Memang hal seperti ini sudah sering terjadi di STPDN,cuman saya rasa sengaja untuk 
ditutupi karena dimana keborokan sebuah korps atau institusi tidak akan mungkin untuk 
di buka secara terang-2 an di muka publik atau masyarakat umum,hal ini memang 
tergantung dari mental-2 para siswanya sendiri yang merasa sudah seperti jagoan di 
dalam kandang tetapi bila diluar kandang sama juga seperti banci yang tidak berani 
untuk bicara apa-2 , maklum masih pendidikan katanya...
jadi sepertinya pendidikan yang bersifat preman seperti ini sebaiknya dihapuskan saja 
atau bila telah selesai pendidikan sebaiknya diasingkan untuk tidak diterima 
dimasyarakat umum dan dianjurkan untuk tidak diterima dimana saja terutama 
dipemerintahan dan bagi para lulusannya di buat ruang kerja sendiri dimana para 
lulusan ditampung dibadan preman didaerah-2nya untuk siap diberangkatkan ke aceh atau 
daerah -2 konflik di indonesia, sebagai penyaluran sakit jiwanya yang ingin berkuasa..

azeez <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Saya kira mental-mental seperti ini yang harus direformasi. Kenapa? Kalau
sekolah ini "diklaim" sebagai sekolah para calon pemimpin, sungguh sangat
ironis. Kasus yang selama ini terjadi di lingkungan STPDN, mencerminkan
sikap yang sangat tidak manusiawi. Bagaimana mereka mau menjadi pemimpin
kalau mental dan perilakunya seperti itu. Ya paling-paling juga jadi
"pemimpin bertopeng" yang tidak beda dengan pemeras.

-Aziz-
----- Original Message -----
From: "Rahadian P. Paramita" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, October 25, 2004 12:50 AM
Subject: [ppiindia] Lagi, kasus STPDN - Siapa yang Keledai?


>
> Saya betul-betul heran. Bukankah tahun lalu kasus seperti ini sudah
menghilangkan nyawa manusia? Sebenarnya seperti apa sih perhatian pemerintah
pada HAM? Apa belum cukup nyawa satu orang? Butuh lebih banyak lagi nyawa?
>
> Meski belum ada konfirmasi dari pihak STPDN dalam berita ini, tapi
sungguh, saya sangat menyayangkan kalau STPDN tidak pernah belajar dari
kesalahannya. Bahkan keledai saja tidak terjerembab di lubang yang sama.
Tapi kenapa kasus seperti ini masih saja terdengar?
>
> Marah, kecewa, gemas, dan sebagainya. Agak sulit menggambarkan perasaan
saya membaca berita seperti ini. Kebodohan demi kebodohan perilaku anak
bangsa ini sungguh di luar akal sehat. Nyaris tepat ungkapan Putu Wijaya,
bahwa bangsa ini memang sudah absurd. Kalau di luar negeri teater absud
mementaskan cerita-cerita absurd, maka kita mementaskan kisah-kisah absurd
dalam dunia nyata.
>
> STPDN, namanya juga sekolah calon pamong praja. Mereka bakal jadi pemimpin
rakyat, yang harus mengerti makna demokratisasi. Seperti juga paradigma Good
Governance. Kalau perilaku seperti ini diteruskan, mau jadi apa mereka?
Tukang pajak yang kerjanya meras? Debt collector?
>
> Sungguh luar biasa!
>
>
> Rahadian P. Paramita
>
>
>
>
>
>       Senin, 25 Oktober 2004
>
>       Kini Dirawat di RS Al Islam dan Menderita Trauma
>       Calon Praja STPDN Dianiaya Seniornya
>       BANDUNG, (PR).-
>       Aksi kekerasan tampaknya masih menjadi bagian yang sulit dihilangkan
dari kampus Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). Jika tahun
lalu aksi kekerasan oleh praja senior di kampus tersebut merenggut nyawa
Wahyu Hidayat, praja tingkat II, kali ini aksi serupa kembali terulang dan
memakan korban.
>
>       Seorang calon praja asal Nanggroe Aceh Darussalam, Ichsan S. (19),
terpaksa harus dirawat di Rumah Sakit Al Islam, menyusul tindakan kekerasan
dan penganiayaan oleh para seniornya yang dilakukan Sabtu (16/10) pekan
lalu. Ichsan, bukan saja terpaksa tidak dapat menjalankan ibadah puasa
karena masih harus diinfus, lebih berbahaya lagi ia masih mengalami trauma
berat.
>
>       Menurut pengakuan Ichsan sebagaimana dituturkan kepada Galamedia,
Minggu (24/10), peristiwa yang menimpa dirinya terjadi pada Sabtu (16/10)
sekira pukul 1.00 WIB. Ketika itu Ichsan masih tertidur di baraknya bersama
rekan-rekan calon praja lainnya. Barak tersebut memang disediakan oleh pihak
STPDN untuk para calon praja cadangan yang tengah menunggu hasil pengumuman
penyeleksian tahap akhir (pantohir) yang akan dilaksanakan pada Selasa
(19/10).
>
>       Tiba-tiba dirinya ditarik oleh beberapa orang praja untuk pergi ke
barak para praja yang jaraknya sekira 100 m dari barak para calon praja.
Tanpa memberikan alasan yang jelas, para praja memasukkan Ichsan ke sebuah
ruangan di barak para praja. Saat Ichsan masuk ruangan, penerangan sudah
dimatikan.
>
>       Di saat itulah, Ichsan menerima perlakuan yang kurang pantas dari
lima orang seniornya yang berasal sama dengan Ichsan. Ichsan dipukul pada
bagian kepala, dada, dan perut secara bertubi-tubi. "Kepala dipukul beberapa
kali. Setelah di kepala, lalu di perut dan dada. Paling sakit ketika dipukul
di kepala," ujar Ichsan dengan wajah tampak menahan rasa sakit.
>
>       Usai dipukul di kepala, perut, dan dada, Ichsan pun ditanya oleh
para seniornya dengan nada mengancam.
>
>       "Kamu tidak kenal saya kan?" ujar Ichsan menirukan para seniornya
seraya mengatakan, tindakan itu untuk persiapan mengikuti latihan dasar.
Ancaman itu ditujukan kepada Ichsan agar ia tidak bercerita atau
memberitahukan peristiwa tersebut kepada orang lain.
>
>       Setelah menerima pukulan bertubi-tubi, kondisi fisik Ichsan dalam
keadaan setengah sadar dan tidak dapat berdiri. Bahkan ketika disuruh
kembali ke baraknya, Ichsan pun harus merangkak. Baru beberapa meter
mendekati baraknya, ada seseorang yang menolongnya. "Saya pun tidak ingat
siapa yang menolong saya," tutur putra ketiga dari Kapten Inf. Hanafiah.
>
>       Sebelum peristiwa tersebut, sekira pukul 22.00 WIB, ia dan beberapa
teman sebaraknya memang sempat dipanggil oleh para praja. Namun panggilan
itu tidak dipenuhinya karena takut dipelonco oleh para praja. Meski mendapat
perlakuan fisik yang menyebabkan badan sakit, Ichsan masih mencoba
meyakinkan dirinya bahwa besok ia akan dapat bugar kembali. Namun, nyatanya
ia hanya dapat tergeletak di tempat tidur.
>
>       Untung ayahnya, Hanafiah menelefon ke Ichsan pada Sabtu (16/10) pagi
melalui telefon selular. Seperti orang tua umumnya, Hanafiah menayakan kabar
tentang anaknya.
>
>       Namun saat menjawab pertanyaan Hanafiah, suara Ichsan terdengar
seperti yang menahan rasa sakit. "Saya tidak apa-apa, hanya sedikit sakit,"
ujar Hanafiah menirukan Ichsan.
>
>       Setelah sedikit dipaksa, Ichsan akhirnya mengaku terus terang kepada
ayahnya bahwa kondisinya sudah tidak kuat lagi. "Saya sudah tidak kuat lagi,
Pak," ujar Hanafiah kembali menirukan anaknya.
>
>       Hanafiah pun berusaha menghubungi kenalannya di STPDN untuk dapat
mengetahui kondisi Ichsan sesungguhnya. Namun karena birokrasi yang begitu
ketat, Hanafiah kesulitan mengetahui kondisi anaknya. Ia pun meminta kepada
temannya untuk secara sembunyi-sembunyi mendatangi barak tempat Ichsan
tinggal.
>
>       "Ternyata, di barak Ichsan sudah tidak dapat berbuat apa-apa.
Kondisinya sudah cukup parah. Melihat kondisi seperti itu, teman saya
langsung membawa Ichsan ke klinik yang ada di STPDN. Namun klinik tidak
dapat menanganinya. Akhirnya dengan ambulans, Ichsan langsung dibawa ke RS
Al-Isalam," tutur Komandan Koramil Langsa Barat ini.
>
>       Hanafiah mengatakan, hingga Minggu (24/10), belum ada satu pun dari
pihak STPDN yang datang untuk menjenguk dan menanyakan kondisi anaknya itu.
Keterlibatan pihak STPDN hanya mengantarkan Ichsan ke RS AL-Islam saja.
Biaya pengobatan pun harus ditanggung dari koceknya sendiri.
>
>       "Biaya pengobatan sebesar Rp 5 juta lebih kami tanggung sendiri.
Kami pun tidak ingin lama-lama berada di rumah sakit, tetapi dokter
mengatakan Ichsan perlu waktu yang cukup lama untuk sembuh," kata ayah dari
dua putra dan dua putri ini.
>
>       Menurut rencana, hari Senin (25/10) ini Hanafiah baru akan
melaporkan peristiwa tersebut ke pihak STPDN. Selain melaporkan, ia pun akan
meminta klarifikasi tentang kejadian tersebut ke pihak STPDN.
>
>       Sementara itu, salah seorang petugas medis RS Al-Islam mengatakan,
berdasarkan hasil CT Scan, kondisi kepala Ichsan tidak mengalami kerusakan
yang serius dan hanya mengalami trauma. "Dalam waktu beberapa hari, Ichsan
juga sudah dapat pulang ke rumah," ujarnya yang enggan disebutkan namanya.
>
>       Belum ada laporan
>
>       Sementara itu, Koordinator Humas STPDN, Drs. Udjud Usdia mengatakan,
sampai Minggu (25/10) malam, pihaknya belum mendapatkan laporan tentang
calon praja (capra) capra STPDN asal Aceh, Ichsan yang 'disiksa' seniornya.
Pasalnya, semua capra saat ini tengah melakukan latihan dasar mental pejuang
di Pusdik Cimahi.
>
>       "Belum, belum ada laporan soal itu, emangnya Anda sudah mengecek?
Saat ini para capra kan sedang melakukan latihan dasar mental pejuang di
Pusdik Cimahi. Jadi, mana mungkin ada capra yang di luar," kata Udju saat
dikonfirmasi "GM" Minggu (24/10) malam. (B.96/B.98)***
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
>
***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
> 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>






***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]



Yahoo! Groups SponsorADVERTISEMENT


---------------------------------
Yahoo! Groups Links

   To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/
  
   To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
  
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
Read only the mail you want - Yahoo! Mail SpamGuard.

[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke