Suara Merdeka Online
********************************************************************
Lebih Banyak Pejabat yang Eksodus

JAKARTA- Ketua Umum Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) Rosita S
Noer memperkirakan lebih banyak pejabat atau mantan pejabat dan
keluarganya yang siap melakukan eksodus ke luar negeri daripada WNI
keturunan Cina.

"Mereka semua ingin cari selamat karena merasa takut dan terancam atas
situasi di dalam negeri yang sering dilanda kerusuhan dan tak menentu,''
kata Rosita dalam dialog dengan wartawan, di Jakarta, Sabtu kemarin.

Dia menanggapi kecenderungan eksodus warga negara keturunan ke luar
negeri.Selain Rosita, hadir Wakil Sekum Krissantono, Ketua Departemen Sosial
Budaya, Agama, dan Pendidikan Mohammad Sobary, serta Ketua Departemen Humas
Anton Indracaya.

Dia mengaku mendapat informasi dari pernyataan pejabat atau mantan
pejabat itumenghadapi pemilu mendatang. Bahkan sudah memjadi pembicaraan keseharian
tentang rencana mereka pergi ke luar negeri menjelang pemilu nanti.

"Dalam keseharian mereka banyak omong tentang rencana pergi ke luar
negeri. Jika kita buktikan lagi, waktu terjadi pelarian modal ke luar
negeri, justru yang terbanyak dilakukan oleh pejabat bukan oleh orang
keturunan. Kalau ada jumlahnya tidak
banyak.''

Salah satu pejabat yang telah "menyelamatkan diri'' ke luar negeri
adalah anggota DPA dan mantan Gubernur Timtim Mario Viegas Carrascalao yang
telah berada di Makao karena merasa dirinya dan keluarganya terancam bila
tetap bermukim di Indonesia. Sedangkan mantan Pangkostrad Prabowo sudah
beberapa bulan ini berada di Yordania.

Rosita mengaku memiliki data mengenai para pejabat atau mantan pejabat
yang telah mempersiapkan diri dan keluarganya untuk ke luar negeri dalam
menghadapi keadaan yang tak menentu di Indonesia. Tetapi dia tidak
bersedia menyebutkan nama-namanya.

"Dalam berbagai pertemuan, saya dengan para pejabat atau keluarganya,
pertanyaan yang sering muncul adalah mau ke mana saat kampanye pemilu
nanti,'' katanya. Ia juga menyebutkan salah satu negeri yang akan
dikunjungi mereka adalah Australia.

Rosita menegaskan, kecenderungan warga negara yang pindah ke luar negeri
akibat kurang tegasnya Pemerintah dan TNI dalam menuntaskan berbagai
peristiwa kerusuhan.

Sedangkan Anton Indracaya menambahkan, WNI keturunan Cina yang ke luar
negeri sedikit. "Meskipun ada rasa takut yang tinggi, mereka bisa
berpikir hidup di luar negeri itu biayanya lebih besar dan mahal. Mereka
banyak yang meninggikan pagar rumahnya dan membeli pesawat radio komunikasi
(CB = citizen band) untuk memantau keadaan, sekaligus membeli ransum lebih
banyak,'' katanya.

Benarkah Mereda?

Pada bagian lain, Rosita mengatakan, pencalonan kembali Presiden BJ
Habibie oleh Partai Golkar bukan masalah yang signifikan jika dikaitkan
dengan upaya meredam aksi kekerasan seperti pengeboman di Masjid Istiqlal.
Apakah betul jika Habibie tidak bersedia dicalonkan ke-rusuhan dan kekerasan
akan reda.

Diakui, cendekiawan Prof Dr Noercholis Madjid pernah mengingatkan agar
Habibie mencabut pernyataan kesediaan dicalonkan kembali. Pertimbangannya
waktu itu, untuk menghindari aksi lawan politik yang menggunakan kerusuhan
yang bisa menggagalkan pemilu.

Dia mengingatkan, ada kelompok-kelompok yang tidak menginginkan pemilu
berjalan karena secara politis kelompok penguasa itu ingin mempertahankan
kekuasaan.

Sambil mengutip pernyataan Cak Nur, dia membenarkan Habibie punya tugas
dan kewajiban untuk mengantarkan pemerintahan transisi ini pada pemilu
mendatang."Tapi apakah kalau BJ Habibie tidak jadi presiden, tidak ada lagi
pengeboman. Itu kan masih belum kita ketahui.''

Pernyataan senada diungkapkan Krissantono. Dia membenarkan insiden itu
cukup kental dengan masalah politis serta persaingan elite politik
menjelang pemilu mendatang.

Menurut dia, dicalonkan atau tidaknya Habibie bukan menjadi masalah yang
signifikan. Pasalnya, insiden itu terjadi secara tak terduga-duga
setelah Presiden Soeharto turun pada pertengahan Mei 1998.

Justru yang penting meluasnya insiden itu karena selama ini kasus-kasus
serupa tak pernah terungkap secara jelas. "Indisen Istiqlal ini jadi
momentum aparat untuk mengungkap secara tuntas serta meredam insiden,''
ujarnya.(ant,di-51c)

Kirim email ke