Ludruk Sang Pengemis


Katanya Negara sedang mengalami modernisasi. Buktinya; beberapa pesawat 
televisi dan kotak alat penghitung tingkat tinggi menghiasi kamar-kamar 
penduduk negri. Sedangkan dijalan raya, petantang-petenteng langkah kaki kecil 
bocah-bocah yang menggenggam mainan dijital merasa bangga sambil berkata, 
"Namaku Narsis lho". 
Namun selaras dengan maraknya pembangunan, pengemis itu masih tetap saja tegar 
beralaskan sandal jepit; keduanya sebelah kiri kawan.
Hehehe..., pengemis tadi tertawa cekikikan mendengar obrolan empat orang 
ditempat pemberhentian bis ketika sebuah bis kota datang disertai suara klakson 
seperti angin ribut, trooottt...-maklum pemerintah sekarang sudah punya busway- 
tapi bunyi rem rodanya seperti cepirit, criiiitt..
Orang yang pertama memakai kopiah bergerak menangkap besi pada pintu bis. Belum 
sempat ia berjingkat naik, orang yang kedua menarik ujung bajunya. "Hei pak 
saya yang seharusnya naik duluan!". Pria berkopiah menjawab dengan tanya, 
"Memangnya kenapa?", 
"Anda tidak melihat kepala saya sudah botak dan janggut saya memutih, saya 
paling tua diantara kalian! Apalagi saya datang duluan, jelas sekali kalau saya 
paling lama mengantri disini. Begitulah jawab orang kedua sambil menunjukkan 
kartu tanda penduduk, tertera disana namanya "Mahatua"
"Bapak-bapak ini bagaimana to. Saya ini den bagus lho, seharusnya saya naik 
duluan" Seorang anak muda yang mengaku aktifis kampus maju kehadapan si Mahatua 
dan orang berkopiah. "Memangnya kau ikut memperjuangkan tanah air?, bis ini 
hasil keringatku, tau gak?", Bapak Mahatua mengacungkan jarinya, nampak ia kini 
menjadi marah, "Huh, memperjuangkan tanah air! tanah air yang penuh pejabat 
korupsi dan nepotisme?" jawab anak muda tadi.
"Dasar, tidak menghormati orang tua?", bapak Mahatua berkacak pinggang 
bertahtakan muka yang memerah dan mata menyala-nyala. 
"Tua? apa itu tua? mentang-mentang menyandang kata tua dengan embel-embel kata 
"Maha" jadi kau bisa seenaknya saja?", sekarang anak muda membalas tatapan si 
bapak "Mahatua"
"kau..!" Ingin rasanya bapak tua tersebut menempeleng wajah anak muda ini.
"Apa? anda mau apa? memang benar anda sang maha, dapat berkuasa. Melebihi 
senti, mili, inchi bahkan melebihi kilo dan mega. Anda sang maha yang tak 
terhingga, tapi buat apa menuruti Maha kalau sudah tercemar oleh sesuatu yang 
tidak dapat dibuktikan? Malahan sekarang orang-orang seperti anda hanya 
berjuang diatas sana, memperebutkan kursi-kursi sambil berpangku tangan dan 
tidur-tiduran" kemudian setelah diam untuk mengambil nafas, pemuda itu berkata 
lagi, "Sudah tahu salah masih mengomel, seharusnya sejak dulu-dulu kita sudah 
potong generasi saja!" 
Entah bagaimana perasaan bapak tua mendengar ucapan si anak muda, akan tetapi 
pria berkopiah yang tadi diam, kembali berbicara, "Anak muda, sebaiknya kita 
bersikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua!" ucap pria berkopiah 
dengan gerakkan jempolnya mempersilahkan.
"Anda siapa? memangnya anda mengerti sopan santun?"
"Ya, saya mengerti! bahwa sopan santun itu akal budi manusia" pria berkopiah 
menjawab dengan tenang, setenang priyayi keraton.
"Ya, dan akal budi manusia itu terbatas bukan?" jawab si anak muda.
"Maksud saya akal budi yang bersandar keyakinan dalam kepercayaan pada suatu 
pemahaman!"
"Keyakinan? keyakinan bahwa kita akan ditindas oleh kelas yang berkuasa, kelas 
yang tinggi setinggi-tingginya seperti contohnya si tua bangka ini!"
"Mungkin saja asumsi-asumsi dan gagasan-gagasan pemikiran itu benar anak muda, 
daripada kita hidup melata dalam pengaruh hedonisme!" lagi-lagi jawaban pria 
berkopiah terdengar datar.
"Sebenarnya kredo seperti anda itulah yang menjadi jelas alasan bagi kaum 
penindas untuk tetap sejahtera, subur dan makmur." kini berganti si anak muda 
yang mengacungkan jari telunjuknya.
"Sudah, sudah jangan bertengkar lagi!" sebuah suara decrescendo ber-staccato 
forte terdengar, dan sejenak suasana hening. Rupanya orang keempat adalah 
seorang wanita. 
Tubuhnya ramping padat, hidungnya mancung, dagunya runcing dan sepasang matanya 
seperti mata burung hong jantan. Rambutnya yang hitam panjang itu hanya diikat 
di belakang tengkuk, dibiarkan melambai ke punggung. Kedua telinganya 
digantungi sepasang anting-anting emas dan kedua lengannya bergelang emas pula. 
"Kenapa anda-anda ini sibuk dengan urusan sendiri-sendiri? yang satu bilang 
soal kepercayaan, yang satu lagi tentang perampasan hak dan yang satu lagi 
ingin dihormati.", memang kehadiran wanita cantik itu bagai menghentikan 
perdebatan tiga orang pertamanya dan mengunci bibir-bibir mereka.
"Mengapa kalian gak memandang seorang wanita seperti saya, bukankah seharusnya 
saya yang naik dahulu karena saya seorang wanita?"
"Ya benar sekali, seharusnya kita menghormati seorang wanita!" ujar pria 
berkopiah
"Benar-benar, biarkan dia naik duluan!" tambah bapak Mahatua. Akan tetapi anak 
muda menghalangi."Tunggu dulu, tadi anda menyalahkan kami karena bersikap mau 
menang sendiri, sekarang hanya karena anda seorang wanita, jadi anda bisa naik 
duluan? bukankah itu sama saja anda egois?" 
Belum sempat wanita cantik tersebut menjawab, si pria sudah menyelak terlebih 
dahulu. "Kita harus menghargai hak-hak wanita!"
"Iya, tapi menghargai hak bukan memperbudak!"
"Enak saja, saya bukan memperbudak tapi minta disama rata-kan!" Ujar wanita itu.
"Tapi kamu bukan siapa-siapa saya, bukan cinta saya, bukan pacar atau istri. 
Buat apa saya menyama rata-kan atau mempersilahkan kamu naik duluan!"
"Lalu bagaimana dengan pepatah yang berbunyi Lady's first?", pemuda itu masih 
diam termangu sambil berpikir soal ungkapan tersebut yang sebenarnya entah 
benar-benar kata pepatah atau karangan orang-orang LSM munafik. Namun wanita 
cantik tadi sudah melangkah dengan pantat megal-megol masuk bis diikuti bapak 
Mahatua yang diam-diam mister pi-nya berdiri tegak didalam sempak, kemudian 
setelah itu pria berkopiah masuk ke bis dan yang terakhir den bagus, si anak 
muda aktifis partai calon pengisi kursi parlemen dimasa depan.
Bruuummm..Bruummm..Suara bis kota pun berdehem-dehem sebentar karena keselak 
pertamax yang kini menjadi air minum baru-nya. Lalu roda goodyear-nya pun 
menggelinding menghilang mengentutkan asap hitam mengebul tinggi diangkasa 
meninggalkan seorang pengemis yang kini cemberut kehilangan tontonan ludruk

                
---------------------------------
 ALL-NEW Yahoo! Messenger - all new features - even more fun!  

[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke