Seorang rekan menyampaikan pendapat bahwa cara pandang saya thd politik
selalu dari kacamata konflik. Jadi intinya rekan tsb memandang bahwa jauh
lebih baik ada konsesi daripada nanti ada deadloack.

Nah, ini dia. Saya sendiri dari kemarin juga bilang bahwa KOMPROMI harus
selalu ada. Cuma saya nggak mengira kalau komprominya sedemikian luas dan
mencakup semua elemen partai-partai dan TNI yang terlibat.

Bukan berarti bahwa bila saya tidak setuju dengan konspirasi global ini lalu
saya berharap semua partai main cakar-cakaran, tetapi marilah kita lihat
seberapa besar peluang untuk PENGAWASAN thd jalannya pemerintahan?

Kayaknya bila muncul koalisi juga tidak berarti harus ada konflik antara
pemerintahan dan oposisi. Memang kenapa mesti begitu? Okay-lah, marilah kita
duduk dalam bumi Indonesia dulu deh. Sikap korektif dari institusi macam DPR
apalagi dari MPR tidak akan dapat berjalan dengan baik. Mengapa? Karena di
dalam pemerintahan eksekutif juga akan terjadi sharing kekuasaan!

Dengan demikian, sikap korektif dari DPR mendatangpun sifatnya akan menjadi
sekedar pantas-pantasan daripada didahului oleh masyarakat yg tahu lewat
koran misalnya. Pola lama akan terjadi kembali, yaitu akhirnya DPR akan
malahan ikut menutup-nutupi kesalahan-kesalahan dari pihak eksekutif. Toh
sekaligus akan menyelamatkan teman sendiri yang menumpang di dalam lembaga
eksekutif tersebut. Sikap DPR akhirnya menjadi bias, dan bisa-bisa cuma
menjadi alat tawar menawar untuk mendapatkan jatah lebih banyak lagi. Hal
ini dilakukan di jaman ORBA, yaitu suara anggota DPR yang ribut dapat
diterjemahkan bahwa bagiannya masih kurang alias perlu ditambah lagi.
Therefore, wakil rakyat menjadi berfungsi sebagai parasit dan tukang peras.

Nah, itu dulu deh yang diperhatikan. Keberadaan sistem multi partai dan
tidak menemukan partai mayoritas tidak berarti harus muncul kerja sama.
Kerja samanya di bidang apa dulu? Kalau kerja sama dalam menggerogoti uang
negara sih.... wah, nggak ada kemajuan dong.

Yang namanya sistem oposisi juga bukan melulu kalau ada 2 partai doang.
Kalau banyak partai yg kalah ya banyak pula partai oposisi. Lalu apa
masalahnya? Rasanya tidak ada. Sistem oposisi ini bukan pula berarti
cakar-cakaran, berantam. Wah, enggak dong.

Selama ini kita tidak pernah terbius oleh sihir politik yg harus ada
dikotomi. Wah, justru sebaliknya. Kita tidak pernah ada dikotomi! Yang ada
adalah PDI-Suharto, Golkar-Suharto, PPP-Suharto. Bahkan dikotomi militer
dengan sipil pun tidak ada. Kita jangan terbius dengan si A dan si B kan
saudara, sama-sama bangsa Indonesia. Wah, itu adalah romantisme yang tidak
perlu. Ingat bung, mengawasi jalannya pemerintahan berarti juga ikut
membangun. Bukan berarti menghambat.
Memang ada kekurangan dari sifat bangsa Indonesia, yaitu menganggap oposisi
adalah musuh! Kita tidak pernah dibiasakan berpikir bahwa oposisi adalah
juga partner, yaitu partner dalam mencapai sesuatu yg lebih besar dari
kepentingan partai masing-masing (yaitu pembangunan itu). Contoh lain dari
kekurangan kita adalah kedewasaan berpolitik yg masih minim, contohnya?
Aberson dan Megawati yg main ancam mau walkout kalau tidak jadi presiden.
Lho bagaimana? Apa yg dapat kita harapkan dari politisi macam ini? Kita
tidak butuh politisi yang hanya mengandalkan JIMAT warisan karisma.


+Jeffrey Anjasmara


>---------- Forwarded message ----------
>Date: Mon, 4 Oct 1999 23:55:46 EDT
>
>Dari bincang@
>
>''Kok melihat politik itu selalu dari kaca mata konflik. Politik kan bisa
>diartikan kerjasama. Yang penting niatnya itu mau bagaimana? Mau menjadikan
>Indonesia itu harmonis, rukun, memperbaiki ekonomi rakyat dan menegakkan
>kedaulatan bangsa kan. Kalau politik itu diartikan harus beda, harus
>berantam
>dan musti cakar-cakaran, ya terserah lah.''
>
>Selama ini kita selalu terbius dengan sihir politik yang seolah harus
>mensyaratkan adanya dikotomi. Harus menciptakan musuh terus. Padahal bisa
>jadi si A atau si B dan lainnya itu  sebenarnya saudara kita. Sama-sama
>mencintai Indonesia dan ingin melihat ada jalan terang bagi keluarnya
>Indonesia dari krisis ini.

______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com

Reply via email to