** Mailing List Nasional Indonesia http://www.ppi-india.org ** 
** Situs milis nasional: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia ** 
** Info Beasiswa Indonesia http://informasi-beasiswa.blogspot.com **
http://www.suarapembaruan.com/News/2005/09/26/index.html


SUARA PEMBARUAN DAILY 
Disfungsi Wakil Rakyat
 

Jeffrie Geovanie 

DEWAN Perwakilan Rakyat (DPR) di era reformasi yang katanya jauh lebih baik 
jika dibandingkan dengan anggota DPR era Soeharto, nyatanya masih dipandang 
minus oleh sebagian besar rakyat yang diwakilinya. Sudah banyak kalangan yang 
melakukan survei, baik yang secara mendalam, atau pun sekadar jajak pendapat 
mengenai kinerja wakil rakyat (DPR). Secara umum, nilainya buruk. 

Memang, bisa jadi, survai, jajak pendapat, atau yang semacamnya itu belum bisa 
dikatakan valid untuk mewakili pendapat dan persepsi dua juta lebih penduduk 
Indonesia. Tapi, bisa jadi juga, penemuan survei atau jajak pendapat itu ibarat 
gunung es yang hanya tampak bagian terkecil di puncaknya. Artinya, pada 
faktanya sebagian besar rakyat yang hidup di kota-kota kecil atau di desa-desa 
yang ten- tu jumlahnya lebih besar, umumnya merasa kecewa dengan kinerja DPR 
yang hanya mereka dengar pendapatnya melalui radio, atau mereka saksikan 
tingkah lakunya melalui televisi. 

Kekecewaan rakyat terhadap wakilnya di DPR itu bukan tanpa alasan. Melalui 
Pemilu 2004 lalu, dengan penuh kesadaran (tanpa paksaan dan intimidasi), rakyat 
Indonesia telah memilih para calon anggota DPR yang dalam kampanyenya sangat 
pandai merayu dan mengumbar janji-janji perbaikan ekonomi, politik, hukum, dan 
lain-lain yang sangat memabukkan. 

Tapi, ketika (sebagian) terpilih menjadi anggota dewan yang "terhormat", mereka 
malah sibuk memperjuangkan kenaikan gaji, fasilitas mesin cuci, tunjangan 
telepon, jatah naik haji, jalan-jalan ke luar negeri, dan yang paling memalukan 
-menjadi calo bantuan bencana alam. 

Berbagai kepentingan rakyat yang pernah dijanjikannya terlupakan, atau sengaja 
dilupakan. Ibarat pepatah "habis manis sepah dibuang", begitulah kira-kira cara 
anggota DPR memperlakukan rakyat yang diwakilinya. Karenanya sangat wajar jika 
citra DPR semakin buruk. Mereka semakin jauh dari harapan rakyat. 

Selain karena kinerjanya yang buruk, yang menyebabkan citra DPR sekarang ini 
belum baik sebagaimana mestinya adalah karena adanya harapan berlebihan dari 
segenap rakyat. Para elite politik sekarang ini, tak terkecuali DPR, senantiasa 
dihadapkan pada kondisi obyektif masyarakat yang hopeless. 

Karena terlalu lama berada di bawah kungkungan rezim yang otoriter, sebagian 
besar rakyat kehilangan harapan akan tercapainya suatu masyarakat yang 
dicita-citakan. Ketika rezim otoriter itu jatuh, harapan yang sekian lama 
terpendam itu lalu muncul dalam bentuk akumulasi yang sangat tinggi. 

Tingginya harapan tentu saja akan berdampak pada tingginya tingkat standarisasi 
nilai keberhasilan. Alhasil, meskipun mungkin sudah banyak langkah-langkah 
konstruktif yang sudah ditempuh dan dihasilkan (output) DPR, tapi karena 
standar keberhasilan yang ditetapkan masyarakat terlalu tinggi, maka 
langkah-langkah DPR itu terasa belum berarti apa-apa bila dibandingkan dengan 
tingginya harapan masyarakat yang diletakkan di pundak DPR. 


Mewakili Siapa? 

Selain karena adanya harapan yang terlalu tinggi (sehingga sulit dipenuhi), 
yang memperburuk citra DPR adalah pola hubungannya dengan rakyat yang 
diwakilinya yang tidak proporsional. 

Bagaimana hubungan DPR dengan rakyat yang diwakilinya, menurut Neal Reimer 
(1967), sebagaimana dikutip Ichlasul Amal (1996), ada empat tipe perwakilan: 
yaitu trustee, delegate, partisan, dan politicio. 

Seorang wakil rakyat bisa digolongkan dalam tipe trastee bila ia mampu 
mengetahui, merumuskan, dan mengaktualisasikan dengan baik apa-apa yang menjadi 
kepentingan dan kebutuhan bangsa dan masyarakat (konstituen) yang memilihnya. 

Pada saat terjadi tarik menarik antara kebutuhan bangsa dan konstituennya, ia 
tidak terikat dengan kepentingan konstituennya dan lebih mengutamakan 
kepentingan bangsanya. 

Kebalikannya adalah tipe delegate, yakni mereka yang lebih mengutamakan 
kepentingan konstituennya dari pada kepentingan bangsa secara umum. Dalam 
proses legislasi, budgeting, dan kontrol terhadap pemerintah, ia berpedoman 
secara ketat pada kepentingan partai yang diwakilinya. 

Sedangkan tipe ketiga adalah partisan, yakni wakil rakyat yang, di samping 
terikat pada partainya, ia merasa lebih terikat lagi pada ideologi yang 
dianutnya. biasanya akan lebih tampak pada mereka yang berasal dari 
partai-partai yang mencakup beragam ideologi (pluralistik). 

Sedangkan tipe terakhir adalah yang menggabungkan semua tipe sebelumnya 
ditambah keterikatan pada hati nuraninya. Wakil rakyat yang masuk dalam tipe 
politico ini akan selalu bertindak atas dasar pertimbangan hati nuraninya 
(conscience), masyarakat pemilihnya (constituency), dan sekaligus partainya 
(party). 

Bertolak dari pendapat Reimer di atas, kita bisa melihat dengan jujur, dari 
seluruh anggota DPR yang ada sekarang, mayoritas tampaknya (masih) bertipe 
delegate atau bahkan partisan. Artinya, semangat komunalisme atau bahkan 
individualisme masih dominan dijadikan pangkal tolak dari setiap gerakannya, 
dan dengan demikian akan dengan mudah mengabaikan kepentingan rakyat secara 
umum. 

Memang, ketika berbicara tentang kepentingan rakyat pada hakikatnya kita 
menyederhanakan suatu mosaik kepentingan yang sangat rumit dan kompleks. Maka 
wajar jika selalu muncul pertanyaan: rakyat yang mana? Buruh, pengusaha, 
petani, pedagang, nelayan, guru, dan lain-lain, semuanya memiliki hak yang sama 
untuk menyebut dirinya rakyat. 

Padahal, dari berbagai kelompok kepentingan itu tidak jarang memiliki 
kepentingan yang bertolak belakang satu sama lain. Karenanya, ketika sudah 
mewakili kepentingan partainya, tidak secara otomatis seorang anggota DPR 
dianggap sudah mewakili kepentingan rakyat yang diwakilinya. 

Cara Memfungsikan 

Bagaimana agar para wakil rakyat berfungsi sebagaimana mestinya? Setidaknya ada 
dua cara: Pertama, dalam jangka pendek, seyogianya setiap wakil rakyat 
senantiasa melakukan komunikasi dan bergaul secara intensif dengan berbagai 
kelompok kepentingan rakyat (tanpa kecuali), melalui "dengar pendapat" 
(hearing), kunjungan kerja (yang sungguhan, bukan jalan-jalan), dan ikut aktif 
dalam berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak. 

Melalui hearing, wakil rakyat akan mudah memahami dan menyerap aspirasi warga 
masyarakat yang terlibat dalam hearing itu; melalui kunjungan kerja, wakil 
rakyat juga akan memahami dan menyerap aspirasi anggota masyarakat desa/kota 
yang dikunjunginya. Dengan demikian, sangat besar kemungkinan setiap wakil 
rakyat akan mampu memahami secara detail berbagai kepentingan rakyat yang 
diwakilinya; mampu melihat dan mengklasifikasi persoalan mana yang harus 
didahulukan penyelesaiannya, dengan berpedoman pada kejujuran hati nurani dan 
kepentingan masyarakat yang lebih luas. 

Kalau sudah demikian, langkah selanjutnya adalah memperjuangkan penyelesaiannya 
melalui proses legislasi yang jelas-jelas membela rakyat yang lemah, dan bukan 
membela penguasa dan pengusaha 

Kedua, dalam jangka panjang, kiranya perlu dibuat ketentuan baru mengenai 
susunan dan kedudukan DPR dengan cara, misalnya, mempertegas bahwa mereka 
(meskipun berasal dari partai) bukanlah wakil partai, sehingga di masa 
mendatang, tidak perlu ada wakil rakyat yang dipaksa mundur atau dipecat 
lantaran dianggap tidak sejalan dengan kebijakan dan aspirasi partainya. 

Soal apakah seorang anggota DPR mampu bekerja dengan baik atau tidak, sebaiknya 
penilaian diserahkan sepenuhnya pada rakyat. Di sini, mungkin ada baiknya 
rakyat (misalnya, melalui petisi) diberi kewenangan untuk me-recall seorang 
anggota DPR yang dianggap tidak aspiratif.* 


Penulis adalah Direktur Eksekutif The Indonesian Institute 


Last modified: 26/9/05 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



** Forum Nasional Indonesia PPI India Mailing List **
** Untuk bergabung dg Milis Nasional kunjungi: 
** Situs Milis: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ **
** Website resmi http://www.ppi-india.org **
** Beasiswa Indonesia, http://informasi-beasiswa.blogspot.com **

Reply via email to