negara juga punya yg sejenis. Jadi sifatnya ombyokan. Dimana-mana ada.
  Yang jelek kan karena DIPAKSAKAN sebagai satu-satunya azas tho?
  Lha wong sebelum ORBA yg namanya Pancasila ya biasa-biasa saja. Kita
  nggak perlu buang-buang energi buat yg kayak ginian. Biarin aja deh...pusing
  amat. Tiap kali kita bikin definisi moral, wah repot...ndak maju-maju kita ini.
  Negara lain ngomongin gimana pergi ke Mars kok kita mau ngomongin
  gimana supaya tetangga nggak tersinggung, gimana toleransi ditingkatkan.
  Waduh.....P4 sudah mendefinisikan secara detail. Dan itu sudah lebih dari
  cukup. Enough....more than enough... no more lah...wis eneg....
  Lalu P4 dikemanain? Nah...ini dia.... ORBA ngabisin uang banyak untuk bikin
  dan bahas ini binatang. Nurut saya, lha wong itu kan nilai unversal, ya jangan
  dihapus ah. Biar aja. Mau diganti nama juga boleh, tapi proses pengidentifikasian
  nilai-nilai bangsa (cieeee) udah dibikin proyek dan sudah ada konsep & juklak.
  Tinggal gimana kita adapt, walaupun saya rasa juga ndak perlu. Soale kalau
  mau bikin identifikasi baru...wah jadi proyek baru.... Ane ndak setuju!!!!
  I said enough!!! (Tuh ikutan ngasih pentung banyak....). Mending duitnya
  buat bikin jalan baru....
- Balik lagi ke tatanan moral buat bidang pendidikan itu. Biarkan saja yang
  beginian. Soale sebetulnya sih biasa-biasa saja. Dan kita jangan menjadikan
  yang biasa jadi istimewa. Yang lebih perlu gimana caranya beli fasilitas kampus.
  Gimana mahasiswa dapat berkreasi. Gimana caranya software-software
  pendidikan dapat terbeli, dan mahasiswa dapat menggunakan dengan bebas.
  Ndak kayak sekarang semuanya serba bajakan. Hasilnya ya jelas nggak bisa
  dibikin presentasi ke LN. Entar ditanya punya lisensi apa endak...
- Soal ide Bung Blucer yg menyerahkan masalah PT ke propinsi setengah baik
  setengah nggak baik (tentunya nurut saya). Propinsi bisa bikin subsidi untuk
  PT tertentu (baru atau lama). Nanti penduduk khusus misal Jateng punya SUOJT
  at Purwodadi. (State University of Jawa Tengah...hehehe....). Nanti biar penduduk
  Purwodadi dapat menikmati subsidi pemerintah daerah Jateng itu. Nanti Sumbar
  juga bisa bikin University of Sumbar at Bukittinggi. Misale......
- Lha existing univ gimana? Biar saja ditangani seperti semula. Kalau propinsi
  mau subsidi juga boleh saja. Wong nyumbang kok ndak diterima. Dan jangan
  pula diswastakan. Wong disubsidi saja sudah megap-megap kok. Jadi kita
  bikin kebijakan ini seperti bank itu..... Kan ada BPD-BPD dulu itu lho....
  Nanti kalo univ yg sudah pada bagus dipake eksperimen kayak rencananya
  Bung Blucer malah tambah ngaco siapa yg tanggung jawab? Jadi yg sudah ada
  biar saja jalan. Hitung-hitung kita bikin 2 jalur perbaikan tho?
- Lalu kebijakan UMPTN gimana? Eh, jangan sembarangan ngutak-ngutik.
  Itu dulunya kan kerja sama antar univ. untuk menghadang orang-orang pinter
  macam Bung Blucer dan Tante Ida supaya jangan tamak ndaftar di berbagai
  universitas. Lha kalau diterima semua, padahal ponakan ane udah telanjur
  ditolak gimana dong. Lha wong swasta juga mahal. Kalau mau modifikasi
  mungkin bisa, tapi kalau mau ganti dg sistem baru, ane curiga cuman untuk
  gengsi pejabat baru, atau dijadikan simbol untuk merontokan ORBA. Weleh...
  wong urusan masa depan orang kok dijadikan simbol lho....jangan sampe lah.
  Yang perlu adalah "tindakan", bukan sekedar simbol.
- Ya moral cerita nih. Ini buat tante ida. Supaya ndak lupa, ide-ide fresh sangat
  diencourage deh. Saya sendiri sebagai student merasa salut dg semangat
  adik-adik (hehehe...ngamuk'o kono). Tapi jangan lupa, setelah ide-ide fresh
  anda diidentifikasi lalu dicocokkan dg kebijakan masa lalu dan masalah-
  masalah yg ada. Lha ini yg saya bilang bahwa kita jangan sungkan nimba
  ilmu dari pejabat ORBA. Jangan lalu memperlakukan mereka seperti kurap.
  Transfer pengetahuan kan menghilangkan proses trial & error yg makan
  waktu tho? Contohnya program CBSA. Teorinya sih muluk. Siswa disuruh
  aktif, tapi dasare setelah sekolah mesti ngarit. Waktu
  untuk mempersiapkan diri untuk hari berikutnya jadi nggak ada. Alhasil
  waktu gurunya nanya "Any thought...any comment..?", tetep saja muridnya
  terdiam seribu bahasa (welah malah nyanyi). Mau ngomentarin apa....
  paling komentar kemarin ngarit dapet 3 keranjang. Nah, inilah yang para
  ahli seperti mbak Ida mesti pikirkan, gimana ngakalin juklaknya.
- Nah, tadi ane bilang juklak. Memang ide-ide yang sifatnya strategis tapi
  umum perlu juga dipaparkan. Cuman sejauh ane lihat, sebetulnya ide
  strategis yg paling canggihpun sudah dipikirkan oleh pendahulu. Mereka juga
  pake metode transfer pengalaman juga dari negara-negara lain. Nurut
  ane yg lebih perlu adalah ide strategis lapangan kayak juklak itu. Macam
  gimana ngakalin supaya siswa agak aktif, ndak perlu muluk-muluk siswa
  jadi uaktif, di lain pihak gurunya dapet masukin ilmu itu ke kepala siswa.
- Udah panjang euy....daag tante... dadah....


Salam,
Jaya


--> I disapprove of what you say, but I will
    defend to death your right to say it. - Voltaire

               \\\|///
             \\  - -  //
              (  @ @  )
------------oOOo-(_)-oOOo-----------
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
--------------------Oooo------------
           oooO     (   )
          (   )      ) /
           \ (      (_/
            \_)

Kirim email ke