sangat menarikkk menanggapi orang orang yang pro dan kontra dengan UU 
Pornografi...
  Apakah indonesia negara yang moralnya rusakkkk?? jawabnyaaa IYA..
  Salah satu indikator kerusakan itu adalah ketidakterimaan kita akan UU 
pornografii..
  Pertanyaan saya adalah knapa sih kita takut kalo undang-undang pornografi itu 
ada??
  karena kebebasan kita akan terbatass, ato karena sebagian artis ga bisa foto 
setengah telanjng/telanjang, ato sebagian kecil manusia di Bali tidak bisa 
mandi pake bikini dan ciuman,ato karena takut sebagian seniman tidak bisa 
melukis telnjangg lagi..kita bukanlah amerika, bukan eropa dan bukan juga arab. 
kita ini negara anehh, dimana negara kita mengakui adanya agama tapi agama 
tidak boleh memperbaiki moralll. negara aneh...
  apakah kita tidak berpikir berapa banyak remaja, anak kecil dan lainnya 
diperkosa..apakah kita masih menganggap merka adalahsebagian rakyat kecil yang 
tidak perlu kita perhatikannn..ato kah kia maih beralasan bahwa anak kita mauk 
ke klab malam dan manri-menari, dipegang-dipageng..
  kawan marilah kita setujui UU pornografi iniii...setidaknya satu harapan kita 
sebagai bangsa yang beragama...yaitu akan terjadi satu perubahannnn...apakh 
kita tidak  merasa monoton dengan khidupan yang itu-itu ajaaaa
  jangan lah takuuutttt..kamu agama kristen, agama budha, hindu dan isalmmmmm...
  kalo kiota baikkk maka kebaikannlah yang akan kita petikkk..percayalahhh
  he he he
  AKU PRO UU PORNOAKSIIIIIIII


  indonesia bukan islam, atau agama manapun!

indonesia adalah milik orang hindu, budha, kristen, islam, 
ahmadiyah, konghucu, tao, kejawen, spiritualism, dan atheis!

indonesia tidak bisa dibentuk menjadi negara agama, silahkan 
lihat reaksi keras penolakan RUU porno itu, toh dari kalangan 
umat islam sendiri, meskipun bali juga ikutan.

baru UU yang sekecil itu, bisa bikin negara heboh bagaikan 
kenaikan harga BBM!!
bayangkan kalau sampai ada UU lain yg lebih menekan 
ke-bhinnekaan negeri ini...menjadi indoslavia, alias mirip 
pecahan yugoslavia...

indonesia seharusnya menjadi negeri mandiri, dengan jumlah 6 
agama, 300 kepercayaan, 700 bahasa daerah, dan 13.000 
pulau.
tidak akan ada satu hukum adat atau agama manapun yg bisa 
mendikte negeri ini...

negeri ini harus tetap menjadi Jamrud khatulistiwa, tetap 
bersinar bukannya berdarah...








--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ikranagara" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Dear all;
> 
> Menarik bicara tentang pandangan heidegger yang dipakai 
sebagai 
> titik tolak oleh Bung Samsul Bachri ini. Meskipun menurut saya 
> fikiran-fikiran Martin Heidegger ini sudah kedaluwarsa. Yang 
masih 
> berjaya dari generasi filsufnya itu hanyalah Nietzche saja. 
> Karenanya saya akan menggunakan genealogi saja dalam 
membahas hal 
> ini.
> 
> Sistem nilai "Indonesia" yang ditawarkan oleh Samsul Bachri 
ini 
> dengan jelas mengungkapkan ke-Indonesia-an yang berawal 
dari Hamzah 
> Fansuri seorang penyair sufi kita. Tapi, bukankah kesufian 
Hamzah 
> Fansuri itu impor dari Timur Tengah, kalau tidak mau disebut 
dari 
> budaya Islam Arabiah? Dan dari nama Anda, Bung Samsul 
Bachri, saya 
> kira tidak akan salah jika saya menduga Anda penganut 
agama islam, 
> bukan? Tidak heranlah jika Anda menyangka ke-Indonesia-an 
yang ada 
> itu hanyalah yang seperti Anda bayangkan itu.
> 
> Cobalah mundur ke belakang lebih jauh kalau mau melacak 
genealogi ke-
> Indonesia-an kita, Bung Samsul Bachri!  misalnya saja ke 
zaman Hindu 
> kita yang melahirkan Mpu-mpu yang karya sastranya tinggi itu. 
Hal 
> ini bisa dilihat pada candi-candi, atau datanglah ke Bali. Anda 
akan 
> menemukan ke-Indones-an yang lain dari yang Anda 
bayangkan itu. 
> Tentu, Anda akan berkata: Lha itu kan impor dari India! Yang di 
> Menado bagaimana, kan di sana ada jelas impor dari Barat, 
sama 
> seperti yang ada di Ambon, bukan?
> 
> Jadi, ke-Indonesia-an kita ini memang gado-gado, apalagi 
kalau Anda 
> banyak Kalimantan dengan Dayaknya yang beraneka rupa. 
Atau ke 
> Toraja. Ke Papua. Ke Nias. Ke Batak. Ke Sumba. Ke Flores. 
Ke Ambon. 
> dst. Dst.
> 
> Bahkan kalau Anda mau datang ke Bali saja, ke tempat 
kelahiran saya 
> itu, akan Anda temu ke-Hindu-an orang Bali itu tidaklah sama 
dengan 
> yang di India lagi. Karena itulah mereka menyebutnya sebagai 
"Hindu 
> Bali." Di luar ini, masih di Bali lho!, ada komunitas Bali Aga 
> (=Bali Mula), yang sudah ada sebelum Hindu masuk ke Bali. 
Bahkan 
> komunitas itu kemudian terbentuk karena menghindari 
Hinduisasi. 
> Ditambah lagi ada gerakan agama yang lain yang mengaku 
aseli ajaran 
> nenek moyang Bali: salah satu ritualnya adalah dilakukan di 
suatu 
> lewat tengah malam tertentu dengan mengenakan topeng 
saja sebagai 
> penutup bagian tubuh yang bernama wajah, sedangkan 
bagian-bagian 
> lainnya dalam keadaan polos tanpa busana selembar benang 
pun.
> kenakan.
> 
> Oleh karena itulah para pendiri bangsa kita ktika menyusun 
UUD 45 
> itu pada akhirnya sepakat bahwa Piagam Jakarta yang isinya 
tugas 
> negara adalah menjalankan syariat Islam bagi para 
pemeluknya 
> akhirnya ditiadakan, demi kesatuan dan persatuan bangsa. 
Jadi, 
> negara kita bukanlah negara Islam, dan bahkan bukan negara 
agama, 
> melainkan "Indonesia adalah Negara Kesatuan berbentuk 
Republik 
> berdasarkan Pancasila." Jadi, kata NKRI itu ada di dalam 
undang-
> undang dasar kita. Dan Pancasila kita itu dalam makna 
budayanya 
> adalah "Bhineka Tunggal Ika," bukan?
> 
> Karena itu, ke-Indonesia-an yang ditawarkan oleh Bung 
Samsul Bachri 
> itu hanyalah salah satu aspek realitas budaya kita, tetapi 
bukanlah 
> satu-satunya, sebab aspek-aspek lainnya masih banyak dan 
harus 
> mendapat tempat dalam mozaik ke-Indonesia-an kita. Dan kita 
sebagai 
> pewaris bangsa ini, sebagai generasi penerus, berhak 
memilih salah 
> satu dari tatanan nilai budaya yang ada untuk kita pakai, tanpa 
> harus menafikan orang lain memilih yang lain. Malah, kita bisa 
> membuat gado-gado yang sedap rasanya! Dan gado-gado 
inilah dasar 
> dari proses penciptaan saya, tapi tentulah dengan target 
> menghasilkan yang sebisa mungkin adalah ke-saya-annya 
lebih kental 
> ketimbang gado-gadonya itu.
> 
> Ikra.-
> ======
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Samsul Bachri" 
<samsul@> wrote:
> >
> > > Seni Tidak Bebas Nilai
> > >
> > > http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=16
> > >
> > > Ismail F Alatas
> > > Mahasiswa Sejarah di University of Melbourne, Australia
> > >
> > > Indonesia tengah diguncang perdebatan publik seputar 
pornografi 
> dan
> > pornoaksi. Perdebatan yang dipicu Rancangan 
Undang-undang (RUU)
> > Antipornografi dan Pornoaksi, telah mengundang berbagai 
pendapat, 
> baik pro
> > maupun kontra.
> > >
> > > Di tengah maraknya antusias publik atas isu yang 
kontroversial 
> ini, hadir
> > suara-suara --baik dari kalangan budayawan, artis maupun 
praktisi 
> media--
> > yang menyerukan kebebasan berekspresi serta 
mengingatkan bahwa 
> kesenian akan
> > menderita akibat RUU tersebut. Menurut mereka, dalam 
ranah 
> kesenian, karya
> > seni yang bersifat pornografi sah-sah saja. Oleh sebab itu, 
karya-
> karya seni
> > harus diselamatkan dari RUU Antipornografi dan Pornoaksi. 
Namun, 
> satu hal
> > yang mereka telah lupa, bahwa seni tidak pernah dan tidak 
akan 
> pernah bebas
> > nilai.
> > >
> > > Kesenian bukan sekadar seputar keindahan dan 
kenikmatan 
> inderawi. Ia bukan
> > pula benda yang disuntikkan nilai-nilai estetika. Karya 
> pornografis yang
> > diberikan nilai estetika melalui pencahayaan, permainan 
gaya, 
> maupun
> > pelukisan tidak lantas menjadikannya sebuah karya seni.
> > >
> > >
> > >
> > > Kebenaran
> > > Seni, seperti kata filsuf Jerman, Martin Heidegger, adalah 
> sesuatu yang
> > menyodorkan kita sebuah kebenaran tentang ''Ada''. 
Kebenaran yang 
> tidak
> > bersifat teoretis maupun praktis. Sebuah kebenaran tentang 
konflik 
> antara
> > alam (earth) dan dunia (world).
> > >
> > > Bagi Heidegger, alam adalah entitas-entitas azali yang ada 
di 
> alam semesta
> > ini dalam arti sebenarnya, tanpa adanya 
pemaknaan-pemaknaan 
> manusia.
> > Sedangkan dunia dapat diterjemahkan sebagai budaya, 
yaitu sistem 
> makna yang
> > memungkinkan manusia memahami diri dan sekitarnya.
> > >
> > > Dengan demikian, seni adalah sebuah kreativitas 
manusia yang 
> membuka dunia
> > dari alam. Dengan kata lain, memberikan 
pemaknaan-pemaknaan kepada 
> alam yang
> > sebelumnya tidak bermakna.
> > >
> > > Tubuh manusia, misalnya, adalah sebuah bagian dari 
alam yang 
> bebas dari
> > pemaknaan. Pada saat tubuh manusia dilukis oleh seorang 
seniman, 
> terbukalah
> > dunia tubuh tersebut dengan munculnya 
pemaknaan-pemaknaan di 
> seputarnya.
> > >
> > > Berbeda dengan Heidegger yang menekankan bahwa 
kemunculan dunia 
> atas alam
> > dalam karya seni sebagai proses yang ambivalen. Saya 
lebih condong 
> pada
> > sentralitas sang seniman dalam membubuhkan 
pemaknaan-pemaknaan 
> pada karya
> > seninya. Akan tetapi, sang seniman tidak kemudian 
berfantasi 
> secara bebas
> > dan mendapatkan ilham karya seni dari negeri 
antah-berantah.
> > >
> > > Sang seniman, yaitu seorang manusia, adalah produk dari 
ruang 
> dan waktu di
> > mana ia berada. Ia merupakan objek dari sebuah 
super-sistem 
> metafisika,
> > ontologi, psikologi, dan sejarah yang membentuknya. Baru 
kemudian 
> ia menjadi
> > subjek dalam menciptakan karya seni yang pada hakekatnya 
juga 
> merupakan
> > kepanjangan-tangan dari super-sistem yang berada di 
ruang dan waktu
> > spesifik.
> > >
> > > Dengan kata lain, karya seni adalah sentuhan artikulatif 
dari 
> sebuah
> > pandangan-hidup yang telah terpatri dalam benak para 
seniman dan 
> karenanya,
> > ia sarat akan nilai-nilai partikulir.
> > >
> > > Jika kita melihat kembali pada perjalanan sejarah 
kesenian 
> Eropa, maka
> > akan tampak jelas bagaimana perubahan di tingkat 
super-sistem 
> menghasilkan
> > perubahan pada bentuk, subjek, dan tampilan seni. Pada 
abad 
> pertengahan,
> > karya-karya seni yang lahir di Eropa lebih menyodorkan 
cuplikan-
> cuplikan
> > biblikal. Trend ini menandakan mentalitas masyarakat 
relijius yang 
> berpegang
> > pada nilai-nilai luhur berlandaskan doktrin gereja.
> > >
> > > Dari karya seni, seseorang dapat menerka mentalitas, 
cara 
> berpikir,
> > pandangan-hidup, dan sistem nilai masyarakat kala itu. 
Seiring 
> dengan proses
> > sekularisasi yang dimotori oleh roda kapitalisme yang mulai 
> berputar, karya
> > seni Eropa mengalami perubahan dari berbagai sudut. 
Pada kurun abad
> > pencerahan mulai terlihat karya seni yang tidak lagi 
menyodorkan 
> kisah
> > biblikal ataupun para dewa. Fokus kesenian lebih tertuju 
pada 
> manusia dan
> > apa saja yang bersangkutan dengannya.
> > >
> > > Lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci yang 
mengangkat figur 
> seorang
> > wanita sebagai lokus seni, menandakan timbulnya konsep 
humanisme 
> dan
> > individualisme. Mozart lewat operanya Escape from Seraglio 
> mengangkat kisah
> > profan tentang manusia dan kehidupannya.
> > >
> > > Musik dan opera tidak lagi dikomposisi guna menjadi 
saksi atas 
> keagungan
> > Tuhan. Kesenian telah terfokus pada profanitas, seiring 
dengan 
> perubahan
> > orientasi pandangan-hidup manusia dari teosentris menjadi 
> antroposentris.
> > Pengkultusan terhadap objek-objek metafisika digantikan 
oleh objek-
> objek
> > fisikal. Mulai saat itu, pornografi dapat dijadikan karya seni.
> > >
> > >
> > >
> > > Jangan mengekor
> > > Berbeda dengan Eropa, Indonesia adalah sebuah bangsa 
dengan 
> pengalaman
> > historis berbeda. Ia tidak mengenal abad kegelapan dan era 
> pencerahan.
> > Proses historis berbeda telah membentuk varian 
pandangan-hidup 
> partikular
> > dan kemudian menghasilkan sistem-nilai yang distinktif.
> > >
> > > Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Mitologi 
kita 
> tidak mengenal
> > figur Prometheus: seorang pahlawan manusia yang 
memberontak 
> kekuasaan
> > langit. Manusia Indonesia lebih memilih untuk menjadi 
> khalifatullah fil ardl
> > (wakil Tuhan di bumi) atau imago dei (jembatan antara 
Tuhan dan 
> bumi).
> > >
> > > Dikarenakan pandangan-hidup distinktif itulah, karya seni 
yang 
> dihasilkan
> > dari zaman Hamzah Fansuri hingga Amir Hamzah menjadi 
artikulasi 
> dari
> > sistem-nilai yang telah tertanam dalam psikologi dan 
epistemologi 
> manusia
> > Indonesia. Para seniman besar Indonesia selama 
perkembangan 
> sejarahnya telah
> > bersikap sebagai juru bicara sistem-nilai yang ada sehingga 
dapat 
> memberikan
> > pemaknaan-pemaknaan pada alam.
> > >
> > > Oleh karenanya, sudah sepatutnya manusia-manusia 
Indonesia lebih 
> memilih
> > untuk menjadi diri mereka sendiri. Seniman-seniman 
Indonesia 
> mempunyai tugas
> > agung dalam mengemban super-sistem yang telah menjadi 
karakter 
> dasar kita
> > untuk kemudian diartikulasikan kedalam karya seni. Kita 
harus 
> lebih kritis
> > dalam melihat karya seni karena seni tidak pernah bebas 
dari nilai-
> nilai
> > partikulir.
> > >
> > > Dalam pandangan hidup dan budaya kita, pornografi dan 
pornoaksi 
> adalah
> > fenomena di luar sistem-nilai. Karenanya, kesenian yang 
bersifat 
> demikian
> > bukanlah karya seni yang patut diapresiasi. Bangsa kita 
sudah 
> menjadi bangsa
> > 'pengekor' dalam politik, ekonomi, dan gaya hidup. Untuk itu 
> janganlah
> > kesenian ditambah lagi menjadi objek 'ekoran'.
> > >
> > > Karena itu, sudah sepatutnya bagi mereka yang tetap 
berpegang 
> teguh pada
> > pandangan-hidup dan sistem nilai Indonesia menolak 
segala bentuk 
> pornografi
> > dan pornoaksi. Dan jika ada yang menyatakan pornografi 
sebagai 
> seni, maka
> > jawaban kita adalah: ''seni tidak bebas nilai!''
> >
>







***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




  SPONSORED LINKS 
        Cultural diversity   Indonesian languages   Indonesian language learn   
  Indonesian language course 
    
---------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS 

    
    Visit your group "ppiindia" on the web.
    
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
    
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 

    
---------------------------------
  



                
---------------------------------
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.
                
---------------------------------
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]





***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke